Bagaimana seharusnya kita mendefinisikan kehutanan bagi pembangunan berkelanjutan? Pada 3-7 Februari 2014, isu ini akan diperdebatkan dalam Kelompok Kerja Terbuka mengenai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam Sidang Umum PBB. Kami bangga karena ilmuwan CIFOR, Dr. Daju Resosudarmo diundang untuk presentasi dan hadir dalam panel ahli pertemuan penting ini.
Pertemuan ini memberikan peluang unik guna menunjukkan bagaimana kepentingan fundamental hutan dan kehutanan bagi pembangunan berkelanjutan, khususnya kontribusi yang dapat dibuat di seluruh ragam aspirasi pembangunan. Proses Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) juga terbukti penting bagi debat mengenai arti “kehutanan” dan untuk memperkuat posisi dan persepsi sektor ini.
Dalam garis ini, CIFOR dan para mitra dalam setahun terakhir mendorong perspektif bentang alam, khususnya melalui Forum Bentang Alam Global. Prosiding dari Forum memperkuat betapa pentingnya menjaga perspektif lintas-sektor, khususnya lintas sektor penggunaan lahan seperti kehutanan dan pertanian, untuk solusi lebih baik bagi kemiskinan, keamanan pangan, perubahan iklim, keragaman hayati dan pertumbuhan hijau.
Akan terdapat fokus kuat mengenai hutan dan kehutanan di PBB sepanjang pekan depan. Hal ini sangat baik bagi kita yang terkait medan ini.
Tetapi mari kita juga ingat gambaran besar, bagaimana sektor-sektor berinteraksi di lapangan dan keseluruhan masa depan yang kita inginkan!
Jadi apa yang dibahas pekan depan?
Saat ini, 19 bulan semenjak konferensi Rio+20 sejalan dengan persiapan Sidang Umum PBB ke delapan dan terakhir untuk pertemuan Kelompok Kerja Terbuka (OWG) mengenai Tujuan Pembangunan berkelanjutan. OWG adalah rumusan “alur kerja” paling utama yang dibentuk untuk membangun SDGs menyusul kesimpulan Rio+20 mengenai “Masa Depan yang Kita Inginkan”.
Pada tahun ini nantinya kita akan melihat laporan dari OWG dan usulan kerangka kerja SDG.
Perwakilan dari 71 negara anggota OWG akan memberi rekomendasi ini kepada Sidang Umum dan Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon.
Bagi kita yang terkait dengan kehutanan, menjadi signifikan bahwa kehutanan dibahas sebagai topik dalam pertemuan akhir OWG. Wacana selama enam bulan terakhir, OWG telah mendiskusikan tiap topik yang dielaborasi dalam Rio+20, dan hutan adalah salah satunya. Ketika mendiskusikan bagaimana memasukkan hutan dan kehutanan dalam SDGs, saya menemukan akan bermanfaat untuk merefleksikan seluruh kumpulan topik dan konteks yang ada. Daftar di bawah ini mengikui sekuens topik yang dibahas OWG, dan topik (#26-32) yang akan dibahas di pertemuan akhir:
- Pengurangan kemiskinan
- Keamanan pangan dan nutrisi
- Pertanian berkelanjutan
- Desertifikasi, degradasi lahan dan kekeringan
- Air dan sanitasi
- Lapangan kerja dan pekerjaan layak untuk semua
- Perlindungan sosial
- Generasi muda
- Pendidikan dan budaya
- Kesehatan
- Dinamika populasi
- Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif
- Pertanyaan kebijakan makroekonomi (termasuk perdagangan)
- Pembangunan infrastruktur dan industrialisasi
- Enerji
- Cara implementasi (termasuk pembiayaan, ilmu dan teknologi, penyebaran pengetahuan dan peningkatan kapasitas)
- Kemitraan global dalam mencapai pembangunan berkelanjutan
- Kebutuhan negara dalam situasi khusus
- Hak asasi manusia
- Hak untuk membangun
- Tata kelola global
- Kota dan pemukiman berkelanjutan
- Transportasi berkelanjutan
- Konsumsi dan produksi berkelanjutan (termasuk kimia dan limbah)
- Perubahan iklim dan reduksi risiko bencana
- Samudera dan laut
- Hutan
- Keragaman hayati
- Mendorong kesetaraan, termasuk kesetaraan sosial, gender dan pemberdayaan perempuan
- Pencegahan konflik
- Membangun perdamaian pasca-konflik dan peningkatan ketahanan perdamaian
- Perundangan dan tata kelola
Sekarang, daftar panjang prioritas ini melegakan dan mengarahkan saya untuk menarik dua kesimpulan: (a) terdapat banyak topik yang lebih penting dari kehutanan sendiri, ketika mereka merujuk pada rebutan aspirasi seperti pengurangan kemiskinan; (b) hutan dan kehutanan relevan terhadap sejumlah besar topik lain. Dengan perspektif ini, menjadi tidak begitu relevan untuk mempertimbangkan SDG hanya pada hutan sebagai satu pilihan, yang telah dilakukan dalam “ringkasan isu” mengenai hutan OWG.
