Keanekaragaman hayati dalam fokus Hari Lahan Basah Dunia
Ekosistem yang sehat dan beragam, terutama lahan basah merupakan salah satu penopang kehidupan manusia, menyediakan air, pangan, dan juga perekonomian, kata Martha Rojas Urrego, sekretaris jenderal Konvensi Ramsar memperingati Hari Lahan Basah Sedunia tahun ini.
“Lahan basah menawarkan solusi kuat menyeluruh bagi kesehatan, pengetasan kemiskinan, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Lebih dari 35 persen lahan basah telah hilang dalam waktu kurang dari 50 tahun, sementara 25 persen spesies bergantung pada lahan basah, lahan basah daratan, dan 23 persen lahan basah pesisir dan laut terancam secara global, menurut data dari Konvensi Ramsar yaitu perjanjian antar pemerintah global tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan guna melestarikan dan pemulihan lahan basah.
“Amat krusial, ini adalah saatnya mengakui peran penting lahan basah bagi keanekaragaman hayati – dan solusi lahan basah untuk perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Inilah saatnya memenuhi komitmen menghentikan hilangnya lahan basah dunia,” kata Urrego.
Tahun 2020 fokus Hari Lahan Basah Dunia adalah melindungi keanekaragaman hayati.
Kegiatan restorasi sedang dilakukan di seluruh dunia, menurut konvensi. Di Denmark, Estonia, Finlandia dan Swedia, lebih dari 20.000 ha lahan gambut dikeringkan selama berabad-abad untuk mengekstraksi kayu.
Di Kalimantan Tengah proyek restorasi ekosistem lahan gambut seluas 108.000 ha sedang berlangsung, dibiayai oleh sektor swasta, demikian keterangan dari Konvensi. Parit drainase tengah diisi air, penebangan dihentikan dan kegiatan restorasi bentang alam sedang berlangsung.
Lahan basah meliputi rawa-rawa, lahan gambut, dan hutan bakau air asin, ekosistem yang menjadi fokus studi para ilmuwan di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR).
Lahan gambut memberikan layanan vital bagi bumi. Lahan gambut menyimpan karbon, mengatur iklim, menyediakan air bagi jutaan orang, mencegah banjir, kekeringan dan menyediakan makanan. Lahan gambut diperkirakan mengandung hampir dua kali lipat jumlah karbon yang tersimpan di hutan, meskipun luas lahan ini hanya mencakup 3 persen dari luas daratan.
Karena daerah berawa ini sering dianggap sebagai daerah terlantar, lahan ini dikeringkan dan digunakan untuk berbagai keperluan. Bendungan, tanggul, dan kanal dapat dibangun untuk mengalihkan air guna menyiapkan lahan untuk pertanian, penggembalaan ternak, atau pembangunan infrastruktur.
Sekitar 15 persen lahan gambut telah dikeringkan. Meskipun ini setara dengan kurang dari 0,4 persen dari permukaan lahan global, lahan gambut berkontribusi 5 persen dari emisi karbon dioksida buatan manusia. Untuk mencegah emisi lebih lanjut, area ini harus dibasahi kembali.
Drainase lahan gambut juga menyebabkan hilangnya tanah subur, penurunan tanah dan air asin dapat menembus daerah pesisir. Upaya restorasi di seluruh dunia berupaya memulihkan lahan gambut yang dikeringkan untuk mengurangi emisi karbon dioksida.
Hutan bakau, yang dikenal sebagai ekosistem karbon biru pesisir di samping lamun dan rawa-rawa garam, diakui karena kemampuannya untuk menyimpan sejumlah besar karbon dan melindungi garis pantai dari erosi yang disebabkan oleh aktivitas laut yang keras.
Hutan bakau juga menyediakan penyangga dengan menangkap sedimen yang tinggi karbon organik yang dapat menumpuk bersamaan dengan kenaikan permukaan laut, menurut penelitian.
Seperti lahan gambut, hutan bakau memiliki peran penting dalam strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim global – tidak hanya menyediakan berbagai jasa ekosistem, tetapi penelitian menunjukkan bahwa hutan bakau menyimpan jumlah karbon yang lebih tinggi daripada jenis hutan lainnya.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org