LDPHD merupakan kolaborator utama proyek Sungsang Mangrove Restoration and Ecotourism (SMART), sebuah usaha berbasis riset aksi partisipatif (PAR) yang dilaksanakan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional dan Agroforestri Dunia (CIFOR-ICRAF) bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya dan Forum Daerah Aliran Sungai Sumatra Selatan, pada tahun 2021-2025.
Pada 2023, LDPHD menandatangani perjanjian kerja sama dengan sebuah perusahaan swasta untuk pengembangan perhutanan sosial di kawasan hutan lindung itu. Tahun ini, mereka juga mulai bekerja sama dengan sebuah perusahaan swasta lain dalam program ‘adopsi pohon’. Program ini merupakan upaya untuk melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan yang beragam dalam inisiatif restorasi—dan membantu memastikan keberlanjutan upaya pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemantauan mangrove setelah proyek SMART berakhir.
“Kami ingin masyarakat memahami bahwa hal terpenting adalah merawat mangrove, bukan sekadar menanamnya,” kata Beni Okarda, peneliti senior di CIFOR-ICRAF. “Pohon mangrove barulah dapat tumbuh mandiri setelah berusia tiga tahun; untuk sampai umur itu, mereka perlu dipantau dan dirawat.”
Hingga Juni 2024, proyek SMART telah menanam kembali 48.353 bibit mangrove lokal di lahan seluas 15,8 hektare di empat arena aksi, yang merupakan kawasan terdegradasi di Desa Sungsang IV dan Marga Sungsang. Proyek ini berfokus pada eksplorasi bagaimana upaya pemulihan mangrove di Sungsang dapat meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat setempat. “Itulah sebabnya kami menciptakan berbagai model bisnis yang diharapkan bisa menghasilkan pendapatan untuk masyarakat,” kata Agus Andrianto, peneliti lainnya di CIFOR-ICRAF.
Untuk itu, di Marga Sungsang, proyek ini memfasilitasi usaha wanamina kepiting (crab silvofishery) berbasis masyarakat, dengan menggunakan sistem akuakultur tradisional yang menggabungkan kegiatan budi daya kepiting dengan penanaman mangrove di dua kolam seluas 0,319 hektare. Panen pertama mereka diproyeksikan menghasilkan sekitar 240 kilogram kepiting. Sementara itu, di Sungsang IV, proyek SMART mendukung kelompok masyarakat setempat untuk memulai usaha pembibitan mangrove, yang kini telah menjual bibit-bibit itu ke perusahaan dan lembaga yang terlibat dalam restorasi.
“Alhamdulillah, masyarakat sudah menyadari bahwa tanpa harus membuka hutan mangrove, mereka bisa mendapatkan manfaat dari hutan itu,” kata Kepala Desa Sungsang IV, Romi Adi Candra. Dampak positif lainnya adalah meningkatnya pariwisata, dengan 1.300 pengunjung dalam setahun datang ke kawasan ekowisata mangrove desa, yang juga meningkatkan pendapatan lokal dari sektor penjualan makanan, penginapan di rumah penduduk, dan transportasi.