Kebakaran hutan memerlukan penanganan menyeluruh, kata Michael Allen Brady, ilmuwan utama Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), yang memimpin tim riset Rantai Nilai, Keuangan dan Investasi.
Dalam kapasitasnya sebagai pakar riset kebijakan dan manajemen hutan, Michael menyampaikan pandangan kepada Kabar Hutan tentang kondisi terkini dari kebakaran hutan dan arahan mengatasi masalah ini.
T: Akibat kebakaran hutan tahun lalu di Amazon, Afrika dan Asia Tenggara diperkirakan terjadi akibat campur tangan manusia, para pemimpin dunia Bersama menyerukan tindakan perlindungan bentang alam dari kebakaran. Sejauh ini apakah sudah ada perubahan?
J: Penting untuk diketahui, program manajemen kebakaran hutan yang efektif memerlukan pelaksanaan puluhan tahun dan juga kestabilan pendanaan (misalnya di Eropa, Amerika Utara, dan Australia), sehingga dukungan penuh di wilayah-wilayah rawan kebakaran hutan belum lumrah dilakukan. Penting juga disadari, kebakaran hutan terutama dampaknya bagi bentang alam bukan masalah yang dapat diselesaikan atau ditangani setengah-setengah. Sebaliknya, penting disadari bahwa risiko dan penanganan kebakaran hutan berlandaskan asumsi bahwa kebakaran hutan akan selalu terjadi di waktu dan lokasi yang berbeda-beda. Karena itu diperlukan upaya penanggulangan investasi jangka panjang berupa infrastruktur, sistem, dan pengelolaan keterlibatan manusia. Di daerah tropis yang relatif lembab, hal tersebut menjadi tantangan besar karena kebakaran hutan tidak terjadi setiap tahun, dengan lokasi kebakaran cenderung berubah-ubah, seperti yang terjadi di Indonesia.
T: Apakah perubahan iklim memperburuk terjadinya kebakaran vegetasi? Apa dampaknya?
J: Kebakaran hutan besar yang terjadi baru-baru ini memiliki kaitan dengan perubahan iklim, khususnya di wilayah subartik, yang diperkirakan mengalami perubahan iklim paling ekstrem. Di wilayah tropis, berbagai bukti akan hubungan kebakaran hutan dan perubahan iklim masih kurang kuat. Diperkirakan terdapat dinamika lain yang berkontribusi pada kebakaran besar di daerah tropis dan subtropics termasuk perubahan tipe vegetasi dan penumpukan bahan bakar, cuaca ekstrem (El Nino, dipole di Samudra Hindia), peningkatan populasi, urbanisasi dan lain-lain.
T: Banyak kebakaran terjadi di bentang alam terdegradasi, semak belukar, dan area pertumbuhan vegetatif sekunder. Seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan?
J: Di sebagian besar wilayah jenis kebakaran ini sering terjadi dibandingkan di ekosistem hutan utuh. Tipe kebakaran ini menimbulkan dua kekhawatiran, salah satunya adalah sifat dari vegetasi sekunder yang cepat mengering dan lebih rentan terhadap nyala api, sehingga akan menimbulkan kebakaran yang lebih besar. Kedua, kebakaran yang terjadi secara berulang seringkali menghilangkan persediaan benih yang terkubur di dalam tanah, sehingga mengurangi pertumbuhan kembali pohon, terutama spesies asli. Akibatnya proses suksesi ekosistem terhambat akibat kebakaran berulang. Padang rumput alang-alang (Imperata cylindica) merupakan salah satu contoh yang ada di Asia dan Afrika.
T: Tindakan penting apa yang harus diambil oleh para pemangku kebijakan dan pihak yang bertanggung jawab atas bentang alam di seluruh dunia untuk mengatasi hal ini?
J: Tindakan yang paling penting untuk dilakukan yaitu memahami perilaku kebakaran di berbagai tipe bentang alam – yang dipengaruhi oleh pola cuaca, jenis bahan bakar, topografi dan dinamika risiko nyala api (terutama yang disebabkan oleh manusia di daerah tropis) – dan memanfaatkan pengetahuan untuk peningkatan tata kelola kebakaran (perencanaan, pencegahan dan pemadaman kebakaran) dari setiap tipe bentang alam yang ada. Penting untuk disadari bahwa bentang alam bersifat dinamis (karena riwayat kebakaran, penggunaan lahan, urbanisasi, perubahan iklim, dan lainnya) dan program manajemen kebakaran harus dilakukan secara fleksibel.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org