Analisis

Upaya perlindungan warisan anak-anak kita

Tidak masuk akal untuk menciptakan sebanyak mungkin kawasan perlindungan di negara yang miskin.
Bagikan
0

Bacaan terkait

Kita tidak dapat melindungi seluruh hutan tropis yang ada. Kekuatan yang menyebabkan terjadinya kerusakan lebih besar daripada upaya untuk mengkonservasinya. Lebih dari itu, masyarakat miskin yang ada di negara berkembang hanya melihat sedikit keuntungan jangka pendek dari disisihkannya kawasan yang sedemikian luas bagi manfaat lingkungan jangka panjang yang ditentukan secara sembarangan. Ini merupakan sebagian alasan mengapa miliaran dollar yang telah dikeluarkan untuk mengkonservasi hutan selama lebih dari dua puluh tahun hanya sedikit sekali berhasil dan biasanya berlaku lokal.

Melihat kenyataan tersebut, Jeff Sayer, Natarajan Ishwaran, James Thorsell, dan Todd Sigaty mengatakan bahwa sisi kemanusiaan harus mengadopsi pendekatan dua? deret bertingkat bagi upaya konservasi hutan. Konservasi biodiversitas secara global seyogyanya dicadangkan pada bagian yang paling utama/penting dari lahan yang terkaya. Manusia seharusnya mengelola sisa hutan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka akan kayu/papan, barang dan jasa lainnya. Menurut paper yang mereka tulis bersama dan akan diterbitkan mendatang dengan judul “Tropical Forest Biodiversy and the World Heritage Convention dalam Ambio, sejumlah 100 atau lebih dari lokasi yang dipilih secara strategis meliputi 35% dari hutan tropis di dunia akan mampu mengkonservasi sejumlah besar keanekaragaman tropis di seluruh dunia.

Penulis lebih jauh lagi mengatakan bahwa tidak ada hutan yang benar-benar asli. Kebanyakan biodiversitas selalu berjalan bersamaan dengan aktifitas manusia secara nyata. Tidak alasan bahwa harus berubah. Pembukaan lahan berskala besar dan penebangan jelas-jelas tidak baik bagi biodiversitas, tetapi pengelola kawasan yang dilindungi seharusnya dapat mentolerir kegiatan ekstrasi secara tradisional yang tidak membahayakan kelangsungan biodiversitas. Program konservasi harus meminimasi biaya yang ditanggung oleh penduduk yang tergantung hidupnya pada hutan dengan cara menyediakan lebih sedikit kawasan yang dilindungi secara pebuh dan lebih banyak lagi hutan dengan pengelolaan dengan tujuan pemanfaatan ganda. Tidak akan masuk akal untuk menciptakan sebanyak mungkin kawasan perlindungan di negara yang miskin. Jika lembaga konservasi berusaha untuk tidak memperhitungkan penduduk dari keterlibatannya terhadap hutan maka hasil yang diperoleh dari modal yang ditanamkan bagi upaya konservasi maka tidak dapat dihindari akan menurun.

Sayer dan koleganya mengklaim banyaknya penulis yang membesar-besarkan bahayanya fragmentasi hutan. Mereka menunjukkan suatu bukti bahwa dengan pengelolaan secara berhati-hati kebanyakan biodiversitas dapat bertahan dalam hutan yang terfragmentasi di dalam luasan ratusan ribu hektar atau lebih selama sedikitnya satu abad.

Meskipun hanya sedikit orang yang menyadari itu, sebuah kerangka kerja untuk mengembangkan sistem internasional kawasan perlindungan penting secara global sudah tersedia. Seratus lima puluh negara sudah meratifikasi World Heritage Convention (WHC) yang diberlakukan pada tahun 1975. World Heritage Committee yang mengawasi dan mengatur konvensi tersebut telah menunjuk 33 kawasan hutan tropis yang meliputi sekitar 25 juta hektar sebagai World Heritage Sites. Sekretariat Convention mengelola dana untuk mendukung upaya konservasi pada lokasi yang terdaftar, tetapi tidak mempunyai banyak uang untuk pembiayaannya. Menurut Sayer dan rekannya, konvensi ini memberikan pilihan terbaik untuk memobilisasi pendanaan dan dukungan secara politis bagi sejumlah kecil kawasan perlindungan dengan prioritas tinggi. The Convention on the Conservation of Biological Diversity (CBD) belum berhasil untuk mensponsori upaya konservasi yang konkrit/nyata dan mungkin akan memakan waktu yang lama untuk mempersiapkannya. Daripada “bermain-main sementara Roma terbakar” atau mungkin lebih jelas lagi, sementara hutan terbakar, masyarakat internasional dapat memperoleh lebih banyak “bang for it buck” sensasi demi dollarnya dengan berdiri sepenuhnya dibalik World Heritage Convention.

 

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org

Bacaan lebih lanjut

Anda dapat memperoleh tulisan secara cuma-cuma melalui elektronik mail dengan menghubungi Inna Bangun di: mailto:ibangun@cgiar.org

Jika anda ingin memberikan komentar dan tanggapan tentang tulisan tersebut maka silahkan menghubungi Jeffrey Sayer di: mailto:jsayer@cgiar.org