Sarah Lake adalah Ketua Program Pengendalian Deforestasi pada Global Canopy Program (GCP). Ia berbicara pada CIFOR di sela-sela Forum Bentang Alam Global mengenai kaitan antara rantai suplai dan bentang alam berkelanjutan.
Apa misi organisasi Anda?
Saya bekerja pada Program Kanopi Global sebagai kepala program rantai suplai. Kanopi Global mengupayakan transisi menuju nol-deforestasi, ekonomi bebas deforestasi… mencari pendekatan berbeda, mencari pendekatan berbeda, mencari bentuk pelibatan perusahaan, antara lain pada elemen finansial, mencari bentuk investasi yang tepat dan mendorong produksi berkelanjutan, selain juga mencari investasi pada level bentang alam.
Di Kanopi Global kami memiliki tiga program inti: soal rantai nilai yang menjadi bidang saya, menggali pendanaan hutan, dan mencoba pendekataan bentang alam.
Salah satu program kunci yang saya kerjakan dan akan ditampilkan dalam Forum Bentang Alam adalah TRASE – Transparansi Ekonomi Berkelanjutan – yang dikembangkan bermitra dengan Institut Lingkungan Hidup Stockholm. TRASE merupakan wahana transparansi dalam mengungkap aliran material komoditas utama yang menjadi ancaman terhadap hutan seperti kedelai, sapi, dan sawit – menjejak secara detail dari tempat produksi hingga negara tujuan impor, dan mengidentifikasi aktor sepanjang rantai nilainya.
Apakah kita melangkah maju dalam soal transparansi rantai nilai?
Ini pertanyaan bagus, karena banyak momentum menuju pencapaian komitmen, memenuhi janji-janji ambisius, meski tidak begitu saja terdapat pemantauan yang layak apakah janji-janji terpenuhi, atau bahkan apakah kita memang melangkah maju dalam implementasinya.
Sebagian dari yang saya dengar dari komunitas LSM, selain sektor swasta dan pemerintah, adalah kebutuhan untuk mampu memantau implementasi berbagai komitmen tersebut. Hal ini lah yang tengah dilakukan Kanopi Global dan TRASE, melalui pengembangan alat untuk mendukung penyempurnaan pemantauan dan pelaporan, secara efisien dan bermakna. Agar kita bisa memahami jenis intervensi paling efektif dan di mana harus memfokuskan energi kita.
Sejauh ini, bagaimana pemanfaatan alat ini? Apakah para pemangku kepentingan mau atau malah ragu menggunakannya?
Saya pikir ini bergantung pada jenis atau sistem tertentu. Saat ini, banyak dilakukan duplikasi dalam upaya pengenalan. Banyak yang ditanyakan, terutama mengenai perusahaan. Dalam hal informasi perusahaan yang diminta berbagai organisasi, misalnya darimana sumbernya, apa yang mereka lakukan, hal ini menjadi beban yang cukup merepotkan.
Saya pikir mengenai wahana, kita melihat harapan dengan adanya big data yang interaktif dalam mengurangi beban ini, terutama kemampuan yang cepat dalam mengunggah informasi pada skala yang lebih memudahkan perusahaan mengkomunikasikan bahwa mereka melakukan hal yang benar, dan secara kredibel menunjukkan hal itu dengan menggunakan alat geo-spasial seperti TRASE.
Kata kunci Forum Bentang Alam Global adalah “bentang alam”. Apa arti istilah ini bagi Anda?
Bagi kami “bentang alam” berarti melihat lebih dari rantai nilai tunggal atau satu jenis komoditas semata, tetapi melihat secara holistik masalah deforestasi yang disebabkan oleh komoditas.
Kami mencoba melihat secara spesifik masalah seputar substitusi. Jika masalah muncul terkait kedelai, apakah perusahaan menggantikan dengan komoditas lain yang sebenarnya sama-sama bermasalah? Di mana kita melihat kebocoran? Kita lihat terlindungnya Amazon saat Moratorium Kedelai Brasil, misalnya, malah [membuat deforestasi menyebar ke mana-mana]. Jadi menggunakan pendekatan holistik untuk memahami secara jelas bagaimana intervensi dapat memberi hasil tak diinginkan dan bagaimana cara terbaik bersiap menghadapi hasil tersebut.
Mengapa Anda memutuskan berpartisipasi dalam Forum Bentang Alam Global?
Forum ini menjadi tempat yang bagus dalam menyatukan berbagai aktor yang bekerja dalam ruang bentang alam berkelanjutan. Tidak hanya sektor swasta, atau sektor komoditas tertentu, tetapi juga orang-orang yang bekerja dalam lingkup luas seperti REDD dan masyarakat dari beragam geografi. Menarik untuk mengikuti acara seperti ini, dan di mana orang yang bekerja di berbagai negara seperti Afrika, Eropa dan Indonesia berbincang, lepas dari lingkup mereka sendiri-sendiri.
*Wawancara ini merupakan rangkaian wawancara dari Forum Bentang Alam Global 2016: Aksi Iklim untuk Pembangunan Berkelanjutan di Marrakesh, Maroko.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org