“Para pemanen telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa dengan beralih ke pembuatan furnitur untuk pasar domestik, yang berfungsi sebagai penyangga serta menyediakan sumber pendapatan alternatif bagi mereka,” jelas Ahmad Dermawan, Eks Ilmuwan di Center for International Forestry Research dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) yang meneliti rantai pasokan rotan di Sulawesi Tengah dan Tenggara serta di Kalimantan Tengah.
Dalam rangka mewujudkan potensi ekonomi pasar domestik dan memastikan pasar akan menguntungkan dan berkelanjutan, pemerintah daerah perlu mendukung sektor ini melalui dua cara: meningkatkan kapasitas petani skala kecil sebagai pengrajin dan pengusaha, dan dengan secara sistematis memantau arus perdagangan lokal ke pasar domestik, memahami siapa, memproduksi apa, dan di mana.
Untuk memahami rantai nilai rotan yang ada saat ini dan manfaatnya bagi penghidupan, peneliti melakukan survei, wawancara serta diskusi kelompok terfokus di 14 desa dan 7 kecamatan, yang mewakili beragam perspektif dalam produksi dan perdagangan— di Kalimantan, sebagian besar rotan berasal dari perkebunan, sedangkan di Sulawesi sebagian besar rotan dipanen dari hutan alam.
Peneliti juga mewawancarai perwakilan pemerintah daerah untuk menjelaskan kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten. Temuan menunjukkan implikasi terhadap penghidupan masyarakat setempat dan masa depan hasil rotan di seluruh pulau.