Berita

Meretas Jalan Menuju Transformasi Gender

Meningkatkan kesadaran adalah langkah penting dalam mengubah sikap.
Bagikan
0
Alat pemetaan gender yang digunakan dalam proyek Trees Outside Forests in India (TOFI) membantu mengatasi hambatan. Foto oleh TOFI.

Bacaan terkait

Ketika para pria di sebuah desa menyadari ketimpangan mencolok dalam beban kerja harian antara mereka dan para perempuan, keterkejutan mereka memicu perubahan sikap, menyalakan harapan untuk transformasi sosial yang lebih luas di masyarakat.

Latihan analisis tugas harian mengungkapkan bahwa para pria rata-rata menghabiskan sekitar lima jam sehari bekerja di ladang, sementara para perempuan bekerja lebih dari dua kali lipat waktu tersebut. Mereka menyiapkan makanan, mengumpulkan kayu bakar dan air, merawat anak-anak, mencuci, serta mengurus tanaman. “Kesadaran ini membuka mata para pria akan pentingnya memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan,” ungkap Linda Yuliani, seorang ilmuwan di Center for International Forestry Research and World Agroforestry (CIFOR-ICRAF).

Linda memaparkan temuan ini dalam lokakarya bertajuk “Gender, Equity and Social Inclusion (GESI) in Forestry/Agroforestry Projects: Workshopping Tools for Change,” yang merupakan sesi tambahan pada pertemuan tahunan Forests & Livelihoods Assessment, Research, and Engagement (FLARE) di Roma pada Oktober 2024.

Selama lokakarya, para peneliti dan praktisi saling bertukar wawasan tentang penerapan pendekatan yang responsif dan transformatif terhadap gender dalam sistem hutan dan agroforestri. Para peserta lokakarya membagikan pengalaman serta metodologi yang diterapkan dalam berbagai proyek terkait di CIFOR-ICRAF, termasuk penelitian lapangan dari proyek Adaptive Collaborative Management (ACM) di Sumatra.  Linda menekankan bahwa latihan praktis seperti ini sangat berharga dalam meningkatkan kesadaran dan mengubah persepsi terkait peran gender.

Gender transformative tools memberikan kepercayaan diri kepada perempuan untuk berbicara dalam pertemuan desa di Indonesia. Foto oleh CIFOR / ICRAF.

Peran konteks dalam transformasi gender

“Memberdayakan perempuan harus melibatkan pemberian kebebasan kepada mereka untuk memilih, dan bertindak dengan cara yang tidak memberatkan mereka,” kata Linda, yang juga merupakan anggota inisiatif Collaborating to Operationalise Landscape Approaches for Nature, Development, and Sustainability (COLANDS).

Emily Gallagher, peneliti CIFOR-ICRAF yang mengkhususkan diri dalam rantai nilai dan investasi berkelanjutan, memperkuat perspektif ini. “Kesadaran akan peran dan tanggung jawab yang ada untuk pria dan perempuan dalam konteks tertentu adalah langkah pertama dalam mentransformasi peran gender,” kata Emily.

“Memahami bagaimana gender dan inklusi berinteraksi dengan faktor lain-lain, mulai dari generasi hingga agama, etnisitas, dan kelas, sangat penting untuk memperluas tindakan positif,” tambah Emily. “Itulah yang, pada gilirannya, diperlukan untuk bergerak dari perubahan individu ke perubahan sistemik dan dari norma informal ke langkah formal, termasuk komposisi badan pengambil keputusan dan pembentukan undang-undang

“Kesetaraan akses bagi perempuan dan pria ke arena pengambilan keputusan formal terkait hak atas tanah dan sumber daya individu dan komunitas sangat penting, begitu juga dengan jaminan hak atas tanah yang memastikan hak waris perempuan,” kata Emily selama lokakarya yang dihadiri lebih dari 30 peserta.

Emily juga mempresentasikan proyek Prioritizing Options for Women’s Empowerment and Resilience (POWER) dalam rantai nilai pohon buah di Malawi, yang memicu diskusi tentang alat untuk memberdayakan perempuan dan laki-laki. “Keluarga berpartisipasi dalam penelitian hanya setelah setuju untuk terlibat,” jelas Emily sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai keterlibatan masyarakat.

Pendekatan berbasis gender dan kesetaraan memastikan perempuan dan kelompok sosial yang kurang terwakili terlibat secara bermakna dalam pekerjaan TOFI. Foto oleh TOFI.

