Kita mengetahui betapa sulitnya untuk menumbuhkan tanaman di lahan terdegradasi. Dipangkas dari tutupan hutan aslinya, dikeringkan dan sering terkontaminasi, diasamkan dan/atau terganggu oleh salinifikasi, lahan terdegradasi sering tetap kosong selama beberapa dekade, sehingga melepaskan karbon dioksida tingkat tinggi ke atmosfer untuk sementara.
Hal ini membuat Ilmuwan Center for International Forestry Research (CIFOR), Himlal Baral dan rekan-rekannya sangat senang ketika melihat spesies pohon asli Pongamia pinnata dapat tumbuh subur hanya dalam waktu 1,5 tahun setelah ditanam di petak percobaan di lahan gambut terdegradasi di Kalimantan Tengah, Indonesia. Mereka juga mengamati bahwa jenis pohon asli ini juga tumbuh dengan baik di lahan bekas pertambangan di sana dan di daerah terdegradasi di Jawa Tengah. “Ini adalah daerah berbatu dengan kondisi tanah yang sangat buruk – hampir tidak ada lapisan tanah atas – namun pongamia dapat tumbuh di mana-mana,” ujarnya.
Pongamia merupakan salah satu spesies tanaman yang tumbuh dengan cepat, dapat mengikat nitrogen, berkanopi lebar, yang merupakan tumbuhan asli di sebagian besar wilayah Asia dan Pasifik dan secara tradisional digunakan untuk kayu bakar, pakan ternak, naungan, perbaikan tanah dan tujuan pengobatan. Di kepulauan Indonesia, “Anda dapat menemukannya di sebagian besar tempat,” kata Baral, “Tetapi orang belum tentu tahu nilai atau kegunaannya.”
Sekarang, sebuah artikel baru di jurnal Forests, yang ditulis oleh sekelompok ilmuwan kehutanan Indonesia dan internasional, termasuk Baral, berupaya membagikan manfaat pongamia, pahlawan ekosistem tropis yang belum dikenal, dengan mendokumentasikan potensinya untuk memenuhi produksi energi, restorasi, dan tujuan mata pencaharian.
Terlihat jelas