Liputan Khusus

Bentang alam menawarkan langkah maju bagi kebijakan politik

Menyatukan unsur-unsur dalam bentang alam seperti keamanan pangan, peternakan, kehutanan serta bagaimana kita mengelola ekosistem di dalam satu pola dapat menjadi alas pijak kebijakan iklim
Bagikan
0
Masyarakat adat termasuk salah satu unsur bentang alam yang dapat menjadi pengerak kebijakan iklim. Pilar Valbuena/CIFOR

Bacaan terkait

Pendekatan holistik pemanfaatan lahan berkelanjutan memberikan dimensi ekstra penting terkait kebijakan iklim global yang dibentuk di COP21, demikian dikatakan para pembicara pada upacara penutupan  Forum Bentang Alam Global 2015, Minggu lalu di Paris.

Forum yang dihadiri  lebih dari 3000 peserta dari berbagai lintas sektor kehutanan, pertanian, finansial dan lainnya, baik negara maju dan berkembang, bertemu dan mendiskusikan peran pemanfaatan lahan berkelanjutan dalam mencapai tujuan iklim dan pembangunan.

Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB, menarik hubungan antara Forum Bentang Alam Global dan COP21 Paris.

“Transisi yang didiskusikan di Le Bourget terfokus pada masalah terkait dekarbonisasi, teknologi bersih,” katanya.

“Upaya terbaik telah kita kerahkan, namun infrastruktur ekologi bumi, pertanian dan kehutanan, yang merupakan bagian integral dari kemampuan dunia mengatasi tantangan-tantangan, nyatanya belum cukup diakui. Forum ini berperan menjalankan tugas itu.”

Menurut Achim Steiner, keterkaitan diskusi keragaman topik di Forum Bentang Alam Global, mulai dari restorasi ke rantai nilai hingga tenurial dan hak lahan, merupakan cara yang sehat menghadapi kompleksitas tak terhindarkan “wilayah –wilayah kita mengelola sumber daya dan melakukan praktik produksi”.

“Penduduk dunia saat ini 7 miliar orang, memberikan tekanan kepada sumber daya, kebutuhan-kebutuhan, kurangnya kemajuan kebijakan publik di tingkat lokal, nasional dan internasional pada hal-hal tertentu, kompleksitas menjadi, jika Anda inginkan, sebagai area menentukan yang perlu kita gerakkan,” katanya.

“Ada berbagai tantangan besar menemukan pola menang-menang dalam membicarakan perubahan iklim, keamanan pangan, peternakan, kehutanan serta bagaimana kita mengelola ekosistem secara keseluruhan,” tambahnya.

PENDANAAN HIJAU

Pendanaan juga menjadi agenda utama Forum, dibicarakan pada sesi pembuka pada Sabtu dan memberi perhatian lebih pada investasi yang diperlukan bagai pemanfaatan lahan berkelanjutan.

Mark Burrows, Direktur Pelaksana dan Wakil Ketua investasi perbankan global Credit Suisse, memberi catatan penutup bahwa “hal paling signifikan” dari COP21 sejauh ini adalah pengumuman oleh China yang akan menempatkan pendanaan hijau pada agenda kepresidenan G20 tahun 2016.

“Hal ini merupakan aliran kerja baru yang masuk ke G20 dalam empat tahun, dan China akan memimpinnya dengan Bank Rakyat China dan Bank Inggris. Hal ini sangat signifikan dan berita besar,” kata Burrows.

Tanpa hutan dan orang yang melindunginya, kita akan gagal mencapai tujuan menyelamatkan bumi dari cepatnya perubahan iklim yang menempatkan manusia pada resiko

Abdon Nababan

Menteri lingkungan hidup Australia Greg Hunt, salah seorang delegasi tingkat tinggi dari 197 pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB akan mengetuk palu kesepakatan iklim global pada tenggat waktu 11 Desember, juga merujuk COP21 pada pidato penutupan.

“Saya sangat percaya bahwa pada Jumat esok —mungkin Minggu, mungkin Sabtu — akan terjadi kesepakatan Paris pada COP21,” katanya.

MASA DEPAN SEMPURNA

Di luar dari hasil pertemuan, Hunt memberikan perhatian pada peserta muda Forum dan menyatakan bahwa masa depan langkah pengaturan iklim akan berada di tangan mereka, melalui inisiatif seperti dua hal yang diluncurkan sebelumnya: satu tentang perbaikan hutan hujan global, dan satu lain tentang potensi “karbon” biro ekosistem pesisir.

Hak tenurial dan tempat bagi masyarakat adat juga mendapat sorotan di banyak sesi di Forum Bentang Alam Global,  Abdon Nababan, perwakilan Forum Masyarakat Adat Internasional mengenai Perubahan Iklim (IIPFCC), juga membuat hubungan dengan COP21.

Seraya menyatakan bahwa masyarakat adat sebagai penjaga terbaik hutan, ia mengingatkan: “Untuk melanjutkan tugas ini, dunia perlu mengakui hak kami sebagai bagian setiap kesepakatan perubahan iklim.”

Bentang Alam untuk keberlanjutan: Potensi, ya. Pendanaan, tidak cukup.

Nababan menambahkan bahwa kini ilmuwan memandang hak masyarakat adat sebagai strategi operasional untuk melindungi hutan.

“Tanpa hutan dan orang yang melindunginya, kita akan gagal mencapai tujuan menyelamatkan bumi dari cepatnya perubahan iklim yang menempatkan manusia dalam risiko,” katanya.

Ia kemudian bertanya pada peserta Forum untuk sejenak berhenti dan menarik nafas dalam. Dalam keheningan total, ia bertanya: “Dapatkah Anda mendengar bumi menangis?”

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org