Keterlibatan masyarakat juga memainkan peran penting dalam Proyek Kelapa Sawit Nasional Uganda (NOPP). “Komunitas di sekitar Danau Victoria menominasikan rumah tangga untuk berpartisipasi dalam upaya meningkatkan pembangunan pedesaan dan mengurangi kemiskinan melalui produksi kelapa sawit,” kata Emily. “Seiring waktu, NOPP secara bertahap mengadaptasi pendekatannya untuk memasukkan kurikulum Gender Action and Learning System (GALS) untuk mendukung rumah tangga dan komunitas dalam menetapkan tujuan ekonomi, menstabilkan keluarga yang berisiko, dan khususnya, melibatkan laki-laki sebagai sekutu untuk pemberdayaan ekonomi perempuan,” kata Emily.

Di India, “Gender Barrier and Opportunity Mapping Tool memainkan peran penting dalam membantu komunitas dan pemangku kepentingan lainnya di bentang alam untuk mengidentifikasi dan menangani peluang serta kendala terkait gender dan keadilan sosial, sehingga hal ini dapat diatasi,” kata Babita Bohra, koordinator GESI untuk CIFOR-ICRAF India, yang menggambarkan bagaimana alat ini digunakan sebagai bagian dari inisiatif lima tahun Trees Outside Forests in India (TOFI).

Proyek bersama yang dilaksanakan oleh United States Agency for International Development (USAID) dan Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Perubahan Iklim India (MoEFCC), TOFI bertujuan untuk memperluas tutupan pohon di sekitar 2,8 juta hektar lahan non-hutan. Inisiatif ini diharapkan dapat menyerap sekitar 420 juta ton setara karbon dioksida sambil meningkatkan mata pencaharian 13,1 juta orang. Tujuan ambisius ini akan dicapai melalui inisiatif di lapangan, kemitraan multi-pemangku kepentingan, pembangunan kapasitas, dan keterlibatan kebijakan yang aktif.

“Konteks spesifik setiap bentang alam memengaruhi apakah latihan dilakukan dengan kelompok satu jenis kelamin atau kelompok campuran,” jelas Bohra sebagai tanggapan atas pertanyaan dalam lokakarya. Dia menekankan bahwa pendekatan GESI memastikan inklusi yang bermakna bagi perempuan, kelompok sosial yang kurang terwakili, dan individu dengan kebutuhan khusus dalam kegiatan TOFI.

Fasilitator lokakarya James Reed, pemimpin tim COLANDS dan ilmuwan senior CIFOR-ICRAF, memimpin latihan yang menggugah pemikiran tentang bagaimana bahasa dapat memperkuat stereotip. Dia menyoroti penelitian yang melibatkan anak-anak yang bermain dengan mainan Lego, di mana kreasi anak laki-laki digambarkan sebagai “keren”, “inovatif”, atau “cerdas”, sementara usaha anak perempuan diberi label “imut” atau “cantik.”

Peserta merefleksikan bagaimana dinamika kekuasaan sosial, seperti siapa yang diizinkan tertawa lepas atau mengekspresikan diri dalam kelompok, seringkali meminggirkan perempuan dan anak perempuan. Mereka sepakat akan perlunya memperluas alat dan metode untuk penelitian Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial guna mengatasi ketidaksetaraan tersebut secara efektif.

Penyelenggara lokakarya berharap acara ini dapat menginspirasi keterlibatan reguler dalam penelitian yang responsif dan transformatif terhadap gender dalam sistem sosial-ekologis. Bagi mereka yang tertarik untuk berkolaborasi atau belajar lebih lanjut, informasi kontak tersedia di bawah.

Bagi yang tertarik untuk berkolaborasi atau ingin mengetahui lebih lanjut, detail kontak tersedia di bawah ini.


Acknowledgements 

COLANDS adalah bagian dari International Climate Initiative (IKI) dan didanai oleh Kementerian Federal Jerman untuk Lingkungan, Konservasi Alam, dan Keamanan Nuklir (BMU). Penelitian PhD yang merupakan bagian dari COLANDS dilakukan di Institute for Social Science Research, Universitas Amsterdam, dan Universitas British Columbia. Untuk informasi lebih lanjut tentang kegiatan COLANDS, silakan hubungi James Reed di J.Reed@cifor-icraf.org.

TOFI adalah inisiatif bersama antara United States Agency for International Development (USAID) dan Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Perubahan Iklim (MoEFCC) Pemerintah India, yang dipimpin oleh CIFOR-ICRAF. Kontak: Babita Bohra di B.Bohra@cifor-icraf.org.

POWER adalah proyek CIFOR-ICRAF yang merupakan bagian dari program Gender Equality in a Low Carbon World (GLOW) dan didanai oleh International Development Research Centre (IDRC), Ottawa, Kanada. Kontak: Emily Gallagher di E.Gallagher@cifor-icraf.org dan Jessica Kampanje Phiri di jkampanje@luanar.ac.mw.

Studi NOPP Uganda merupakan bagian dari inisiatif Securing Women’s Resource Rights Through Gender Transformative Approaches yang didanai oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD). Kontak: Emily Gallagher di E.Gallagher@cifor-icraf.org dan Anne Larson di a.larson@cifor-icraf.org.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org