Tiga tahun yang lalu, pemerintah negara Tigray melarang petani menanam pohon Eucalyptus pada lahan olah pertanian. Eucalyptus ditakutkan dapat merusak tanah, mengurangi suplai air, dan menggeser tanaman hasil bumi. Saat pemerintah memberikan kesempatan petani untuk menanam Eucalyptus di areal berhutan, lahan tidak produktif dan daerah bukit, maka jumlah kayu yang dapat mereka panen untuk dijual terbatas.
Sekali lagi, kasus di Tigray ini menimbulkan isu tajam menyangkut keuntungan dan bahaya dari pohon eksotik cepat tumbuh seperti eucalyptus, acacia, dan jati. Setelah adanya laporan press dan publikasi yang mendadak pada tahun 1980-an debat tetang hal ini lama-lama mati di tahun-tahun sekarang. Tetapi kemungkinan menyangkut keuntungan dari hasil karbon yang dapat diperoleh data tanaman hutan akan dipastikan dapat membangkitkan kembali kondisi tersebut.
“Peran Tegakan pohon untuk Pengelolaan Lestari Lahan yang tidak banyak digunakan: Kasus Eucalyptus di Ethiopia” yang ditulis oleh Pamela Jagger dan John Pender dari International Food Policy Research Institute memberikan suatu kajian yang seimbang menyangkut isu kunci yang diterapkan pada lahan-lahan dataran tinggi Ethiopia. Penulis menekankan bahwa petani dapat memperoleh rata-rata keuntungan yang tinggi jika menanam eucalyptus yang menghasilkan tiang-tiang untuk konstruktsi bangunan dan untuk menjalankan pertanian. Mereka bahkan dapat memperoleh lebih banyak uang jika mereka juga menggunakan lahan hutan untuk menghasilkan rumput makanan ternak dan untuk membuat madu dan lilin tawon lebah – sebagaimana yang banyak orang lakukan. Dengan cara menyediakan sumber kayu bakar siap pakai, produksi eucalyptus memudahkan petani untuk memanfaatkan kotoran/rabuk ternak dan sisa tanaman sebagai pupuk organik daripada dipakai untuk bahan bakar. Pohon Eucalyptus dapat digunakan sebagai penahan angin dan mengurangi erosi tanah. Ada sedikit jenis pohon asli yang menghasilkan biomas sama cepat dan efisiennya dengan eucalyptus. Di sisi lain, pohon eucalyptus bersaing dengan tanaman pangan dalam menggunakan air dan unsur hara dan juga dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan beberapa tanaman hasil bumi tertentu. Sebagaimana kritik yang banyak dilontarkan, pohon eucalyptus dapat menimbulkan dampak negatif terhadap suplai air lokal. (Dan dengan demikian dapat menanam jenis pohon asli lokal).
Pengelolaan bersama lahan berhutan masyarakat setingkat desa di Tigray dapat berjalan dengan baik, meskipun lahan setingkat kotamadya kurang efisien. Memprivatisasikan lahan berhutan mungkin tidak akan menghasilkan keuntungan ekonomi secara besar-besaran dan ini hanya dapat berarti jika penduduk desa sendiri yang memutuskan untuk melakukannya.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
Anda dapat memperoleh tulisan secara cuma-cuma melalui elektronik mail dan memberikan komentar atau tanggapan Anda dengan menghubungi Pamela Jagger di: mailto:p.jagger@cgiar.org