Bagikan
0

Bacaan terkait

Mengapa stok ikan makin berkurang di dalam kawasan laut lindung (marine protected area/MPA) dibanding di luar kawasan?

Misteri ini dan misteri lainnya diuraikan dalam sebuah penelitian  yang dilakukan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR). Penelitian ini menggunakan pendekatan ‘sintesis realis’ untuk memahami kapan, bagaimana, di mana dan mengapa penetapan MPA dapat memberi hasil lebih baik bagi kondisi lingkungan dibanding pengaturan kepemilikan.

Laporan penelitian ini menggabungkan bukti dari 31 artikel mengenai MPA dari beragam konteks di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Pada praktiknya, penelitian ini menggunakan perikanan sebagai lensa besar dalam menjawab pertanyaan luas mengenai tata kelola sumber daya alam. Dalam kompleksitas dan beragamnya sistem sosioekologi dunia, bagaimana kita dapat menetapkan intervensi terbaik yang mampu meningkatkan kelestarian?

Tampaknya, jawaban pertanyaan tersebut tidak hanya pada bentuk intervensi, tetapi juga pada metode penelitian yang dirancang.

PENANDA KONTEKS

Sintesis realis merupakan sebuah teknik kajian bukti untuk mengungkap kaitan antara konteks, mekanisme dan hasil dalam sistem yang kompleks.

Laporan ini merupakan sintesis realis kedua yang digunakan dalam studi kajian-setara bidang kebijakan konservasi. Pilihan ini muncul dari kekecewaan para peneliti terhadap metode analisis konvensional.

Kajian sistematik kuantitatif yang menggunakan metodologi kuat dalam mencari, memilih, menilai dan mensintesis laporan penelitian primer pada topik tertentu, sudah sering digunakan pada sektor tata kelola sumber daya alam.

Namun, untuk jenis kajian serupa yang diterapkan di bidang medis, dan kemudian diterapkan di bidang ilmu sosial, menurut Direktur Penelitian CIFOR, Steve Lawry, “seperti cari-cari masalah.”

“Menemukan penelitian yang memenuhi standar kriteria inklusi data untuk melakukan kajian sistematis dalam kondisi masyarakat yang sangat kompleks adalah mimpi buruk. Percayalah, karena saya telah melakukan kajian sistematik mengenai dampak investasi dan produktivitas pada jaminan hak lahan yang lebih baik.”

Dalam proses penelitian tersebut, “kami memeriksa 25.000 penelitian di awal. Di akhir proses, kami hanya menemukan 25 penelitian yang memenuhi standar metodogi inklusi.”

Terlebih, katanya, meski kajian menghasilkan beberapa temuan menarik mengenai variasi peningkatan produktivitas di berbagai wilayah di dunia, upaya ini gagal menjawab pertanyaan penting: mengapa variasi ini terjadi?

“Masalahnya, kajian sistematik tidak membolehkan kita menarik kesimpulan langsung dari data penyebab perbedaan hasil dari berbagai masyarakat atau wilayah. Konteksnya berbeda, dan inilah masalahnya.”

Sebagai salah seorang peneliti kajian ini, Konsultan CIFOR, Rebecca McLain menjelaskan, sintesis realis “tidak hanya berupaya memaparkan hasil intervensi kebijakan dalam sistem kompleks, tetapi juga mencoba menemukan bagaimana hasil itu muncul, dan pada kondisi berbeda hasil itu terjadi.”

Intinya, kata McLain, “ia menekankan perlunya memahami apa yang mendorong masyarakat mengubah – atau tidak mengubah – perilaku di beragam situasi.”

