Berita

16 Istilah Kehutanan Berkelanjutan yang Perlu Kita Tahu

Mengasah kemampuan bahasa menjelang IUFRO 2024
Bagikan
0
Warga desa membawa kayu di Desa Honitetu, Kabupaten Seram Barat, Provinsi Maluku, Indonesia. Foto oleh: Ulet Ifansasti/CIFOR-ICRAF

Bacaan terkait

Kita perlu mengerahkan segala usaha demi masa depan lebih hijau, lebih resilien. Mengelola pohon dan hutan secara berkelanjutan menjadi langkah kunci. Meskipun demikian, istilah kehutanan berkelanjutan yang sulit diucapkan dan dipahami, membuat banyak orang sulit terlibat dalam diskusi penting global ini. Jadi, menjelang Kongres Dunia Persatuan Organisasi Riset Hutan Internasional (IUFRO) Juni 2024 mari melakukan tur singkat istilah-istilah kunci dalam kehutanan berkelanjutan – dan bersiap turut serta berbincang.

Agroforestri

Agroforestri adalah pemanfaatan lahan yang menggabungkan pohon dengan pertanian, pohon dengan peternakan, atau pohon dengan pertanian dan peternakan. Menciptakan sistem ketika berbagai komponen berinteraksi saling menguntungkan, meningkatkan pertanian dengan banyak cara, misalnya, mempertinggi panen, meningkatkan penghasilan pertanian, dan berkontribusi pada konservasi tanah dan air.

Keanekaragaman hayati

Kata lain dari dari keanekaragaman hayati, biodiversitas merujuk pada beragam kehidupan di alam – meliputi satwa, tanaman, fungi, dan mikroorganisme – serta interaksinya yang penting dalam menjaga keseimbangan ekologis dan mendukung kehidupan. Hutan yang tidak pernah ditebang atau secara signifikan belum terganggu oleh manusia biasanya memiliki level biodiversitas tinggi. Meskipun demikian juga penting untuk memantau dan mendukung biodiversitas pada jenis bentang alam lain, seperti pada wilayah pertanian dan kota. 

Bioekonomi

Bioekonomi merujuk pada bidang ekonomi yang memanfaatkan sumber biologis terbarukan – seperti pertanian, hutan, ikan, satwa dan mikroorganisme – dalam memproduksi pangan, kesehatan, material, produk, tekstil dan energi. Salah satu fitur kuncinya adalah produk sampingan masuk kembali dalam rantai nilai untuk bergabung dalam produksi barang dan jasa bernilai tinggi.

Ancaman biotik/abiotik

Hutan bumi kita menjadi subjek beragam ancaman. Ancaman biotik merupakan efek berbahaya organisme hidup seperti patogen, hama dan gulma pada pertumbuhan tanaman, pembangunan, dan produktivitas, yang sangat mendesak sejalan dengan perubahan iklim yang memicu introduksi spesies invasif pada bentang alam baru. Ancaman abiotik lebih berupa ancaman fisik dibanding ancaman biologis pada alam, dan mencakup berbagai hal seperti badai, kebakaran, kekeringan, serta gelombang panas – yang makin tinggi frekuensi dan intensitasnya di sejumlah lokasi terkait dengan perubahan iklim. Meski tidak bisa menghentikan peristiwa tersebut, kita setidaknya bisa berupaya memitigasi perubahan iklim sebisa mungkin – dan membuat keputusan pemanfaatan lahan yang cerdas dalam membangun resiliensi di lapangan.

Sertifikasi

Sertifikasi merupakan mekanisme sukarela, berbasis pasar yang bertujuan mempromosikan manajemen hutan berkelanjutan. Pihak ketiga independen memeriksa manajemen dan praktik pemanfaatan hutan dalam menilai kepatuhan atas standar ekologis, ekonomis dan sosial. Pada level tertentu, program sertifikasi memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk hutan didapat dari pengelolaan hutan berkelanjutan – meski juga selalu perlu melihat hal ini bukan sebagai program yang bisa disamaratakan, selain bahwa program yang baik perlu secara kontinu ditingkatkan seiring dengan riset terbaru hutan berkelanjutan.

Kehutanan masyarakat

Kehutanan masyarakat memungkinkan masyarakat lokal secara langsung mengelola hutan tempat tinggal dan tempat bergantung bagi mata pencaharian dan keberlangsungan. Meski terdengar sederhana, menciptakan kondisi yang baik menjadi tantangan: kelembagaan tata kelola kolektif, peran proses dan platform multi pihak dalam pengambilan keputusan pemanfaatan lahan, jalur investasi dan devolusi hak sumber daya alam, seluruhnya perlu dipertimbangkan.

