Membuat proyeksi bagaimana bumi bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan menghangatnya lapisan atmosfer bukan perkara mudah.
Menurut sebuah studi terbaru, para ilmuwan telah merinci reaksi hutan tropis yang utuh — yang dapat menyimpan 40 persen karbon dalam berbagai vegetasi — terhadap variabilitas iklim dan mencoba memahami secara tepat seberapa sensitif tipe ekosistem ini terhadap perubahan suhu dari waktu ke waktu.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Science ini menunjukkan bahwa hutan tropis dapat mempertahankan kapasitas simpanan karbon dalam jumlah banyak meskipun terpapar suhu tinggi — 32 derajat celcius di siang hari.
Namun, temuan positif ini hanya dapat terjadi apabila ekosistem hutan mempunyai waktu cukup untuk beradaptasi, kondisi vegetasinya tetap utuh, dan emisi gas rumah kaca secara global dapat dibatasi untuk menghindari peningkatan suhu global di atas ambang batas.
Riset ini melibatkan tim yang terdiri dari 225 ilmuwan di seluruh dunia dan telah melakukan pengukuran serta pemantauan pada lebih dari setengah juta pohon dari 800 hutan tropis.
“Analisis kami menunjukkan bahwa sampai pada titik tertentu, hutan tropis secara mengejutkan mampu bertahan terhadap perbedaan suhu,” kata Martin Sullivan, pemimpin riset dan penulis utama dari Universitas Leeds dan Universitas Metropolitan Manchester Inggris.
“Jika kita mampu membatasi perubahan iklim, ekosistem hutan tropis masih dapat terus menyimpan karbon dalam jumlah banyak. Nilai ambang batas 32 derajat celcius yang ada telah menyoroti betapa pentingnya pengurangan emisi untuk menghindari terlalu banyak hutan yang keluar dari zona aman.”
Jika kenaikkan suhu rata-rata global dapat ditahan hingga 2 derajat celsius pada setelah masa pra-industri, hal ini dapat menyelamatkan hampir tiga perempat hutan tropis yang telah berada di atas ambang batas panas, tambah Sullivan.
“Setiap kenaikan suhu yang terjadi akan menyebabkan hilangnya karbon hutan dengan cepat,” katanya.
Panduan internasional di bawah Perjanjian Paris tahun 2015 tentang perubahan iklim menyatakan untuk membatasi suhu rata-rata dan menghentikannya dari kenaikan lebih dari 1,5 hingga 2 derajat celcius setelah masa pra-industri.
Menurut laporan ini, ekosistem hutan akan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer apabila jumlah karbon yang diperoleh dari pertumbuhan pohon kurang dari jumlah karbon yang hilang akibat kematian dan dekomposisi pohon.
Dalam jangka panjang, suhu memiliki pengaruh terbesar terkait cadangan karbon hutan yang menyebabkan pertumbuhannya kurang optimal, diikuti oleh kekeringan yang merupakan faktor kedua terbesar penyebab menurunnya daya hidup pohon.
Para peneliti melakukan penelitian dengan membuat plot-plot pengamatan di hutan tropis seluruh dunia, mengukur diameter dan tinggi setiap pohon, dan mendapatkan nilai simpanan karbon. Kemudian, para peniliti mengunjungi kembali plot pengamatan yang telah dibuat setiap beberapa tahun sekali untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan daya hidupnya.
“Bagi kami, kejutan terbesarnya adalah betapa tahannya hutan tropis terhadap kenaikan suhu meskipun hanya sampai pada titik tertentu,” kata Terry Sunderland, penulis jurnal dan peneliti asosiasi senior CIFOR dan profesor di Universitas British Columbia Kanada.
“Untuk mencegah terjadinya bencana akibat perubahan iklim, diperlukan perlindungan jangka panjang dan pengelolaan hutan berkelanjutan, namun juga harus diikuti dengan pengurangan emisi dan fokus pada sektor ekonomi yang tidak terlalu bergantung pada bahan bakar fosil.”
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org