
KABAR HUTAN
Analisis / 27 Sep 2016
Mempelajari penyebab deforestasi di Kalimantan
Analisis citra satelit selama empat dekade – menjungkirbalikkan asumsi mengenai peran perkebunan tanaman industri terkait menurunnya luas hutan di Kalimantan
Natural production forest is dotted with mist in West Kutai district in East Kalimantan, Indonesia. CIFOR
Perdebatan mengenai hilangnya hutan di Kalimantan pada umumnya terfokus pada seberapa besar kesalahan perkebunan tanaman industri dalam hal ini. Kubu konservasi menyalahkan sawit dan kertas atas kerusakan hutan hujan tropis. Sementara kubu perkebunan berkilah, perluasan tanaman dilakukan di atas lahan terdeforestasi.
Sampai saat ini, kedua belah pihak sama-sama kurang memiliki bukti pembenaran atas klaim tersebut.
“Ceritanya rumit, karena penyebab deforestasi itu banyak. Sampai saat ini kita kurang memiliki informasi yang dapat membedakan mana yang disebut perkebunan baik dan mana yang perkebunan jahat,” kata Douglas Sheil dari Norwegian University of Life Science.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di dalam Scientific Reports, Sheil dan para ilmuwan menelisik lebih dari 400 citra satelit Landsat pulau Kalimantan antara tahun 1973 hingga tahun 2015 untuk menyusuri jejak deforestasi dan degradasi hutan seiring terjadinya perluasan perkebunan. Dampak kekeringan dan kebakaran terkait El Nino juga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan.
Menurut penelitian ini, pada tahun 1973, sebanyak 76 persen, atau 55,8 juta hektare lahan di Kalimantan adalah hutan hujan tua. Ilmuwan menyatakan bahwa 18,7 juta hektare hutan digunduli antara tahun 1973 hingga tahun 2015. Dan terjadi perluasan perkebunan hutan industri sebesar 9,1 juta hektare.