Berbagi Cerita mengenai Upaya Pencegahan Kebakaran Lahan berbasis Masyarakat di Riau
Lokakarya media membahas upaya pencegahan kebakaran lahan cerdas iklim yang dapat diskalakan
Tindakan pencegahan kebakaran lahan merupakan bagian penting dari upaya mitigasi perubahan iklim dan perlindungan ekosistem di dunia. Kebakaran hutan memancarkan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam jumlah besar dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan serta memberikan dampak buruk untuk berbagai sektor, termasuk kesehatan – kabut asap dapat menyebabkan penyakit pernafasan kronis yang kemudian dapat diperparah oleh penyakit lainnya seperti COVID-19.
Namun, membakar lahan tetap dianggap sebagai metode yang paling efisien bagi petani untuk membuka lahan pertanian dalam waktu singkat, oleh karena itu, cara ini masih terus dipraktikkan di pedesaan, terutama ketika penduduk desa mengalami kesulitan untuk mendapatkan mata pencaharian. Di Indonesia, pemerintah terus menyerukan program “tanpa bakar” di tingkat nasional dan daerah, tetapi pembakaran lahan tetap terjadi di pedesaan karena cara ini adalah praktik tradisional untuk musim tanam baru – dan masih menjadi metode termurah dalam persiapan lahan.
Melihat kesuksesan proyek percontohan di Desa Dompas, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, atas permintaan Pemerintah Kabupaten Siak, proyek ini kemudian diperluas ke Kayu Ara Permai dan Desa Peyengat di Kabupaten tersebut dan diharapkan dapat berkontribusi terhadap inisiatif Siak Hijau. Sekarang, ada peluang untuk memperluas model ke seluruh Provinsi Riau sebagai bagian dari komitmen program Riau Hijau 2019–2024. “Riset aksi partisipatif kami mencakup proses kreasi bersama dan merupakan platform untuk melakukan aksi kolektif,” kata Dyah Puspitaloka, Peneliti CIFOR-ICRAF yang terlibat dalam proyek tersebut.
Dari 28 November hingga 1 Desember 2022, CIFOR-ICRAF, PSB UNRI, Sedagho Siak, Sekretariat Siak Hijau, dan Pemerintah Siak – dengan pendanaan dari Temasek Foundation dan Singapore Cooperation Enterprise (SCE) – melakukan kunjungan lapangan dan lokakarya media. Agenda ini memberikan kesempatan bagi para mitra, jurnalis, dan khalayak luas untuk belajar tentang pencegahan kebakaran lahan berbasis masyarakat dan restorasi lahan gambut menuju pencapaian target Forest and Land Use (FOLU) Pemerintah Indonesia Net Sink 2030 (yang bertujuan untuk net-negatif emisi dari sektor FOLU nasional pada 2030), dan pemulihan ekonomi nasional pasca-COVID-19.
Acara yang dihadiri oleh 15 jurnalis dari 13 media massa berbeda ini membagikan berbagai kisah dan praktik masyarakat dalam pencegahan kebakaran lahan, restorasi lahan gambut, dan model bisnis berkelanjutan – secara spesifik melalui kunjungan ke dua desa, Kayu Ara Permai dan Penyengat. Di Kayu Ara Permai, para peserta mengeksplorasi bisnis agroforestri kopi, edu-eco-tourism, dan hortikultura yang didirikan dengan bantuan proyek percontohan tersebut. Di Penyengat, peserta mengamati contoh penghijauan lanskap, agroforestri, dan usaha berkebun di rumah yang dimotori kelompok perempuan. “Kami berbagi pembelajaran dari inisiatif berbasis masyarakat di Kayu Ara Permai dan Desa Penyengat sebagai cara untuk mendorong dan mendukung upaya serupa di daerah lain,” kata Puspitaloka, yang juga berpartisipasi dalam acara kunjungan tersebut. “Kunjungan ini menunjukkan dengan jelas bagaimana restorasi perlu diintegrasikan dengan model bisnis yang berkelanjutan bagi masyarakat, untuk memberikan manfaat dan membangun aksi kolektif dan kemandirian untuk mempertahankan upaya restorasi.”
