Analisis

Kitab Perjanjian Lama World Bank Tentang Kehutanan

Tiap kelompok memandang temuan dan rekomendasi dalam laporan tersebut dari sudut pandangnya masing-masing.
Bagikan
0

Bacaan terkait

Bagi masyarakat kehutanan sedunia, milenium baru dimulai dengan dikeluarkannya hasil evaluasi dari World Bank yang sudah lama dinantikan banyak orang menyangkut kegiatan yang berkaitan dengan kehutanan berjudul ” A Review of the World Bank’s 1991 Forestry Strategy and its implementation”. Laporan tersebut menandai era baru dalam kebijakan kehutanan baik karena gaya tulisannya yang segar dan blak-blakan serta keinginan Nak untuk mengadakan debat publik menyangkut isi laporan yang mereka buat. Operation Evaluation Department (OED) dari Bank membuat laporan berdasarkan studi kasus di enam negara, overview kegiatan Bank tentang hutan, kajian terhadap 600 buah proyek di semua sektor baik langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap hutan, dan melalui wawancara individu. Laporan ini merupakan kajian konsultatif dan multisektoral yang paling komprehensif yang pernah dibuat oleh Bank berkaitan dengan sektor kehutanan.

Dalam sebuah workshop yang diadakan di Washington baru-baru ini, seorang pejabat Bank mengatakan bahwa laporan OED ini mengingatkan dia akan Perjanjian Lama. “Setiap orang yang percaya Kitab Injil setuju bahwa itu adalah kata-kata Tuhan, tetapi setiap pribadi menterjemahkannya sesuai dengan apa yang mereka anggap pas untuk mereka”.

Gambaran kasarnya, kebanyakan orang setuju pada kesimpulan laporan tentang pengaruh dari Bank. Bank telah berhasil mempromosikan reforestasi di China dan India. Meskipun demikian, sebagian besar gagal untuk menahan deforestasi di negara-negara yang kaya akan hutan seperti Brazil, Kamerun dan Indonesia.

Terdapat perbedaan dalam pandangan orang tentang mengapa Bank sulit untuk mengurangi deforestasi, apakah memang sebaiknya dicoba dilakukan sejak awal mula, dan kemana harus beranjak sesudahnya. Tiap kelompok memandang temuan dan rekomendasi dalam laporan tersebut dari sudut pandangnya masing-masing.

Para aktifis LSM menitikberatkan pada kesimpulan yang dibuat dalam laporan bahwa Bank gagal menerapkan aspek penting dari kebijakan yang sebenarnya, seperti komitmen untuk mengambil langkah pendekatan multisektoral dalam menangani permasalahan hutan. Mereka berpikir bahwa Bank tidak memerlukan kebijakan baru. Yang diperlukan adalah memberikan insentif internal kepada staff untuk menerapkan kebijakan yang sudah ada — hal ini yang tampak sangat kurang ditekankan dalam laporan OED. LSM merasa senang atas dukungan terhadap mereka yang dimuat dalam laporan tersebut dengan menyatakan bahwa penebang komersial dan petani berskala besar banyak bertanggung jawab terhadap deforestasi dan globalisasi, liberalisasi perdagangan di tiap negara dan penyesuaian struktural makin mempersulit masalah. Mereka juga setuju dengan pernyataan selanjutnya di dalam laporan yang menyatakan agar kita harus lebih memperhatikan pengaturan hutan dan penebangan liar.

Pejabat Bank lebih menitikberatkan pada pernyataan dalam laporan tersebut bahwa kontroversi yang ada di seputar kegiatan Bank di bidang hutan mempunyai “pengaruh menakutkan” terhadap pinjaman di sektor hutan. Pejabat tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa LSM sendiri merupakan bagian yang harus dipersalahkan dalam hal keterbatasan upaya Bank karena merekalah yang menekan Bank untuk mengadopsi kebijakan yang sangat berorientasi konervasi yang harus diterima oleh pemerintah di negara yang kaya akan hutan. Mereka mengatakan bahwa konservasi hutan mempunyai manfaat global dan jika negara maju ingin negara-negara tropis mengkonservasi hutannya maka mereka (negara maju) harus membayarnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan sampai seberapa besar perhatian yang harus diberikan oleh Bank untuk kegiatan konservasi secara murni. Menurut mereka, misi Bank adalah untuk mengentaskan kemiskinan dan kerusakan sumberdaya hutan disebabkan oleh adanya kepentingan nasional yang ada di beberapa negara. Mereka juga sependapat dengan hasil penilaian dalam laporan menyangkut kemampuan Bank yang terbatas untuk menegaskan bahwa negara-negara yang kaya akan hutan melakukan reformasi kebijakan karena pinjamannya kecil dibandingkan dengan aliran modal swasta yang besar.

Dalam komunitas LSM dan WB ada kelompok tertentu menginginkan Bank menggunakan persyaratan khusus untuk menekan pemerintah agar mengadakan reformasi, sementara itu yang lainnya menolak ide tersebut. Masing-masing kelompok dapat menemukan bagian-bagian di dalam laporan yang menyebutkan dan mendukung posisi mereka.

Sama halnya dengan Kitab Injil, satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh laporan tersebut adalah dengan membacanya sendiri.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org

Bacaan lebih lanjut

Anda bisa memperoleh salinan elektroniknya dengan cuma-cuma dalam bahasa Inggris, Perancis, Portugis, dan Mandarin dengan cara menghubungi Lauren Kelly di: mailto:lkelly@worldbank.org Versi dalam bahasa Spanyol dapat diperoleh dalam waktu dekat

Anda juga dapat memperoleh salinan studi kasus yang ada di Brazil, Kamerun, China, Costa Rica, India, dan Indonesia di alamat yang sama.

Untuk mengirimkan tanggapan kepada tim World Bank yang saat ini sedang mempersiapkan strataegi kehutanan yang baru, Anda bisa mneulis surat langsung kepada Mariam sherman di : mailto:freview@worldbank.org