SAN JOSE, Kosta Rika (2 September 2013)_ Petani di Amazon menjual kayu dari pohon yang tumbuh di lahan kosong untuk menambah penghasilan, sayangnya produksi tersebut bisa tidak terbaca dalam statistik resmi— karena seringkali karena jenis kayu ini dikomersialiasi melalui jalur informal, menurut penelitian.
“Walau panen kayu jenis ini memiliki dampak rendah dan tidak mempengaruhi hutan primer, ini secara umum illegal karena petani tidak memilik hak lahan dan ijin kehutanan,” kata Peter Cronkleton, ilmuwan senior Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)
Cronkleton mempresentasikan temuan mengenai “Institutional adaptation in smallholder timber management systems in Peru and Ecuador” pada Kongres Amireika Latin Ketiga mengenai International Union of Forestry Research Organizations (IUFRO) di San José, Kosta Rika.
“Hukum kehutanan biasanya dirancang untuk produksi skala besar, jadi biaya kepatuhan menjadi terlalu tinggi untuk produsen skala kecil,” kata Cronkleton. “Melakukan inventarisasi hutan dan rencana operasi tahunan berada di atas kemampuan petani kecil, tidak hanya secara teknis, tetapi juga secara finansial.”
Walaupun petani kecil yang disurvei di Amazon Peru dan Ekuador sangat tergantung pada pertanian, penghasilan dari produk hutan juga penting, dan petani menemukan pangsa khusus di pasar lokal, kata Cronkleton.
MANFAAT PENGHIDUPAN
Ketika petani buah di Provinsi Napo Ekuador membutuhkan peti kayu, mereka berpaling pada operator penggergajian kayu kecil yang mendekati masyarakat asli Kichwa untuk mendapatkan kayu dari pohon yang secara lokal dikenal sebagai pigue (Piptocomadicolor) di hutan sekunder di sebidang kecil lahan mereka,” katanya.
Para keluarga yang diobservasi dalam kajian biasanya memanen sekitar 12 meter kubik (424 kaki kubik) kayu dengan harga rata-rata 12 dolar AS per meter kubik, ujar Cronkleton. Penghasilan para penebang ini rendah, tetapi cukup untuk kebutuhan mendesak seperti perlengkapan sekolah di awal tahun pelajaran, katanya.
Bagaimanapun, hanya keluarga yang berada dalam rentang 1,5 km (0,93 mil) dari jalan atau sungai menjual kayu, karena memindahkan pique dalam jarak jauh memakan biaya tinggi.
Dekat kota Pucallpa, di wilayah Ucayali Peru, petani kecil mengambil keuntungan dari pohon bolaina (Guazumacrinita) yang tumbuh di sepanjang sungai dan di lahan yang dibiarkan kosong selama enam atau tujuh tahun untuk mengembalikan kesuburan.
Bolaina berbatang lurus dibutuhkan sebagai papan untuk rumah keluarga berpendapatan rendah. Para produsen bisa mendapat keuntungan dengan mengolah kayu untuk nilai tambah, dan petani dapat melipat tiga kali penghasilannya dengan menjual papan dibanding kayu kasar, kata Cronkleton. Kayu dipotong di penggergajian kecil yang bertebaran di wilayah pedesaan untuk melayani petani, sekaligus menyediakan lapangan kerja.
Jenis kayu ini, tumbuh sebagai baian dari siklus kosong pertanian, menjadi bagian dari sebuah “mosaik” agroforestri penting bagi penghidupan petani kecil, walaupun diabaikan kebijakan tata kelola pertanian dan kehutanan, katanya.
“Produsen ini sering disalahkan dalam deforestasi, tetapi mereka juga meregenerasi banyak hutan—area yang merupakan hutan kerja,” kata Cronkleton.
“Ini mungkin menjadi ekspansi awal deforestasi, tetapi kemudian ini menjadi siklus mosaik bidang kecil hutan, hutan sekunder dan suksesi lahan kosong—mungkin tidak menjadi sebuah masalah.”
Untuk mendorong mereka mengelola dan menjaga hutan, bagaimanapun, hukum harus memungkinkan petani kecil untuk berperan serta dalam pasar lokal, memberi mereka hak atas area berhutan dan membiarkan mereka menjual kayu secara legal, katanya.
Temuan yang sama muncul dari kajian di Bolivia.
“Jika petani kecil tidak didorong keluar oleh para peternak besar atau perkebunan minyak sawit, mereka bisa membangun bentang alam yang relatif stabil ketika mereka bisa memanfaatkan sistem pertanian rendah-masukan, yang juga memproduksi beragam produk hutan,” kata Cronkleton. “Dalam kondisi yang benar, mereka bisa sangat berlanjut.”
Untuk informasi lebih mengenai topik yang didiskusikan dalam artikel ini, silahkan hubungi Peter Cronkleton di p.cronkleton@cgiar.org
Karya ini merupakan bagian dari Program Riset CGIAR mengenai Hutan, Pohon dan Agroforestri.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org