Bagikan
0

Bacaan terkait

Selama beberapa dekade, para peneliti telah mempelajari dampak jender terhadap hak laki-laki dan perempuan di bidang kehutanan. Namun saat dunia bertindak sesuai tujuan iklim dan pembangunan global, sebagian besar penelitian ini baru sekarang muncul ke permukaan.

Sumber daring terbaru Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) menyatukan beberapa tahun hasil kerja mengenai topik ini dalam koleksi Kumpulan investigasi berbasis jender dan penelitian responsif jender berisi kumpulan publikasi, berita, sumber daya multimedia dan lain-lain ditunjukan bagi siapa saja yang tertarik dengan bidang jender dan kehutanan.

Koleksi daring bersumber dari publikasi Earthscan Reader yang telah lama ditunggu tentang Jender dan Kehutanan, sebuah antologi bacaan penting tentang teori, analisis, metodologi, studi kasus dan perdebatan di lapangan selama 30 tahun terakhir, yang disusun oleh peneliti CIFOR dan mitra.

Buku ini diluncurkan di sela-sela Kongres perayaan ke-128 International Union of Forest Research Organizations (IUFRO), dan selanjutnya dipromosikan pada mahasiswa kehutanan dan dosen di Indonesia melalui sebuah acara di kantor CIFOR akhir tahun lalu.

“Banyak pekerjaan telah dilakukan pada topik jender dan hutan, namun tidak ada kompilasi yang benar-benar mengambil pandangan historis mengenai keberadaan kita dan bagaimana pemikiran di bidang ini telah berkembang,” kata Bimbika Sijapati Basnett, co-editor buku dan inisiator sumber daring.

Menurut Carol Colfer, editor utama buku dan senior associate CIFOR, sumber daring ini menyajikan kesempatan bagi riset bagi penyebarluasan hasil temuan terbaru kepada khalayak yang lebih luas.

“Ketika kami berusaha sangat keras untuk ‘mengarusutamakan’ jender, kami melakukan banyak hal, sayangnya isu ini tidak pernah mendapat cukup perhatian ,” katanya. “Saya percaya bahwa kombinasi pengarusutamaan dan penyuluhan jender – seperti yang sedang dilakukan sekarang – merupakan strategi yang jauh lebih efektif.”

Lihat situs lengkap di sini.

TAMBANG EMAS DIGITAL

Bagi para siswa, peneliti, pengambil kebijakan dan pihak-pihak lain yang tertarik terhadap bidang jender dan kehutanan, koleksi baru penelitian jender CIFOR ini merupakan suatu tambang emas digital.

Selain temuan penelitian terbaru yang dipresentasikan dalam artikel dan buku jurnal, buku ini menyediakan akses ke manual praktis lapangan dan informasi singkat, serta presentasi dari konferensi internasional, dan tautan ke laporan global.

Masih banyak lagi yang dapat ditemukan oleh pembaca umum, mulai dari kumpulan foto dan video hingga lembar fakta informatif, termasuk laporan berita blog sains dan media.

   Pekerja perempuan di perkebunan sawit. Foto CIFOR/Icaro Cooke Vieira
   Potret pekerja perempuan di perkebunan sawit, Kapuas Hulu, Kalimantan. Foto CIFOR/Icaro Cooke Vieira
   Pandang dan saudara perempuannya berbincang di dapur. Kapuas Hulu, Kalimantan, Indonesia. Foto CIFOR/Icaro Cooke Vieira

BAGI GENERASI BERIKUTNYA

Di kantor CIFOR akhir tahun lalu, para mahasiswa dari departemen kehutanan di dua universitas besar di Indonesia – Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) – diperkenalkan pada karya-karya utama yang dikumpulkan dalam Earthscan Reader, berdiskusi dengan kontributor buku dan para ahli lainnya.

Bagi banyak siswa, ini adalah pengantar pertama mereka untuk tahu persimpangan antara studi jender dan kehutanan.

“Dulu saya berpikir bahwa kehutanan sebagian besar adalah bidang laki-laki. Diskusi hari ini membuka perspektif saya tentang bagaimana perempuan juga memiliki peran dalam kehutanan, “kata Angga Pratama Putra, Wakil Presiden Asosiasi Mahasiswa Kehutanan Internasional (IFSA) IPB.

“Saat kami lulus, saya berharap dapat mendorong rekan-rekan kami di bidang kehutanan tentang pentingnya kesetaraan jender dengan memberi perempuan kesempatan yang sama seperti laki-laki,” tambahnya.

Athiyyah Faadhilah, Presiden cabang IFSA di UGM, mengatakan bahwa dia banyak belajar dari diskusi: “Sepertinya kami telah membuka halaman baru, dari mengetahui sedikit tentang jender dan kehutanan pada awal diskusi, untuk sekarang memahami mengapa hal itu penting.”

Ia menambahkan bahwa IFSA di UGM akan bergabung tahun ini dengan siswa dari fakultas sains sosial dan politik untuk mengadakan lokakarya tentang jender dan perubahan iklim.

Melani, dosen ekologi manusia di IPB, mengatakan bahwa lebih mudah menyampaikan gagasan tentang jender kepada mahasiswa dari dasar subyek yang mereka pahami.

“Jika Anda memulai dengan topik yang sudah mereka ketahui, seperti kehutanan, dan kemudian Anda memasukkan masalah jender ke sana, Anda tidak perlu memulai dengan definisi awal,” katanya. “Karena mereka sudah berhubungan dengan subyek itu, Anda bisa mengenalkan sesuatu sehingga mereka melihatnya dalam perspektif yang berbeda.”

“Kemudian ketika Anda mengenalkan lebih banyak tentang teori feminisme atau jender – yang dalam kebanyakan kasus mereka mungkin memiliki prasangka, dan kemungkinan yang paling negatif – lebih mudah bagi mereka untuk mengubah perspektif mereka dan menerimanya,” tambahnya.

   Ibu Rosalina and Ibu Jeramong memotong rebung. Foto CIFOR/Icaro Cooke Vieira
Informasi lebih lanjut tentang topik ini hubungi Bimbika Sijapati Basnett di B.Basnett@cgiar.org.
Riset ini didukung oleh UK aid from the UK government.
Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org