Sebaliknya kita harus mengidentifikai bagaimana kehutanan dapat berkontribusi lebih luas dengan cara terintegrasi – cara lebih efektif untuk membangun kesadaran dan memperkuat sektor ini.
Perlu saya mengingatkan bahwa sangat diinginkan bahwa rumusan terakhir SDG adalah:
- Berorientasi aksi
- Ringkas
- Mudah dikomunikasikan
- Terbatas dalam jumlah
- Aspirasional
- Global secara alami
- Terbangun dari kemitraan pembangunan nyata (lintas sektor dan di atas bantuan)
- Dapat diterapkan secara universal di semua negara
Pembaca blog ini bisa mengingat bahwa saya memberi beberapa saran-saran dalam arah ini dan juga terkait dengan laporan panel tingkat tinggi mengenai SDGs, Mei 2013. Satu usulan yang saya buat adalah “Bentang Alam Berkelanjutan” akan menjadi cocok dan lintas sektor SDG. Terlepas dari hasil terakhir rumusan SDG dikonstruksi, kita harus mendefinisikan dan mengkomunikasikan bagaimana hutan dan kehutanan terkait dalam gambaran besar ini. Lebih penting lagi, kita harus membantu menyampaikan kontribusi signifikan hutan dan kehutanan terhadap masa depan yang kita inginkan.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
Angelsen, Arild; Wunder, Sven (2003). Exploring the Forest-Poverty link: Key Concepts, Issues and Research Implications. CIFOR Occassional Paper No. 40. //www.cifor.org/publications/pdf_files/occpapers/op-40.pdf
Colfer, Carol J.; Sheil, Douglas; Kishi, Misa. Forests and Human Health. Assessing the Evidence. CIFOR Occassional Paper No. 45. //www.cifor.org/publications/pdf_files/OccPapers/OP-45.pdf
Ickowitz, Amy et al. (2014). Dietary quality and tree cover in Africa. Global Environmental Change. In press, available online: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0959378013002318
Nasi, R., Taber, A. and van Vliet, N. (2011). Empty forests, empty stomachs? Bushmeat and livelihoods in the Congo and Amazon Basins. International Forestry Review 13(3): 355-368. //www.cifor.org/nc/online-library/browse/view-publication/publication/3580.html
Sunderland, T.C.H. (2011). Food security: why is biodiversity important? International Forestry Review 13(3): 355-368. //www.cifor.org/nc/online-library/browse/view-publication/publication/3577.html
Sayer et al. (2013). Ten principles for a landscape approach to reconciling agriculture, conservation, and other competing land uses. http://www.pnas.org/content/110/21/8349
Sunderlin et al. (2005). Livelihoods, Forests and Conservation in Developing Countries: An Overview. World Development, 33 (9), pp. 1383-1402.
http://www.cciforum.org/pdfs/Livelihoods%20forests%20and%20conservation%20in%20developing%20countries.pdf