Kami berangkat ke Palembang, ibu kota provinsi, untuk belajar dan membaca dokumen proyek biofuel yang diinisiasi oleh petani lokal dari desa Perigi Talang Nangka, yang sebelumnya menghubungi para peneliti. Mereka ingin mendapat alternatif dari pada membakar lahan dalam memperluas lahan pertanian.
Dalam upaya memperluas lahan, para penduduk juga berjuang atas hak pemanfaatan 10.000 hektare lahan Cagar Alam Padang Sugihan Sebokor, yang merupakan bagian dari koridor gajah liar. Para penduduk desa mengaku tidak ada gajah yang terdapat di area tersebut.
Para peneliti CIFOR berharap dengan melakukan penanaman pohon endemik di kawasan lahan gambut penyangga, penduduk desa akan memiliki sumber penghasilan tanpa merusak lingkungan sekitar atau mengambil lahan untuk gajah.
Setelah perahu pertama gagal, untungnya kami tahu bahwa pemerintah daerah memiliki perahu lebih kecil. Meskipun perahu ini hanya cukup untuk kru film. Mereka berlayar melintasi perairan dan semak dari pukul 5.30 pagi hingga 06.00 sore selama tiga hari untuk melacak gajah dan membuat film dokumenter.
“Ketika kami tiba [di sungai], petugas kehutanan menceritakan, gajah terlihat makin dekat ke pedesaan,” kata Samsudin.
Mengingat gajah adalah satwa liar, mereka agak pemalu ditambah rentang jelajah yang sangat luas. Hal ini berarti, para kru film harus mengandalkan informasi lokal dari petugas kehutanan dan penangkap ikan di Sungai Musi untuk mendapatkan area yang sangat berpeluang menemukan gajah liar ini.
Perjalanan ini mungkin tidak akan berhasil tanpa petugas kehutanan yang seringkali melihat gajah saat berpatroli.
Juru kamera memfilmkan seorang ranger Cagar Alam Padang Sugihan Sebokor ketika ia menunjukkan lokasi gajah liar di suaka tersebut baru-baru ini terlihat.
Christi Hang/CIFOR
Pawang gajah sebagian besar adalah warga Dusun Sumber Makmur, Desa Sebokor, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Rifky/CIFOR
Peneliti CIFOR, Yusuf Samsudin mengecek dengan pejabat di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sebokor untuk membahas rencana tim peneliti melacak gajah liar di cagar.
Christi Hang/CIFOR
Pusat pelatihan gajah di Suaka Margasatwa Padang Sugihan sebagai pusat konservasi gajah dataran rendah telah berhasil melahirkan 4 ekor gajah.
Christi Hang
Kami berangkat ke Palembang, ibu kota provinsi, untuk belajar dan membaca dokumen proyek biofuel yang diinisiasi oleh petani lokal dari desa Perigi Talang Nangka, yang sebelumnya menghubungi para peneliti. Mereka ingin mendapat alternatif dari pada membakar lahan dalam memperluas lahan pertanian.
Dalam upaya memperluas lahan, para penduduk juga berjuang atas hak pemanfaatan 10.000 hektare lahan Cagar Alam Padang Sugihan Sebokor, yang merupakan bagian dari koridor gajah liar. Para penduduk desa mengaku tidak ada gajah yang terdapat di area tersebut.
Para peneliti CIFOR berharap dengan melakukan penanaman pohon endemik di kawasan lahan gambut penyangga, penduduk desa akan memiliki sumber penghasilan tanpa merusak lingkungan sekitar atau mengambil lahan untuk gajah.
Setelah perahu pertama gagal, untungnya kami tahu bahwa pemerintah daerah memiliki perahu lebih kecil. Meskipun perahu ini hanya cukup untuk kru film. Mereka berlayar melintasi perairan dan semak dari pukul 5.30 pagi hingga 06.00 sore selama tiga hari untuk melacak gajah dan membuat film dokumenter.
“Ketika kami tiba [di sungai], petugas kehutanan menceritakan, gajah terlihat makin dekat ke pedesaan,” kata Samsudin.
Mengingat gajah adalah satwa liar, mereka agak pemalu ditambah rentang jelajah yang sangat luas. Hal ini berarti, para kru film harus mengandalkan informasi lokal dari petugas kehutanan dan penangkap ikan di Sungai Musi untuk mendapatkan area yang sangat berpeluang menemukan gajah liar ini.
Perjalanan ini mungkin tidak akan berhasil tanpa petugas kehutanan yang seringkali melihat gajah saat berpatroli.
Sementara kru film melacak gajah, para petugas membawa kami mengarungi sungai dengan perahu lebih kecil lagi untuk melihat upaya restorasi di sepanjang daerah aliran sungai. Restorasi ini dilakuan dengan menanam tanaman endemik, dan upaya membendung kanal kecil.