Mencari jalan tengah antara perlindungan alam di tengah kuatnya dorongan perluasan ekspansi pertanian konservasi tentu bukan tugas yang mudah. Terlebih bagi para petani kecil – pemain penting di dalam proses produksi komoditas pertanian – yang akibat adanya penurunan ekonomi dapat berakibat meningkatnya praktik tidak berkelanjutan – dan menjadikan situasi menjadi lebih rumit.
Semakin meningkatnya komitmen perusahaan untuk memutus rantai deforestasi dari rantai pasokan, situasi integrasi dan kerentanan petani juga perlu mendapat perhatian. Pertanyaannya, bagaimana perusahaan dapat membantu untuk memberdayakan petani kecil, mendorong pengurangan praktik-praktik yang mendorong terjadinya deforestasi? Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah, masyarakat sipil dan sektor finansial? Dan, seperti apa proyek pemberdayaan petani kecil yang berhasil?
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Hutan Hujan Asia-Pasifik (APRS) di Brunei mulai 3 hingga 5 Agustus lalu, pertanyaan-pertanyaan tersebut telah didiskusikan oleh beragam perwakilan pemerintah, bisnis, masyarakat sipil dan komunitas peneliti.
Dalam sebuah wawancara di sela-sela Forum Bentang Alam Global: Kasus Investasi, ilmuwan utama Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), Pablo Pacheco – yang menjadi ketua sesi petani kecil di APRS – mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tajam mengenai petani kecil, investasi dan keberlanjutan.
Saat ini banyak sektor investasi swasta – dengan kekuatan modal yang dimiliki – nampaknya belum menjangkau petani kecil. Bagaimana pandangan Anda?
Hal ini bergantung pada sektor mana yang kita lihat. Saya pikir ada sejumlah besar petani kecil yang tidak mempunyai akses modal. Tetapi ada sekelompok kecil petani kecil yang bersama-sama mengelola tanaman komoditas dan lebih mempunyai jaringan dengan perusahaan dan pasar global yang memiliki akses modal – sebab modal berasal dari kesepakatan antara kelompok petani kecil tersebut dengan perusahaan.
Dan jika mereka memiliki akses terhadap beberapa sumber pendanaan atau keuangan, mereka juga memiliki akses terhadap pasar informal. Dalam banyak kasus, akses tersebut sekaligus menjadi jembatan terhadap siapa yang dapat memberikan modal pada petani kecil. Tapi faktanya, modal yang datang dari sumber informal cenderung lebih fleksibel bagi petani kecil. Hal ini terjadi pada petani kecil pada beberapa keadaan walaupun lebih mahal. Uang kurang bisa diandalkan. Jadi mereka memang memiliki akses modal, tetapi jauh lebih mahal.
Saya pikir masalah finansial petani kecil kini adalah pembuatan akses modal yang lebih terjangkau.
Apakah setelah beberapa tahun ini ada peningkatan? Dalam hal investasi sektor swasta, apakah tata kelolanya menguntungkan petani kecil?
Hal ini tidak bisa dipastikan. Saya pikir ada bagian sektor swasta mampu membangun hubungan dengan petani kecil melalui skema luar. Dan saya pikir jika Anda memiliki perusahaan yang mampu menyediakan modal bagi petani kecil, yang diperlukan bukan hanya modal, tetapi juga bantuan teknis serta bagaimana dapat memasukkan jasa yang dimiliki bagi kepentingan petani kecil.
Para perusahaan perlu menjamin bahwa mereka memiliki kualitas suplai dan kestabilan suplai yang cukup dari petani kecil di luar sistem. Namun faktanya, saat ini perusahaan membuat komitmen sumber suplainya bersih, bebas deforestasi. Dan saya pikir masalah utama yang para perusahaan hadapi adalah membangun sumber suplai bersih yang melibatkan petani kecil.
Tetapi hal ini berarti perusahaan perlu membuat semacam perjanjian dengan para petani kecil yang mensuplai perusahaan. Inilah masalah besarnya. Karena mayoritas petani kecil adalah petani mandiri, seperti di sektor sawit di Indonesia.
Dan siapa yang Anda pikir seharusnya membayar biaya transisi petani kecil agar menjalankan produksi yang lebih berkelanjutan?
Saya pikir apa yang diperlukan adalah model bisnis yang mampu menanggung bersama biaya tersebut – berbagi biaya, berbagi risiko dan berbagi manfaat. Karena dalam sebagian besar kasus, Anda perlu model bisnis yang kemudian dapat mentransfer biaya pada produser dan sektor lebih hilir rantai suplai. Jadi mereka yang harus membayar biaya itu. Dalam sebuah situasi ideal, perusahaan juga seharusnya bisa – jika mereka menargetkan bebas deforestasi di pasar – jika ada penghargaan ketika mentransfer manfaat ke hilir rantai nilai.
Saya pikir masalah finansial petani kecil adalah bagaimana membuat akses modal dapat lebih terjangkau
Sehingga petani kecil bisa mendapat manfaat atau mendapat kompensasi atas biaya yang mereka investasikan dalam meningkatkan sistem produksi. Tetapi ini masih menjadi pertanyaan terbuka, dan kita tidak tahu apakah ini akan bekerja dengan cara seperti itu.
Apa yang bisa dilakukan sektor finansial dan perbankan untuk membantu penghidupan petani kecil?
Mereka berada dalam posisi sulit. Meski jika mereka memiliki keinginan dan ketersediaan modal untuk berinvestasi pada petani kecil, biaya transaksinya sangat tinggi bagi mereka untuk menyediakan modal seperti ini bagi petani kecil. Jadi mereka benar-benar perlu lembaga keuangan mikro, koperasi, dan aggregator. Menyalurkan uang melalui aggregator bisa menjadi jalan menurunkan biaya transaksi pinjaman tersebut.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org