Baca juga Agar suara masyarakat adat diperhatikan dalam pemanfaatan lahan, keikutsertaan saja tidak lantas cukup

KAYA INTERAKSI

Pada tingkat dasar, para peneliti sintesis realis MPA mengungkap bahwa persepsi legitimasi peraturan berperan penting bagi keberlanjutan jangka panjang dan efektivitas biaya

“Tetapi ceritanya lebih rumit,” kata McLain

Pada awal, para peneliti menelaah beragam mekanisme yang mempengaruhi hasil jangka panjang untuk bisa beroperasi secara simultan satu sama lain, meski tetap independen. “Namun, kami menemukan bahwa setidaknya tiga jenis legitimasi – legal, sosial dan ekologis – biasanya ‘dalam satu paket’ yang tidak mudah diurai,” katanya.

Ketika satu atau lebih aspek ini lemah, masyarakat mungkin akan bersikap bahwa ada masalah dengan tujuan konservasi dalam MPA. Ketika ada legitimasi “kuat” di seluruh tiga sektor, menurut McLain, mereka cenderung mematuhi regulasi.

“Pada praktiknya, hal ini berarti bahwa nelayan di kawasan penerapan MPA tidak hanya perlu mengakui bahwa negara atau masyarakat yang menerapkan larangan memiliki otoritas legal dalam melakukannya, tetapi mereka juga perlu melihat bahwa larangan ini berterima secara sosial dan kredibel secara ekologis,” paparnya.

Di salah satu studi kasus yang dianalisis, misalnya, koperasi nelayan di Puerto Puerto Peñasco, Meksiko, menetapkan zona larangan untuk bentik invertebrata (krustasea, moluska, cacing dan makluk konsumsi dasar laut lain).

Kami menemukan, setidaknya tiga jenis legitimasi – legal, sosial dan ekologis – biasanya ‘dalam satu paket’ yang tidak mudah diurai.

Rebecca McLain, Konsultan CIFOR

Pada awalnya, inisiatif ini berhasil. Secara sukarela, anggota koperasi mematuhi aturan dengan memegang keyakinan yang sama, bahwa langkah ini akan mendukung keseluruhan sehatnya kawasan perikanan (legitimasi ekologi), dan didukung oleh kuatnya modal sosial dalam kelompok (legitimasi sosial). Seorang pejabat lokal menjamin bahwa nelayan luar tidak akan memancing di kawasan tersebut (legitimasi legal).

Namun, saat inisiatif berjalan, pejabat itu kemudian digantikan oleh orang lain yang tidak tertarik menegakkan peraturan perlindungan kawasan. Nelayan luar mulai memancing di kawasan terlarang. Ketika anggota koperasi melihat tindakan tersebut lepas dari sanksi, mereka juga mulai memancing di kawasan tersebut. Akibatnya, populasi bentik invertebrata di kawasan itu jatuh ke tingkat lebih rendah dibanding kawasan pembanding.

Kasus ini menunjukkan betapa rentannya sebuah sistem akibat tindakan satu orang, sekaligus pula menekankan pentingnya mengidentifikasi “titik lemah” seperti ini serta menemukan jalan untuk melindunginya.

KEUNGGULAN SINTESIS

Para peneliti sangat menyambut potensi menerapkan sintesis realis pada evaluasi intervensi kebijakan lain dalam manajemen sumber daya alam. Metode ini menawarkan informasi mendalam pada sebuah sistem kompleks seperti perikanan dan perhutanan.

“Bisa dengan mudah diadaptasi,” kata McLain, “sepanjang ada penelitian yang cukup yang memberi informasi yang juga cukup mengenai konteks, mekanisme yang mengarah pada perubahan perilaku dan hasilnya untuk memungkinkan dibuatnya analisis kualitatif.

“Kami berpikir ini memberi semacam kekuatan nyata untuk mengembangkan informasi mengenai faktor-faktor yang berkontribusi pada keberhasilan dan kegagalan kebijakan dalam beragam konteks,” kata Lawry.

Penelitian ini didukung oleh pendanaan dari Program penelitian CGIAR mengenai Kebijakan, Kelembagaan dan Pasar.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org