Panorama of the city of Siak Sri Inderapura, Riau Province.
AERIAL field of demonstration plot arena in Sungai Apit, Siak, Riau Province. This arena will be planted with Matoa
Professor Dr. Hery Purnomo and local ranger together planting the Liberika coffee seed in Kayu Ara Permai village, Siak Riau province.
Close up of Liberika coffee seed
Herry Purnomo, Ilmuwan Senior dan Deputy Country Director CIFOR-ICRAF Indonesia dengan spesialisasi pengelolaan dan kebijakan hutan, yang juga terlibat dalam acara tersebut, mengatakan bahwa pendekatan partisipatif untuk pekerjaan semacam ini sangat penting, karena “setiap komunitas dan wilayahnya memiliki keunikan masing-masing. Sebuah solusi harus ditemukan di tempat mereka, bersama-sama dengan masyarakat setempat, bukan ditentukan dari tempat lain.”
Pendekatan tersebut terlihat jelas oleh Hans Nicholas Jong, Staf Penulis situs berita konservasi internasional Mongabay yang menghadiri lokakarya media ini “Sangat menyenangkan dapat melihat bagaimana komunitas ini terlibat sejak awal,” katanya. “Saya bisa melihat bagaimana keterlibatan mereka dalam penelitian karena merekalah yang menentukan model restorasi dan pengelolaan gambut.” Hans juga mengatakan bahwa acara tersebut juga membantunya menjalin hubungan penting dengan berbagai pihak dan masyarakat setempat: “Perjalanan ini memberi saya kesempatan untuk berbicara dengan pejabat publik dan mempelajari kebijakan mereka,” katanya. “Tanpa acara ini, akan sulit bagi saya untuk mendapatkan semua pengetahuan itu, karena saya harus mengandalkan panggilan telepon untuk berbicara dengan narasumber di lapangan.”
Kunjungan lapangan ke demplot agroforestri dan penghijauan lanskap di Sungai Apit, Desa Penyengat.
Diskusi kelompok terfokus (FGD) antara Peneliti CIFOR-ICRAF, jurnalis, dan akademisi di Universitas Riau tentang konsep dan implementasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan, bersama dengan restorasi gambut berbasis masyarakat di Provinsi Riau.
Peserta dan fasilitator lokakarya media.
Purnomo juga menyoroti perlunya tindakan yang tepat pada skala yang berbeda. “Tindakan dari berbagai aktor di berbagai tingkatan diperlukan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan serta mendukung restorasi lahan gambut,” katanya. “FOLU Net Sink 2030 dan Low Carbon Development Initiatives (LCDI) harus dibagi-bagi menjadi tindakan yang relevan dalam skala – termasuk skala kecil, yang harus dipimpin oleh masyarakat.”
Secara lebih luas, dukungan kebijakan di tingkat nasional dan daerah (provinsi dan kabupaten), serta keterlibatan dengan sektor swasta, “merupakan suatu keharusan,” kata Purnomo. “Dukungan sektor publik membuat restorasi menjadi resmi, sementara dukungan sektor swasta meningkatkan efektivitas restorasi dan memperbesar skalanya.”
Pengembangan cerita: Monica Evans | Produksi foto dan video: Ricky Martin | Desain web: Gusdiyanto | Koordinasi publikasi: Budhy Kristanty
Copyright policy: We want you to share Forests News content, which is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). This means you are free to redistribute our material for non-commercial purposes. All we ask is that you give Forests News appropriate credit and link to the original Forests News content, indicate if changes were made, and distribute your contributions under the same Creative Commons license. You must notify Forests News if you repost, reprint or reuse our materials by contacting forestsnews@cifor-icraf.org.