DURBAN, Afrika Selatan (4 Desember, 2011)_Degradasi hutan Afrika mulai membinasakan kehidupan satwa liarnya, ujar Helen Gichohi, Pimpinan African Wildlife Foundation (AWF), dalam himbauannya tentang realisasi dana REDD+ bagi penyelamatan hutan Afrika.
“Tingkat laju deforestasi di di benua ini telah mencapai empat kali rata-rata laju deforestasi dunia, dan akan terus meningkat,” kata Gichohi dalam pidato kunci di acara Forest Day 5 di Durban. “Hutan yang terus menghilang, lahan penggembalaan semakin gundul, dan konversi lahan pertanian tanaman rumput serta lahan basah membuat lahan menjadi kering ….mengikis semua ketahanan sistem ini.”
Kebutuhan akan solusi praktis melindungi hutan Afrika sudah pada titik kritis, terutama karena kekeringan baru-baru ini telah membuat binasa, kehidupan satwa liar dan peternakan salah satu ekosistem satwa liar dan wisata terbaik di Kenya, tambah Gichohi.
“Terasa amat pilu menyaksikan taman nasional dan lahan pemukiman masyarakat sekitar penuh dengan bangkai satwa liar dan hewan ternak. Populasi satwa liar merosot dan daerah penggembalaan kehilangan 80 persen ternaknya,” katanya.
Menurut perkiraan, sembilan persen tutupan hutan di wilayah Sub-Saharan Africa telah hilang sekitar tahun 1995 dan 2005, mewakili laju rata-rata hilangnya tutupan hutan sebesar 40.000 km2 hutan per tahun. Sebagai contoh, Kenya telah kehilangan mayoritas tutupan hutan untuk pemukiman dan pertanian, sehingga menyisakan hanya 1,7% saja.
Hal ini merusak pembangunan nasional, upaya pelestarian alam dan yang paling penting dapat membahayakan kehidupan jutaan penduduk akibat hancurnya fungsi hutan sebagai pengatur iklim.
“Hutan amat penting bagi kepentingan pemerintah nasional terutama untuk pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Hutan juga penting bagi kehidupan satwa liar Afrika yang luar biasa indah dan unik, secara global penting bagi keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya, stabilisasi iklim serta jasa lingkungan lainnya. Nilai-nilai inilah yang saling berkompetisi …dan persaingan kebutuhan yang tengah di coba dipertemukan agar (dapat) rakyat sejahtera dan satwa liar Afrika dapat bertahan,” kata Gichohi.
Meskipun dana global tersedia untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, namun tidak banyak yang mengalir bagi masyarakat serta masyarakat sekitar hutan yang sebenarnya dapat dipergunakan membantu meningkatkan mata pencaharian dan keanekaragaman hayati.
Mekanisme nasional sangat dibutuhkan segera untuk mempercepat pelaksanaan sistem REDD+ yang bertanggung jawab di lapangan, katanya, memberikan inisiatif lokal guna menghadapi perubahan iklim berserta ancaman akan manusia dan ekosistem.
“Agar REDD dapat berjalan kita perlu menurunkan biaya transaksi karbon guna membidik pasar. Kita perlu merancang cara berbagi pendapatan karbon secara adil dan merata, terutama bagi pihak-pihak penanggung biaya kesempatan karena telah menggunakan hutan sebelumnya. Juga kita perlu berbagi tanggung jawab akan kepatuhan jangka panjang secara adil dan merata.”
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
- Contribution of dry forests to rural livelihoods and the national economy in Zambia
- The dry forests and woodlands of Africa: Managing for products and service
- How is REDD+ unfolding in southern Africa’s dry forests? A snapshot from Mozambique
- Managing dry forests and woodlands for products and services: A prognostic synthesis
- Socio-economic and environmental significance of dry land resources of Ethiopia and their development challenges
- Opportunities and challenges for sustainable production and marketing of gums and resins in Ethiopia