Dendroekologi

Dendroekologi adalah kajian mengenai perubahan ekologi dan lingkungan yang digambarkan dalam tiga cincin. Laboratorium Dendroekologi CIFOR-ICRAF misalnya, melihat bagaimana pohon, hutan, dan masyarakat yang bergantung pada hutan berbicara mengenai cara mengatasi isu perubahan iklim serta efek pemanfaatan lahan serta perubahan iklim pada biodiversitas dan ekosistem.

Adaptasi berbasis ekosistem (EbA)

Adaptasi berbasis ekosistem merupakan sebuah strategi adaptasi perubahan iklim yang memanfaatkan solusi biodiversitas, berbasis alam, dan jasa lingkungan. Misalnya, melindungi habitat pesisir seperti mangrove dapat melindungi masyarakat dari kenaikan permukaan laut dan terjangan badai; reforestasi dapat mencegah desertifikasi; dan penanaman pohon yang tepat di tempat yang tepat dapat mengurangi risiko banjir.

Sumber genetik hutan

Kemampuan petani dan pemanfaat hutan dalam memproduksi pangan, serta barang dan jasa lain bergantung pada biodiversitas genetik, spesies, dan ekosistem. Namun, dunia mengalami laju mengkhawatirkan kehilangan biodiversitas. Upaya terkait sumber genetik hutan bertujuan menghadirkan ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam menjaga keragaman pohon, domestikasi pohon dan menyediakan materi penanaman pohon yang tepat bagi pembudi daya – mencakup tanaman untuk pangan, pakan, kayu dan obat-obatan.

Kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI)

GESI telah menjadi pertimbangan penting bagi orang yang bekerja di dalam, di luar dan di seputar hutan. Hal ini mengingat perempuan, masyarakat adat dan kelompok marginal lain sering kali sangat bergantung pada pengetahuan mengenai hutan dan bentang alam berbasis hutan, meski masih tak terepresentasikan dalam peran kepemimpinan dan pemanfaat sumber daya mereka.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK/NTFP)

NTFP merupakan produk seperti buah, kacang, madu dan tanaman obat yang bisa diambil dari hutan tanpa menebang pohon. Diperkirakan sekitar 1,5 miliar orang di seluruh dunia memanennya untuk digunakan sendiri atau dijual sebagai penghasilan. Pendekatan kehutanan berkelanjutan mengakui nilai NTFP, dan mencoba mengelola hutan untuk menyokong hasil berkelanjutan.

Kehutanan presisi

Kehutanan presisi merujuk pada pemanfaatan teknologi maju – seperti drone, pemetaan laser dan sensor tanah – dalam mendapatkan gambar detail dan granular dari kesehatan hutan dan pola tumbuh, kemudian mempertajam perencanaan dan manajemen untuk hasil lebih baik (mis. lebih berkelanjutan, lebih produktif, bahan baku lebih rendah).

Hutan primer

Hutan primer merujuk pada regenerasi hutan alami dengan spesies pohon asli tanpa ada indikasi aktivitas manusia, selain itu proses ekologisnya tidak terganggu secara signifikan. Hal ini tidak berarti bahwa tidak seorang pun memanfaatkan hutan – hanya bahwa manajemen dan pemanfaataannya sangat terkendali, dengan pertimbangan utama konservasi jangka panjang vegetasi dan habitat satwa liar asli. Hutan ini cenderung memiliki biodiversitas dan kapasitas sekuestrasi karbon yang tinggi, serta memberi jasa ekosistem penting. Tahun ini, organisasi lingkungan terkemuka dari seluruh dunia, berikrar untuk memperkuat perlindungan hutan primer yang tersisa di bumi.

Penebangan selektif

Penebangan selektif adalah metode panen dengan memilih pohon tebangan secara berhati-hati, meninggalkan mayoritas tegakkan hutan dan memberi ruang tumbuh bagi pohon tersisa. Langkah ini mensyaratkan pemantauan dan analisis spesifik lokasi dalam mendapatkan keseimbangan yang tepat antara panen pohon, preservasi, dan pemanfaatan hutan lain.

Silvikultur

Silvikultur merupakan seni dan ilmu pengetahuan mengenai budi daya pohon. Di dalamnya mencakup penanaman, penjarangan, dan pemanenan pohon dalam mencapai tujuan spesifik. Praktik silvikultur berkelanjutan bertujuan meniru dinamika hutan alami dan mempromosikan pertumbuhan pohon yang sehat.

Kehutanan berkelanjutan

Kehutanan berkelanjutan meliputi upaya menyeimbangkan kebutuhan lingkungan, satwa liar, dan masyarakat hutan, dalam menyokong kebutuhan ekonomi dan sosial seraya melakukan konservasi hutan demi generasi mendatang.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org