Bagikan
0

Bacaan terkait

Amerika Serikat – Meski menjanjikan sebuah peluang terbaik mitigasi perubahan iklim, solusi iklim alami belum cukup terakomodasi dalam rencana aksi iklim nasional pada proses Perjanjian Paris. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian terbaru.

Padahal perbaikan strategi manajemen lahan dapat membantu lebih dari 30 negara tropis mencapai komitmen kontribusi nasional (NDC) mereka dalam kerangka Perjanjian Paris. Demikian dinyatakan penulis makalah yang dipublikasikan dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society – Biological Sciences.

Hutan tropis, lahan gambut, mangrove dan lahan basah pesisir menyimpan sejumlah besar karbon yang terlepas menjadi gas pemicu pemanasan iklim, saat ekosistem rentan ini dibongkar.

“Penelitian terbaru kami menegaskan, jika negara-negara tropis ingin mencapai atau bahkan melampaui tujuan bersama karbon-netral pada paruh abad, fokus prioritas harus pada menjaga, merestorasi, dan meningkatkan manajemen ekosistem padat-karbon ini,” kata Bronson Griscom, Direktur Senior Solusi Iklim Alami Conservation International.

Menurut penelitian ini, secara umum, 20 negara memiliki 80 persen potensi solusi iklim alami berbiaya-efektif. Sementara empat negara hutan tropis utama – Brasil, Republik Demokratik Kongo, India dan Indonesia – mencakup 53 persen potensi tropis berbiaya-efektif.

Penelitian ini didasarkan pada penelitian Griscom pada 2017, yang menyatakan bahwa solusi iklim alami dapat mengampu sepertiga mitigasi iklim berbiaya-efektif yang diperlukan antara saat ini hingga 2030 untuk membatasi pemanasan global tetap di bawah 2 derajat Celsius.

MENCAPAI TARGET

NDC merupakan bagian kunci strategi Perjanjian Paris dalam mencegah kenaikan suhu rata-rata pasca-industrial sebesar 1,5 derajat Celsius atau lebih. Tiap negara diharuskan menyediakan data emisi gas rumah kaca dan target penurunannya untuk dicapai pasca-2020.

Di bawah ikrar yang ada saat ini, laporan dengan tingkat kepercayaan tinggi dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan, pemanasan global akan melampaui 1,5 derajat Celsius di atas level pra-industrial. Bahkan menurut Laporan Khusus on Global Warming of 1.5°C, angka ini tidak berubah meski dengan peningkatan substansial dalam skala dan semangat mitigasi pasca-2030.

Menurut penelitian terbaru Griscom, melalui pembenahan perlindungan hutan, lahan gambut, mangrove dan lahan basah pesisir, separuh dari negara tropis medium dan besar akan mampu memotong emisi nasionalnya sekitar 50 persen. Penerapan 12 solusi iklim alami berbiaya-efektif di 79 negara tropis bisa mengurangi emisi gas rumah kaca lebih dari emisi tahunan seluruh AS.

Makalah tersebut menyatakan, di separuh negara tropis, solusi iklim alami berbiaya-efektif dapat memitigasi lebih dari 50 persen emisi gas rumah kaca tiap negara, dan pada lebih dari seperempat potensi tersebut lebih besar dari emisi masing-masing.

BERTINDAK

Dalam penelitian yang mengarah pada pengembangan basis data untuk membantu berbagai negara mencapai tujuannya, para peneliti menganalisis lebih dari 100 negara tropis, mengidentifikasi 12 tindakan yang bisa mengarah pada manajemen lahan ramah-iklim berkelanjutan.

Rekomendasi tindakan dikelompokkan dalam tiga kategori besar: perlindungan ekosistem asli, restorasi ekosistem asli, dan perbaikan manajemen lahan yang digunakan untuk produksi kayu, serat dan bahan bakar.

Di sini, Griscom berbagi pandangannya pada Kabar Hutan:

T: Apa yang menginspirasi penelitian ini dan apa yang ingin dicapai?

J: “Meski banyak negara telah menetapkan dan memperbarui urgensi NDC terkait Perjanjian Paris, banyak yang belum memiliki pemahaman jelas bagaimana mencapai kontribusi tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu negara-negara tropis – di mana solusi iklim alami akan lebih berkontribusi pada NDC – dalam memperjelas peran solusi iklim alami dalam NDC-nya. Kami juga berharap, penelitian ini akan membantu organisasi non-pemerintah, yayasan dan investor sektor swasta untuk lebih memahami peluang dan kebutuhan investasi pada solusi iklim alami dengan cara yang dapat mentransformasi ekonomi.”

