Adalah suatu hal yang tidak mudah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan menghentikan perusakan sumberdaya alam di wilayah-wilayah yang kering, berbukit-bukit dan berhutan. Tidak ada satupun cara yang ampuh dan mujarab atau teknologi yang sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah ini. Sejumlah dana yang sangat besar telah digunakan untuk menyelesaikan masalah ini, namun hasilnya tidak pernah memuaskan. Memang benar bahwa pembangunan jalan dan fasilitas umum serta prasarana kesehatan dan pendidikan telah mengurangi tingkat kemiskinan penduduk pedesaan, namun masalah-masalah sosial dan lingkungan masih tetap belum terpecahkan.
Untuk memecahkan masalah ini, kita perlu mengkaji kembali mengapa upaya-upaya yang telah dilakukan pada masa lalu telah gagal. Dengan kata lain, kita memerlukan penelitian. Namun banyak pemerintahan dan lembaga-lembaga donor tidak menghendaki untuk mendanai kegiatan penelitian, karena menurut mereka kegiatan ini terlalu ilmiah dan akademis, dan oleh karenanya tidak akan mampu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara praktis.
Menurut mereka, alasannya karena kebanyakan penelitian lebih terfokus untuk menghasilkan publikasi daripada membantu para pengambil kebijakan dan pengelola sumberdaya alam melalui berbagai isu yang ada. Para peneliti seringkali memilih topik penelitian tanpa berkonsultasi dahulu dengan pihak-pihak yang nantinya akan menggunakan hasil penelitian mereka. Hal ini antara lain karena para penyandang dana mengharuskan mereka untuk membuat rencana penggunaan dana yang sangat rinci untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan dalam proposal penelitiannya. Ketika dana penelitian tersebut telah turun, mereka perlu melakukan kegiatan sesuai dengan semua yang tertera dalam proposal tersebut, walaupun sesungguhnya ada cara lain yang lebih baik, atau keadaan yang telah berubah dari rencana yang semula telah diperkirakan.
’The Science of Sustainable Development’ (Ilmu pengetahuan untuk Pembangunan yang Lestari) yang ditulis oleh Jeff Sayer (dari WWF) Bruce Campbell (dari CIFOR) mencoba memperkenalkan pendekatan yang lebih dinamis dalam kegiatan penelitian. Menurut mereka, para peneliti harus menyempatkan waktu untuk bisa mengerti berbagai isu pembangunan dan membina kerjasama jangka panjang dengan berbagai pihak terkait sebelum memutuskan apa yang akan dilakukannya. Mereka memerlukan tujuan yang jelas, namun topik-topik penelitian mereka yang spesifik dan metoda yang digunakannya juga perlu dikembangkan setiap saat. Untuk memecahkan berbagai masalah, mereka perlu menguraikan dan menganalisanya melalui berbagai ilmu pengetahuan. Mereka perlu melakukan hal ini untuk setiap tingkatan yang berbeda, tetapi tidak perlu mempelajari segalanya. Pemikiran ini adalah atas dasar bahwa tidak banyak cara atau teknologi yang dapat diajarkan kepada dan dikembangkan oleh para pengambil keputusan untuk memilih atau mengkaji pilihan-pilihan kebijakan, menggunakan peluang yang ada, dan belajar dari pengalaman-pengalamannya.
Pemikiran Sayer dan Campbell mengenai penelitian yang baik dianalogikan seperti orang yang sedang bermain musik. Para peneliti merupakan para pemain musik yang perlu tahu apa yang dilakukan dan bagaimana cara untuk melakukannya, dan semua itu perlu datang dari hati sanubarinya. Selanjutnya mereka perlu berimprovisasi dan melakukannya sesuai irama yang ada, tanpa harus menggunakan referensi yang panjang atau kerangka kerja yang logis.
Bagaimana mereka tahu kalau ini dapat dilakukan dengan baik? Dalam buku ini diketengahkan contoh-contoh dari berbagai negara, namun tidak satupun yang sepenuhnya memenuhi syarat sebagaimana dianalogikan tadi. Adalah sulit untuk mendapatkan peneliti-peneliti yang dapat melakukan seperti apa yang diinginkan pengarang dan bahkan sulit untuk mendapatkan orang yang mau membayar untuk melakukan hal tersebut. Pendekatan yang selama ini dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan dan mengatasi masalah-masalah sumberdaya alam di kawasan-kawasan marginal tidak dapat mencapai sasaran. Dengan demikian sudah saatnya kita mencoba untuk bermain dengan “musik ilmu pengetahuan” (yaitu penelitian yang bersifat responsif, dapat beradaptasi, dan selaras dengan apa yang terjadi di sekitar kita).
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
Untuk memperoleh bagian pendahuluan buku ini dalam format PDF dalam bentuk salinan elektronik (soft copy) secara cuma-cuma, anda dapat memintanya kepada Feby Litamahuputty , dengan alamat e-mail : mailto:f.litamahuputty@cgiar.org
Atau anda dapat melakukan download untuk bagian ini langsung dari: http://assets.cambridge.org/0521827280/sample/0521827280WS.pdf
Anda juga dapat membeli buku ini dari penerbitnya dengan mengunjungi situs: http://titles.cambridge.org/catalogue.asp?isbn=0521534569
Apabila anda ingin mengirimkan komentar maupun menanyakan hal-hal lainnya kepada penulis, anda dapat berkomunikasi langsung dengan Jeff Sayer, dengan alamat e-mail: mailto:jsayer@wwfint.org atau Bruce Campbell dengan alamat e-mail: mailto:b.campbell@cgiar.org
Referensi yang lengkap untuk bukun ini adalah: Sayer, J. & Campbell, B. 2004. The science of sustainable development: local livelihoods and the global environment. Cambridge University Press, Cambridge.