Demikian temuan penelitian baru yang menggali semua literatur dalam topik ini. Penelitian ini hasil kolaborasi Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), International Institute for Environment and Development, The Nature Conservancy, Wildlife Conservation Society, Universitas Manchester, Universitas Minnesota, ICF International dan USAID.
Penulis utama dan ilmuwan senior Konservasi Alam, Craig Leisher mengutarakan temuannya pada Kabar Hutan.
Kabar Hutan: Apa yang memicu penelitian ini?
Craig Leisher: Saya membaca penelitian Bina Agarwal 2009 yang melihat apa yang terjadi ketika perempuan berbicara dalam tata kelola hutan masyarakat di India dan Nepal. Penelitian ini membandingkan tutupan hutan saat hutan masyarakat dikelola hanya oleh lelaki, dengan ketika dikelola lelaki dan perempuan.
Ternyata ketika ada lelaki dan perempuan pada komite tata kelola hutan, ada peningkatan tutupan hutan 12 persen.
Angka ini cukup mengagumkan bagi saya. Saya pikir, wow, dengan sedikit tambahan siapa yang membantu mengelola hutan, kita berpotensi meraup manfaat besar tutupan hutan. Ini asal mula gagasan – mari kita lihat pada penelitian lain yang mendapat temuan serupa.
Dan adakah temuan lainnya?
Kami menseleksi 11.000 publikasi berbahasa Inggris, dan 17 sesuai dengan kriteria kami. Seluruhnya mengidentifikasi peningkatan tata kelola ketika perempuan dilibatkan dalam tata kelola sumber daya, dan tiga menunjukkan peningkatan konservatif.
Mayoritas berasal dari India dan Nepal. Walaupun beberapa dari Amerika Latin, Asia Timur, dan Asia Pasifik – cukup untuk menyatakan apa yang kami lihat manfaat tata kelola sumber daya campur-jender bukan hal unik bagi sub-benua.
Memang hanya bersifat saran, tetapi saya pikir tampaknya kami menemukan bahwa upaya tata kelola sumber daya alam lebih baik ketika ada lelaki dan perempuan dalam pengambilan keputusan. Ini kan kita temukan dalam area lain seperti bisnis misalnya – sudah diyakini bahwa perusahaan yang memiliki lelaki dan perempuan dalam strukturnya lebih baik secara finansial.
Mengapa penelitian ini terutama dari India dan Nepal?
Di sini adalah bagian dunia tempat kehutanan masyarakat benar-benar mendapat lahan subur, dan penghitungan terakhir di India, saya pikir ada lebih dari 100.000 utan masyarakat. Jadi banyak eksperimen berlangsung di tingkat lokal. Beberapa kelompok hanya lelaki, sebagian lelaki dan perempuan, dan sebagian hanya perempuan. Jadi banyak yang bisa dipelajari di lapangan dan ini menarik peneliti karena kita mendapat ukuran sampel relatif mudah.
Anda hanya menemukan sejumlah penelitian yang menggali soal jender dalam tata kelola perikanan masyarakat – hanya tiga dari 17. Dengan ini, apakah Anda melihat pola serupa?
Ya. Di area pesisir, perempuan lah yang cenderung menyisir batu karang – mengumpulkan invertebrata sepanjang pesisir. Lelaki cenderung menangkap ikan di lepas pantai, jadi mereka memanfaatkan bagian berbeda ekosistem pesisir. Ini tampak pada Area Laut Lindung pesisir misalnya, ketika kita memiliki baik itu lelaki maupun perempuan memutuskan apa prioritas tata kelola, pemanfaatan dan perlindungan jadi lebih seimbang, dan kita lebih menjaga keragaman dan mungkin lebih produktif.
Ada harapan hasil lebih baik bagi manusia dan alam ketika perempuan diberi suara bersama dengan lelaki dalam tata kelola sumber daya alam masyarakat mereka.
Ini cara yang benar-benar bagus memahami mengapa partisipasi lelaki dan perempuan penting. Anda memiliki contoh serupa untuk tata kelola hutan?
Ya. Apa yang kita temukan di banyak bagian Afrika dan Asia, lelaki dan perempuan memanfaatkan hutan secara berbeda. Lelaki terutama cenderung tertarik berburu dan mendapatkan penghasilan dengan menjual kayu, sementara perempuan lebih tertarik mengumpulkan kayu bakar, pakan ternak, dan tanaman pangan atau obat. Jika kita ingin mengelola hutan dengan memberi manfaat bagi lelaki dan perempuan di banyak bagian Asia dan Afrika, jangan hanya menyoroti pohon tinggi yang bisa ditebang dan dijual kayunya, tetapi juga belukar di sana yang bisa menyediakan pakan ternak, dan pohon kecil cepat tumbuh untuk kayu bakar.
Bagaimana kelihatannya ketika perempuan diberi suara dalam tata kelola?
Ekstrapolasi dari temuan penelitian, satu elemen yang tampak berbeda adalah kita mendapat penegakkan aturan lebih baik. Jadi apapun aturannya, hampir setiap orang patuh, karena perempuan ada untuk melihat apakah temannya tidak memotong pohon yang ditanam lelaki. Dan lelaki bercerita pada rekannya mereka tidak begitu saja pergi membersihkan semak agar pohon cepat tumbuh. Jadi akhirnya didapat hutan multi-tingkat yang tidak hanya produksi kayu dan tikar sekadar pohon kecil untuk kayu bakar dan hewan.
Jadi inilah konservasi lebih baik – kita memiliki hutan lebih beragam untuk satwa liar?
Ya. Dan ketika kita memperkuat penegakkan aturan, kita memsempit aktivitas penebagan liar, dan di sanalah kita melihat peningkatan tutupan hutan.
Begitu beragam organisasi bekerja untuk penelitian ini – apakah ini juga menjelaskan sesuatu?
Perlu juga dilihat seperti itu. Mungkin, ini hanya pandangan harap saya menyangkut pola cuaca lebih besar dalam konservasi dan pembangunan, tetapi saya pikir ada perluasan pengakuan bahwa tidak cukup hanya fokus pada kemiskinan dan menjamin bahwa sumber daya yang diperlukan untuk hidup tetap ada dalam jangka panjang. Ketika kita lihat siapa orang miskin tersebut, kita temukan banyak di antaranya perempuan, dan oleh karena itu akhir-akhir ini ada penekanan pada pemberdayaan perempuan.
Ini adalah topik yang membuat banyak menyorotinya. Jika ada satu titik ungkin dalam pembangunan internasional, hampir pasti adalah dengan pendidikan anak perempuan.
Jika ibumu diberdayakan mengelola hutan lebih baik, misalnya, ia tidak perlu berjalan jauh mencari kayu bakar, dan ia mendapat suplai tetap, ia akan lebih mendorongmu, sebagai anak perempuan bersekolah. Dan kita tahu, jika kamu bersekolah, kamu mendapat kehidupan lebih baik. Jadi makalah ini bermakna banyak, dan seharusnya bergema tidak hanya pada masyarakat konservasi, tetapi jgua sisi pembangunan kesetaraan.
Apa hikmah dari penelitian ini?
Ada harapan hasil lebih baik bagi manusia dan alam ketika perempuan diberi suara bersama dengan lelaki dalam tata kelola sumber daya alam masyarakat mereka.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org