T: Penelitian ini menyatakan bahwa wilayah tropis melepas emisi gas rumah kaca pada tingkat tertinggi akibat degradasi dan kerusakan lingkungan, padahal kawasan ini memiliki potensi simpanan karbon terbesar. Mengapa kawasan paling berpotensi ini justru memiliki risiko tertinggi?

A: “Ya, ada masanya. Seabad lalu atau lebih, ekosistem beriklim sedang memiliki risiko tertinggi. Namun kini garis depan pembangunan aktif manusia bergeser ke tropis, yang menyimpan karbon terbesar dalam biomassa tanaman, dan keanekaragaman hayati tertinggi, karena iklim tropis lah yang membuat kawasan ini menjadi mesin kehidupan terbesar dunia.

T: “Karbon-netral” menjadi semacam istilah populer, tetapi Anda menyatakan beberapa negara bisa menjadi karbon-negatif. Bukankah ini yang perlu dicapai semua negara dan apakah bisa? Akankah basis data baru bisa menolong?

A: Saya ragu jika seluruh negara bisa menjadi karbon-negatif di paruh abad – misalnya, negara produsen utama minyak dengan potensi solusi iklim alami rendah – meskipun hal ini akan bisa, dan bermanfaat, bagi banyak negara tropis yang kami identifikasi bisa melakukannya. Jadi, mencapai karbon-negatif – serapan karbon bersih – perlu diarahkan pada negara-negara yang kami identifikasi, dan upaya ini perlu didukung oleh sumber daya keuangan internasional, sebagai bagian dari mewujudkan pembangunan hijau nasional, dan ambisi global mewujudkan Perjanjian Paris. Kita tahu banyak negara lain akan gagal dalam mencapai karbon-netral.”

T: Solusi iklim berbasi alam dipandang berbiaya-efektif. Apa alasannya?

A: “Solusi iklim alami relatif berbiaya lebih rendah dibanding banyak alternatif rekayasa untuk menyerap karbon dari atmosfer, sejalan dengan tingginya tuntutan masyarakat pada perusahaan untuk dapat mencapai tujuan performa iklim. Solusi iklim alami menjadi sebuah opsi dalam memberi hasil iklim lebih baik untuk sebuah investasi tertentu dalam jangka pendek.”

Q: Apakah solusi retorasi berbasis-alam menempatkan tanggung jawab pada perusahaan atau pemerintah?

A: “Baik perusahaan maupun pemerintah bisa dan seharusnya berinvestasi dalam solusi iklim alami. Saat ini kita semua harus beraksi bersama; tidak bisa menunggu pemerintah di setiap negara. Ada peluang besar bagi perusahaan untuk berinvestasi pada solusi iklim alami bahkan tanpa aksi pemerintah –perusahaan khususnya dapat berinvestasi dalam bentuk “manajemen lahan kerja terperbarui” solusi iklim alami. Ini soal meningkatkan model bisnis berkelanjutan untuk sistem yang memproduksi komoditas global.”

T: Tahun lalu, sejak Laporan Khusus IPCC mengenai 1,5 derajat Celsius, tampak ada peningkatan kecil aktivitas iklim. Meskipun aktivis Greta Thunberg menyatakan tidak ada yang bergerak. Apakah hal ini berdampak pada aktivias di bentang alam?

A: “Saya pikir Greta menginspirasi aksi. Dan saya setuju ada sedikit peningkatan di tengah sangat perlunya aksi perubahan iklim.”

T: Pada Forum Ekonomi Dunia di Davos pekan lalu, pewaris tahta Inggris, Pangeran Charles yang  meresmikan “Dewan Pengembangan Pasar Berkelanjutan” menyerukan untuk mempertimbangkan modal alam dalam aktivitas pasar. Apakah gagasan ini sesuai dengan penelitian Anda? Atau apa yang ditawarkan para pemodal dan ekonom?

A: “Ya, gagasan ini sejalan dengan penelitian kami. Penelitian kami tidak menawarkan solusi investasi pasar dan finansial yang sangat spesifik, tetapi lebih pada mengidentifikasi tempat dan jenis solusi iklim alami di mana pasar karbon baru dan investasi sektor swasta berada. Kami mendorong pendekatan investasi skala luas pada sektor publik maupun swasta  serta solusi pasar untuk membuka kunci solusi iklim alami.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org