Berita

‘Set Domain Inti’ untuk Pengukuran dan Pelaporan Lahan Gambut

Pengajuan standar baru menuju sintesis data lahan gambut yang lebih baik
Bagikan
0
Potret alam di Desa Dompas, Riau. Foto oleh: Perdana Putra/CIFOR-ICRAF

Bacaan terkait

Lahan gambut dunia sangat penting untuk mitigasi perubahan iklim berkat simpanan karbonnya yang besar. Tetapi, para peneliti dan perumus kebijakan tidak dapat memaksimalkan nilainya jika tidak diukur, dipantau, dan dilaporkan secara konsisten.

Hal tersebut mungkin akan berubah berkat kerangka metodologi yang diusulkan dan ditetapkan dalam penelitian terbaru untuk membantu memberikan bukti yang diperlukan dalam melindungi, memulihkan, dan mengelola lahan gambut secara berkelanjutan – dan, secara tidak langsung, penangkapan karbon.

“Kami mengusulkan bagaimana kami bisa menstandardisasi pengumpulan data lahan gambut,” kata Mark Reed, Peneliti Utama dari studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Mires and Peat.

“Tujuan kami adalah agar semakin banyak peneliti yang mengumpulkan data tentang variabel yang sama dengan cara yang dapat dengan mudah disintesis,” tambah Reed, Profesor Kewirausahaan Pedesaan dan Co-Direktur Pusat Tantangan Modal Alam Berkembang, Kolese Pedesaan Skotlandia, Edinburgh.

“Hal ini akan berdampak secara signifikan, karena ketika data lahan gambut dikumpulkan menggunakan variabel yang sama dengan cara yang mudah disintesis, ini memungkinkan kebijakan berbasis bukti yang lebih kuat.”

Makalah penelitian membahas masalah-masalah mendasar: bagaimana mengumpulkan dan mensintesis bukti dari berbagai studi untuk menginformasikan kebijakan dan praktik, ketika hasil yang berbeda telah diukur dengan cara yang berbeda; atau, mungkin, kumpulan data dan model belum sepenuhnya atau secara konsisten dilaporkan.

Untuk mengatasi hal ini, penulis – berdasarkan lokakarya dengan peneliti lahan gambut dan perumus kebijakan dari seluruh dunia selama periode tiga tahun – mengusulkan seperangkat variabel kunci, yang dikenal sebagai “set domain inti”, sebagai bagian dari kerangka metodologi yang diperlukan untuk membantu ilmu pengetahuan menginformasikan kebijakan dengan lebih baik. Mengidentifikasi dan memprioritaskan hasil harus diukur dalam penelitian dan pemantauan lahan gambut sebagai kunci.

Reed dan rekan penulis lainnya membahas langkah-langkah untuk membakukan metode pengukuran dan pelaporan hasil dalam penelitian dan pemantauan lahan gambut. Mereka mencatat bahwa pendekatan kerangka metodologis yang ada juga dapat diterapkan di bidang lain dari konservasi, ekologi, ilmu lingkungan, dan dengan demikian membantu mengurangi ‘limbah penelitian’ – di mana temuan tidak dapat digunakan di luar lokasi.

Mengingat pentingnya peran lahan gambut dalam siklus karbon global, sangat penting untuk meningkatkan standarisasi pengumpulan dan pelaporan data sebagai upaya memungkinkan sintesis bukti.

Hasil inti ini kemudian dikelompokkan dalam empat bidang: iklim, laju akumulasi dan dekomposisi gambut, perubahan biomassa; hidrologi, termasuk pengukuran langsung kedalaman air; keanekaragaman hayati, termasuk kelimpahan dan komposisi spesies indikator lahan gambut dan luas habitat; dan api, termasuk luas dan kedalaman kebakaran.

Lahan gambut terdiri dari vegetasi yang membusuk dan terakumulasi dalam kondisi tergenang air. Lahan gambut yang utuh telah menjadi penyerap karbon jangka panjang, dan meskipun lahan gambut hanya menutupi kurang dari tiga persen permukaan tanah global, perkiraan menunjukkan bahwa lahan gambut mengandung karbon dua kali lebih banyak dibandingan hutan tropis dunia, menurut Inisiatif Lahan Gambut Global.

Lahan gambut dapat ditemukan di sebagian besar belahan dunia, dari Inggris, Indonesia, hingga Kanada bagian utara; daerah permafrost, dataran tinggi, daerah pesisir, hutan hujan tropis, dan hutan boreal.

Para peneliti didorong untuk mengajukan pertanyaan seperti apa yang ingin diketahui tentang lahan gambut yang diminati; apa domain untuk menentukan hasil di lahan gambut ini; target apa yang harus diukur di setiap jenis lahan gambut; hasil apa yang paling penting untuk diukur; bagaimana setiap hasil harus diukur; dan bagaimana dan kapan data harus dilaporkan untuk disintesis dan diinterpretasikan secara efektif.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi tantangan standarisasi metode untuk pengumpulan data, manajemen, analisis, pelaporan dan penggunaan kembali. Ini menggambarkan penelitian yang dipublikasikan sebagai “langkah pertama” menuju pembuatan kumpulan data yang dapat disintesis untuk menginformasikan kebijakan, praktik berbasis bukti, kontribusi terhadap konservasi, restorasi, dan pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.

Riset ini merupakan bagian dari program Inisiatif Lahan Gambut Global yang dipimpin UNEP, dan UK Workshop didukung oleh IUCN UK Peatland Programme.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org

Bacaan lebih lanjut