BOGOR, Indonesia (6 Agustus 2012)_Seiring dengan terus meningkatnya permintaan global untuk komoditas seperti kelapa sawit, kedelai dan daging sapi, dan dengan semakin berkurangnya lahan yang dapat dimanfaatkan, dapatkah hutan bertahan?
Dapatkah miliaran populasi yang terus bertumbuh di planet ini memperoleh pangan, sandang dan papan yang lebih baik tanpa menghancurkan hutan tropis? Sebuah artikel baru yang ditulis oleh ilmuwan dari beberapa lembaga di Amerika Serikat dan Brasil menunjukkan bahwa upaya untuk mendorong pemanfaatan lahan pertanian yang lebih efisien bersama dengan sejumlah tindakan untuk menekan deforestasi mungkin telah mencapai sasaran tersebut di daerah yang sebelumnya paling dikenal karena lenyapnya hutan: “Busur Deforestasi” di tepi selatan Amazonia di Brasil.
Dengan berfokus pada tren terkini dalam produksi kedelai dan perubahan tutupan hutan pada negara bagian MatoGrosso, Maria Macedo dan para koleganya menunjukkan dalam penelitiannya bahwa hubungan yang dianggap tidak terhindarkan antara pertumbuhan pertanian dan menghilangnya hutan bisa diputus dan sasaran-sasaran untuk melakukan konservasi hutan dan mendapatkan lebih banyak pangan, serat dan bahan bakar dapat diwujudkan secara bersamaan.
Sejumlah tindakan anti-deforestasi kemungkinan telah mempengaruhi sektor pertanian
Para penulis memusatkan penelitian mereka di daerah MatoGrosso selama tahun 2006-2010, ketika laju deforestasi yang sebelumnya sangat tinggi di negara bagian pelopor ini turun menjadi hanya 30% dari tingkat deforestasi di dekade sebelumya. Dalam periode lima tahun tersebut, produksi pertanian di MatoGrosso juga mencapai rekor tertinggi.
Macedo dan rekan-rekannya menggunakan kombinasi data penginderaan jarak jauh dan informasi statistik tutupan lahan dan produksi pertanian yang dikumpulkan oleh pemerintah Brasil. Mereka menemukan bahwa walaupun peningkatan produksi kedelai sebesar 78% selama tahun 2006-2010 terjadi karena perluasan lahan pertanian ke daerah baru (MatoGrosso adalah negara bagian produsen kedelai yang terbesar di Brasil), 91% dari perluasan tersebut dilakukan di lahan yang telah dibuka sebelumnya, sering kali untuk lahan pakan ternak. Perluasan tersebut tidak membutuhkan penebangan hutan. Sebesar 22% peningkatan produksi kedelai disebabkan oleh meningkatnya hasil panen per hektar.
Para penulis menyoroti bahwa penurunan kegiatan pembukaan hutan “terjadi bersamaan dengan jatuhnya pasar komoditas”, namun sejumlah kebijakan untuk mengurangi deforestasi juga diterapkan dalam periode yang sama. Perubahan ini menunjukkan bahwa bukan hanya krisis finansial yang mendorong penurunan deforestasi. Tingkat keuntungan sektor kedelai di MatoGrosso kemudian kembali ke tingkat yang sama seperti sebelum tahun 2006, namun demikian deforestasi terus menurun, mengindikasikan bahwa “sejumlah tindakan anti-deforestasi kemungkinan telah mempengaruhi sektor pertanian”. Data tersebut sangat menjanjikan, namun juga mengarah pada sejumlah pertanyaan penting yang ditindaklanjuti oleh para penulis.
Salah satu yang perlu dicermati adalah adanya “kebocoran”, atau kemungkinan bahwa deforestasi yang dihindari di MatoGrosso berpindah ke tempat lain. Macedo dkk. hanya menemukan sedikit bukti tentang “kebocoran langsung perluasan kedelai” ke daerah savana (disebut cerrado di Brasil) tetangga yang sangat rentan di MatoGrosso, dan selama waktu tersebut laju deforestasi di beberapa negara bagian yang kaya hutan di daerah Amazon di Brasil juga menurun. Namun para penulis juga memahami bahwa tidaklah mungkin mengabaikan kemungkinan bahwa ada “perubahan penggunaan lahan tidak langsung dan kebocoran ke wilayah yang lebih jauh” yang tidak terdeteksi.
Pertanyaan lain tentu saja adalah, dapatkah perluasan pertanian tanpa pertambahan deforestasi bertahan di MatoGrosso dan tempat-tempat lain? Menurut para penulis, beberapa perubahan terkini mengindikasikan bahwa hal ini mungkin terjadi. Pemerintah Brasil telah berinvestasi besar-besaran untuk memantau dan melaksanakan tindakan-tindakan anti deforestasi, dan baik pemerintah maupun beberapa kelompok industri telah “menciptakan dis-insentif yang kuat untuk perluasan ke lahan hutan”.
Namun para penulis memperingatkan bahwa mempertahankan pengurangan deforestasi di tengah melambungnya ekonomi pertanian Brasil akan terus membutuhkan kebijakan insentif baru untuk mendorong pemanfaatan lahan terdegradasi yang efisien, khususnya mengingat pembangunan infrastruktur mempermudah akses ke lahan berhutan yang tersisa dan adanya teknologi baru menyebabkan potensi pemanfaatan hutan lebih menguntungkan.
Peringatan para penulis memang tepat pada waktunya. Laporan baru-baru ini dari wilayah tersebut mengindikasikan kemungkinan sudah terjadi kenaikan laju deforestasi, dan dampak peraturan hutan kontroversial yang diusulkan di Brasil masih belum jelas. Sulit memperkirakan tekanan baru apa yang akan dibawa pembangunan ekonomi besar berikutnya dan ledakan harga komoditas atas lahan hutan yang tersisa di daerah tropis.
Masyarakat dan pemerintah jelas perlu untuk secara berhati-hati mempertimbangkan strategi dan insentif kebijakan yang paling tepat, spesifik berdasarkan konteks, dan mempertimbangkan berbagai segi/aspek, jika mereka berharap untuk menyeimbangkan tekanan ekonomi dengan kebutuhan melestarikan hutan dan berbagai jasa yang disediakannya. Dalam artikel ini, Macedo dkk. telah berhasil menunjukkan bahwa, paling tidak di satu tempat, keseimbangan tersebut dapat dicapai (setidaknya untuk sementara waktu).
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org