Hutan mangrove kaya dengan karbon merupakan lahan prioritas penting dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim strategi di seluruh dunia. Potensi lahan ini bagi Indonesia, pemilik seperempat hutan mangrove dunia, belum maksimal dimanfaatkan.
Berikut ini tanya jawab dengan Daniel Murdiyarso, peneliti senior CIFOR seputar peran mangrove bagi Indonesia.
T: Apa cara terbaik memberi pengaruh bagi para pengambil keputusan akan peran penting mangrove terkait pemenuhan target reduksi emisi ?
J: Selama ini sudah banyak orang bergairah merestorasi mangrove dengan tujuan agar pohon ini kembali ke tempatnya, melakukan fungsinya sebagai pelindung atas kawasan pesisir, tapi tidak banyak yang menyadari fungsi lain dari mangrove ini dalam kaitannya dengan menyimpan karbon yang merupakan komponen penting dalam perubahan iklim.
Jadi kalau upaya merestorasi mangrove bisa dikaitkan dengan fungsinya dalam mengendalikan perubahan iklim global, gairah ini akan semakin besar dan orang mengerti manfaatnya lebih baik.
Cara mempengaruhinya adalah menyajikan data yang benar, paling tidak itu dari segi ilmiah itu datanya benar, tapi juga lebih penting lagi membantu mengambil keputusan, dimana sebenarnya mangrove ini ditanam. Jangan sampai ia ditanam di tempat yang dia tidak akan bertahan, tidak akan survive. Kalau hanya untuk upacara, untuk disorot televisi, banyak sekali dilakukan, besoknya seedling itu sudah tidak ada lagi.
Jadi kita perlu membantu dimana sebetulnya mangrove itu ditanam dan persyaratan apa yang harus dipenuhi.
T: Bagaimana tanggapan dari dunia luar tentang riset ini? Terkait dengan peran Indonesia dalam perubahan iklim global
J: Saya belum tahu tanggapan dunia, tetapi saya bisa memprediksi bahwa angka-angka yang kita hasilkan cukup signifikan untuk keputusan itu dibuat dalam rangka memproteksi, melindungi mangrove dan untuk mengelolanya secara berkelanjutan. Terutama dalam fungsinya menyimpan karbon yang sangat besar. Jadi mangrove perlu mendapat tempat yang sepadan.
T: Apakah hasil riset dapat menaikkan level tingkat perhatian internasional terhadap mangrove Indonesia?
J: Mangrove Indonesia memiliki seperempat dari mangrove dunia. Dan cadangan karbon yang disimpannya itu sepertiga dari seluruh mangrove dunia. Jadi kita berada pada posisi yang sangat strategis dalam kontribusi di bidang ini.
T: Mengenai tata kelola mangrove, siapa yang harus terlibat, tantangan apa dan contoh yang bisa diambil dari hasil riset ini?
J: Ini tantangan yang paling besar. Kita bisa saja hasilkan angka-angka ini dengan baik diteliti dan sebagainya. Tetapi kalau sistem pengelolaannya tidak terarah, sayang sekali. Jadi resources tidak dipakai secara terarah. Terutama karena mangrove ditangani oleh banyak pihak dan dengan tujuan yang berbeda-beda. Tidak berarti tujuan itu jelek semua, tetapi perlu ada waktu dan kesempatan untuk duduk bersama, dimana sebetulnya memanfaatkan mangrove ini secara berkelanjutan.
Jadi tujuan-tujuan yang berbeda ini bisa dinegosiasikan secara internal sehingga manfaat mangrove bisa optimal.
T: Riset ini menunjukkan keragaman tingkat stok karbon di beberapa wilayah Indonesia. Temuan apa yang bisa dimanfaatkan dari sini?
J: Jadi yang sudah kita lakukan selama ini, CIFOR dan partnernya di Indonesia dan di tempat-tempat lain, melakukan penilaian, assessment terhadap cadangan karbon di tempat-tempat yang kurang lebih asli. Sehingga kita mendapatkan gambaran, begini keadaannya sebagai rujukan, sehingga kita bisa memprediksi seperti apa kalau kondisi yang hampir asli ini atau hampir tidak terganggu ini mengalami gangguan.
Selanjutnya kita ingin melihat bagaimana tempat-tempat yang mengalami degradasi itu memiliki kemampuan seperti ini. Kita bisa membandingkan dalam kaitannya dalam membuat kebijakan yang adil terhadap mangrove, adil terhadap komunitas yang memanfaatkan mangrove.
T: Apa peran penting mangrove Indonesia bagi upaya mitigasi perubahan iklim global?
J: Sekarang dunia sudah memiliki tata cara melakukan assessment terhadap gas rumah kaca di kawasan lahan basah atau wetlands termasuk mangrove. Jadi dari sini kita secara strategis bisa melihat bahwa penilaian atau assessment karbon di dalam ekosistem mangrove ini sudah mendapat perhatian yang besar di seluruh dunia.
Dan Indonesia memiliki potensi untuk memberikan kontribusinya dengan assessment yang baru, dengan data yang baru. Sehingga kita juga bisa, bukan saja membanggakan diri, tapi juga menunjukkan potensi ini, tidak saja hanya bagi kepentingan Indonesia, tapi juga secara global dalam konteks pengendalian perubahan iklim.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
Potong emisi, jangan mangrove: Harapan terbaik bagi Indonesia untuk memperlambat perubahan iklim
MANGROVE INDONESIA: Berkas fakta: Kekayaan nasional dalam ancaman
5 FAKTA PENTING MANGROVE INDONESIA
Saat pasang meninggi, bisakah mangrove bertahan? Peneliti meneliti mengali jawaban
Pakar bakau menyarankan restorasi, regenerasi organik pesisir
'Sains kotor ': Mengali kenyataan tentang karbon dan mangrove
Untuk melindungi lahan basah, cobalah manfaatkan kotak ilmu Anda
Mampukah penebangan lestari menyelamatkan hutan mangrove di Indonesia?
Kartu pos dari Kubu Raya: Lumpur, lumpur, mangrove yang masyhur