Berita

Upaya menjaga keseimbangan alam

Mengukur efektivitas pendekatan bentang alam untuk konservasi dan pembangunan.
Bagikan
0
Pendekatan bentang alam mencoba memberi cara dan konsep terbaik mengelola lahan agar tercipta keseimbangan antara tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan. Icaro Cooke/CIFOR

Bacaan terkait

Masalah sosial dan lingkungan penting apa yang kita hadapi memasuki 2017 ini?

Di satu sisi, sekitar 800 juta orang – terutama di negara berkembang – tidur dengan perut lapar. Di saat yang sama, emisi gas rumah kaca terus meningkat. Data kemiskinan global mencatat hampir 900 juta orang bertahan hidup dengan pendapatan 1,9 dolar AS setiap hari. Sementara habitat alami menyusut dengan kecepatan mengkhawatirkan akibat ekspansi pertanian, yang disebut sebagai ‘kepunahan massal keenam’.

Meski semua ini bukan lah skenario kiamat. Tantangan memang terjal, namun langkah maju juga ada. Perserikatan Bangsa Bangsa, misalnya, mengeluarkan estimasi bahwa  lebih dari satu miliar penduduk telah terlepas dari kemiskinan sejak 1990. Terlebih lagi, jumlah penduduk kurang gizi terpotong separuhnya.

JANGKA PANJANG

Bagaimana kita bisa menjamin masyarakat rentan terhadap keamanan pangan, sekaligus menjaga lingkungan dari ganasnya perubahan iklim?

Pendekatan bentang alam mencoba memberi cara dan konsep terbaik mengelola lahan agar tercipta keseimbangan antara tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan. Pendekatan ini juga dipandang sebagai jalan mencapai target Aichi yang bertujuan mengembangkan strategi nasional konservasi dan pemanfaatan lestari keragaman biologi di 193 negara. Target ini disepakati dalam Konvensi Keragaman Hayati PBB.

Penelitian terbaru dari para peneliti di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), bersama lembaga mitra, melakukan eksaminasi bagaimana pendekatan bentang alam dapat menjawab tantangan-tantangan besar. Apa yang terungkap dari penelitian ini adalah adanya celah besar dalam implementasi pendekatan tersebut.

“Pendekatan bentang alam seharusnya merupakan implementasi komitmen jangka panjang (proses, bukan proyek) lintas skala, dan ini bertentangan dengan model kebijakan, penelitian, dan pendanaan yang ada saat ini,” kata James Reed, peneliti bentang alam dan sistem pangan CIFOR.

Reed menyatakan  bahwa kesejalanan filosofi pendekatan bentang alam, target Aichi, dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), secara teoritis, cukup untuk meyakinkan para donor, pengambil kebijakan, dan para peneliti untuk berkomitmen menjalankan inisiatif bentang alam agar dapat terdanai dengan baik, terencana jangka panjang, dan berskala besar.

MENJAGA KONSISTENSI

Mengingat yang kita perbincangkan adalah bentang alam luas, mulai dari tundra beku terpencil hingga padang pasir dan hutan tropis – bagaimana kita menjamin pendekatan ini berjalan baik?

Penelitian menekankan perlunya lebih banyak penelitian dalam memperkuat pemantauan dan pengumpulan data agar mampu mengukur pencapaian tujuan, dan menyajikan basis bukti yang kuat dalam mengevaluasi efektivitas beragam pendekatan bentang alam. Upaya ini termasuk pula menimbang matang ‘Teori Perubahan’ yang mensyaratkan perencanaan, partisipasi dan komponen evaluasi.

“Pendekatan total bentang alam harus berlandas pengembangan model ‘Teori Perubahan’ yang didukung pengukuran kemajuan di sepanjang proses terdampak,” kata Reed.

Para peneliti juga menemukan, jika institusi pemerintah tidak bisa mengalokasikan investasi yang diperlukan untuk mengukur efektivitasnya, maka mereka perlu mengakui bahwa apa yang dilakukan tidak sepenuhnya bisa diakui sebagai pendekatan bentang alam.

Satu cara bentuk spesifik pendekatan bentang alam adalah upaya mengintegrasikan ‘ilmu pengetahuan warga‘. Dengan melibatkan masyarakat dalam penelitian ilmiah, kita dapat secara efektif memantau seberapa baik pendekatan bentang alam bekerja, dan mengidentifikasi tantangan-tantangan besarnya.

“Dalam membangun komitmen jangka panjang melampaui durasi pendanaan proyek, inisiatif ini perlu ditanamkan secara lokal, meningkatkan kapasitas lokal, dan mendorong pemberdayaan kelompok marjinal. Jika dilakukan secara efektif, pemantauan partisipatoris memberi jalan pelibatan pemangku kepentingan lokal dan membuat mereka bisa mengevaluasi langkah menuju tujuan, yang mereka sendiri bantu rumuskan,” kata Reed.

GAMBARAN BESAR

Setiap orang yang terlibat dalam pendekatan bentang alam harus secara total terlibat. Reed menyatakan bahwa salah satu tantangan besar adalah kemauan politik harus lebih besar dan memerlukan keterlibatan penuh dari seluruh pemangku kepentingan. Ia menyatakan bahwa setiap orang yang terlibat perlu mendapat panduan yang jelas dan tahu apa yang diharapkan. Ia juga menekankan perlunya seluruh pemangku kepentingan mengambil pendekatan yang fleksibel dan aplikatif di lapangan.

“Tidak perlu mencoba memaksakan pendekatan kaku. Memahami situasi spesifik bentang alam, seringkali malah memberi jalan terbaik menentukan strategi mana yang lebih efektif,” kata Reed.

Penelitian menunjukkan, institusi pengimplementasi perlu pula mencari cara memberi insentif, sekaligus menyediakan strategi alternatif penghidupan bagi kelompok rentan. Melihat pada bagaimana lembaga donor dan program dikembangkan, penelitian menunjukkan kebutuhan nyata menghapus penghalang sektoral terkait kebijakan, penelitian dan praktik.

“Dalam sebuah bentang alam, seringkali, target sektor tertentu bertentangan dan berdampak negatif pada tujuan sektor lain. Pendekatan lebih holistik akan mampu mengindentifikasi sinergi dan timbal-balik yang terjadi dalam bentang alam, dan merespon secara tepat,” kata Reed.

LAKUKAN SAJA

Memang bukan tugas mudah, menemukan jalan meningkatkan kesejahteraan manusia, sekaligus menjaga dan memperbaiki sumber daya alam tempat bergantungnya masyarakat di masa depan. Tetapi ini bukan alasan untuk mengambil langkah pertama.

“Kita tidak perlu daftar keberhasilan. Sekadar berupaya melangkah mencapai tujuan ini sudah cukup sebagai awal. Kita perlu mengakui kompleksitas dan memahami bahwa tidak ada cetak biru pendekatan bentang alam,” kata Reed.

“Seringkali harus kita harus merangkak, menggunakan pendekatan coba-coba, belajar dari kesalahan, sambil berproses memperbaiki tata kelola, dan dengan itu, kita dapat melangkah maju,” tambahnya.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org