Berita

Pohon besar memainkan peran kunci dalam simpanan biomassa hutan tropis – kajian

Hanya tiga persen hutan dibangun dari pohon besar, tetapi pohon ini menyimpan separuh biomassa.
Bagikan
0
Para ilmuwan meneliti data lebih dari 190.000 pohon, berdiameter sekurangnya 10 sentimeter di 120 lokasi dataran rendah hutan tua berlembab di Amerika Selatan, Afrika dan Asia. Foto: CIFOR/Terry Sunderland

Bacaan terkait

BOGOR, Indonesia (14 Agustus 2013) – Sebuah kajian berskala besar menemukan bahwa pepohonan besar membantu menyimpan hingga separuh biomasa permukaan di hutan tropis, mendorong implikasi tata kelola hutan dan mitigasi perubahan iklim.

Pepohohan menghilangkan karbon dari atmosfer ketika mereka bertumbuh, menyimpannya dalam daun, jaringan kayu, akar dan zat organik dalam tanah: oleh karena itu, mereka memainkan peran sangat penting dalam mengatur iklim bumi dan mitigasi perubahan iklim. Menghitung biomassa permukaan—meliputi semua biomassa hidup, atau material organik, atas permukaan, termasuk batang, tunggul, cabang, kulit, biji dan dedaunan—membantu ilmuwan mengukur peran hutan sebagai serapan karbon dalam mitigasi perubahan iklim.

Kajian dipimpin oleh Ferry Slik, ilmuwan Pusat Integrasi Konservasi, Taman Botani Tropis Xishuangbanna, Akademi Sains Cina. Silk, yang sebelumnya mengeksplorasi biomasa permukaan hutan tropis pada level lokal dan regional, diharapkan mengeksaminasi isu yang sama pada skala global. Setelah memindai literatur para ilmuwan yang melakukan inventarisasi pohon, ia mengundang mereka untuk bergabung dalam kajiannya.

“Sebagian besar mereka bereaksi secara positif,” katanya. “Mereka melihat keuntungan menjadi bagian projek skala lebih besar.”

Kajian ini, dipublikasikan baru baru ini dalam Global Ecology and Biogeography, melibatkan 60 ilmuwan. Mereka mengeksaminasi data 192.308 pohon paling kecil berdiameter 10 cm di 120 dataran rendah lembab hutan tua yang berlokasi di Amerika Selatan, Afrika dan Asia. Pohon besar didefinisikan untuk pohon dengan minimal berukuran 70 cm diameter setinggi dada (dbh).

Salah satu hasilnya, peneliti memutuskan bahwa pohon lebih besar memainkan peran lebih besar pula dalam menyimpan biomasa dari yang sebelumnya diduga. “Hanya 3 persen hutan dibangun dari pohon besar, tetapi pohon ini menyimpan separuh biomassa,” katanya. “Jika pepohonan besar yang sedikit ini mati, maka akan langsung menimbulkan dampak besar.”

Mereka juga menyimpulkan bahwa variabel iklim mempengaruhi kepadatan pohon besar dan biomassa permukaan, artinya perubahan iklim akan mempengaruhi simpanan biomassa hutan tropis. “Jika suhu terus naik—diprediksikan 2 sampai 6 derajat (Celsius) hingga abad mendatang—ini akan memberi efek negatif terhadap pohon besar,” kata Slik.

Hasil ini memberi implikasi di beberapa bidang. “Kini kita tahu pohon besar penting bagi biomassa,” kata Slik, “tetapi kita tetap masih tidak tahu banyak tentang dinamika pohon-pohon ini—seberapa cepat mereka bertumbuh, sampai seberapa tua usia mereka—karena peneliti berkonsentrasi pada relatif sedikit plot yang memiliki tak banyak pohon besar mengingat rendahnya kepadatan mereka.”

Dengan teknik penginderaan jarak jauh yang canggih, katanya, akan lebih mudah untuk mengenali pohon-pohon besar ini dan membuat estimasi akurat biomassa. Peneliti seharusnya mulai fokus lebih pada pohon lebih besar dalam plot lebih besar, katanya.

Memang, sejak publikasi karya tulis, Slik dkk. telah mengidentifikasi 3.000 lebih plot mencakup 800.000 pohon dan 20.000 spesies. Lebih banyak laporan riset akan muncul, katanya.

Pentingnya pepohonan besar seharusnya juga menjadi penggugah kesadaran bagi industri kehutanan. “Penebangan biasanya berkonsentrasi pada pepohonan lebih besar,” kata Slik. “Mungkin lebih baik berfokus pada pepohonan ukuran menengah. Penebangan sebaiknya dikelola dengan cara lebih ramah lingkungan.”

“Ancaman terbesar terhadap pepohonan besar adalah intervensi manusia dalam hutan,” tambahnya. “Segera setelah aktivitas penebangan atau perkebunan dimulai, pepohonan ini biasanya menjadi yang pertama menghilang. Perlu waktu sangat lama untuk mendapatkannya kembali.”

Untuk informasi lebih mengenai materi diskusi dalam artikel ini, silahkan hubungi Ferry Slik pada ferryslik@hotmail.com atau Terry Sunderland di t.sunderland@cgiar.org

Kajian ini merupakan bagian dari program riset CGIAR  Forests, Trees and Agroforestry dan didukung oleh Instituto Nacional de Pesquisas da Amazônia (INPA), Silvicultural Treatment for the Regeneration of Logged-over Forest di Kalimantan Timur (STREK), PlotNet Forest Database (Lopez-Gonzalez et al. 2010) dan Tropical Ecology Assessment and Monitoring Network (TEAM). Sebagai tambahan, banyak peneliti berbagi kumpulan data inventarisasi pohon dengan penulis.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org