Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) meluncurkan peta interaktif lahan basah dunia yang berbasis web, bersamaan dengan dilangsungkannya Kongres Lahan Gambut Internasional di Kuching, Sarawak Malaysia.
Peta Lahan Basah Dunia ini merupakan inisiatif baru Program Adaptasi dan Mitigasi Lahan Basah Berkelanjutan (SWAMP) yang merupakan kolaborasi antara CIFOR dengan Departemen Kehutanan Amerika Serikat yang didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Peta interaktif ini bertujuan membangun wahana berbagi pengetahuan mengenai lahan basah, histosol (lahan bergambut) dan cadangan karbon, yang menjadi kunci mengidentifikasi dan menyusun prioritas aksi mitigasi dan mengembangkan strategi adaptasi perubahan iklim.
Peta online ini menampilkan estimasi sebaran lahan basah di seluruh dunia. Para pengakses dapat menjelajah peta dan data-data di dalamnya secara bebas, sementara pengguna yang mendaftarkan diri dapat memverifikasi dan berkontribusi menyempurnakan peta berdasarkan penelitian atau pengetahuan lapangan mereka.
Jelajahi Peta Lahan Basah Dunia dan jadilah pengguna terdaftar di sini.
Melalui sifat interaktifnya, akurasi peta ini dapat terus disempurnakan, dan pada saat yang bersamaan upaya berbagi-data dalam komunitas penelitian dapat terus diperluas. Data dalam peta juga dapat diunduh secara gratis, dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan penelitian lebih jauh menggunakan perangkat lunak sistem informasi geografis seperti ArcGIS.
Lahan Basah berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim dan strategi adaptasi, selain menyediakan jasa lingkungan esensial. Meski sampai saat ini, sebaran dan luasan pastinya, khususnya di wilayah tropis, belum cukup dikenali.
Daniel Murdiyarso, llmuwan CIFOR dan Peneliti Utama SWAMP, menyatakan bahwa pengetahuan mengenai lahan basah sangat penting untuk mengarahkan tindakan restorasi lahan basah terdegradasi dan perlindungan terhadap lahan basah alami yang masih utuh untuk kepentingan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
“Lahan basah adalah salah satu ekosistem kaya karbon yang menghadapi tekanan hebat akibat dari intervensi manusia dalam mengubah penggunaan lahan. Potensi lahan basah dalam memitigasi perubahan iklim sudah diakui secara luas. Selain itu, melalui jasa lingkungan yang diberikan, lahan basah juga sama pentingnya bagi adaptasi perubahan iklim,” jelasnya.
Kongres Gambut Internasional ke-15 yang berlangsung hingga 19 Agustus tersebut digelar oleh Masyarakat Gambut Malaysia dan Masyarakat Gambut Internasional. Konferensi ini bertujuan menjadi platform bagi para peneliti dan praktisi untuk berbagi pengetahuan mengenai gambut dan lahan gambut di wilayah tropis.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org