WARSAWA, Polandia (5 Desember 2013) – Membantu petani negara tropis menghadapi tantangan perubahan iklim merupakan keuntungan dari pendekatan bentang alam interdisipliner yang melingkupi kompleksitas konteks biofisik, sosial, dan politik di mana mereka tinggal dan bekerja, ujar seorang ilmuwan terkemuka.
“Petani kecil di seluruh dunia sudah menggunakan pendekatan bentang alam untuk mengelola sumber daya. Kabar baik bagi mereka, akhirnya kami pun mengadopsi pendekatan itu,” ujar Christine Padoch, direktur program kehutanan dan penghidupan pada Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR).
“Ini merupakan suatu kemajuan karena kehutanan, pertanian, kegiatan konservasi dan pembangunan komunitas belum menggunakan pendekatan ini. Dapat terlihat dari banyaknya masalah yang dihadapi petani dalam upaya meningkatkan perikehidupan mereka,” ujarnya pada Forum Bentang Alam Global bersamaan dengan seminar iklim PBB yang lalu di Warsawa, Polandia.
Sesi tersebut berfokus pada dampak perubahan iklim terhadap para petani kecil.
Sebagian besar pemerintah memidanakan pembudidayaan yang berpindah-pindah, sebuah pendekatan bentang alam yang digunakan secara luas di negara-negara tropis, kata Padoch.
Bentang alam yang diciptakan dan dikelola oleh peladang berpindah sangatlah dinamis – sebagai efeknya, hutan dan agrikultur berpindah tempat secara berputar dan siklis, ujar Padoch.
“Kita harus memahami sistem kompleks ini dan berusaha memperbaikinya ketimbang mengutuk dan menggantinya. Sebagai contoh, kita tidak begitu mengetahui berapa banyak karbon yang mereka serap,” katanya.
Menghubungkan hutan dengan nutrisi dan kesehatan juga dapat menjadi komponen penting pendekatan bentang alam – CIFOR sedang melakukan riset tentang bagaimana tutupan hutan berkaitan dengan keanekaragaman makanan di sekitar 20 negara di Afrika dengan fokus khusus pada makanan anak-anak.
“Agar dapat bekerja secara maksimal menggunakan pendekatan bentang alam, kita membutuhkan berbagai jenis ilmu yang menjembatani sektor-sektor yang berbeda,” kata Padoch.
Panel yang terdiri atas Elwyn Grainger Jones dari Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian; Delia Catacuan dari Pusat Agroforestri Dunia; Bernard Giraud dari Dana Perikehidupan; Peter Dewees seorang penasihat kehutanan dari Bank Dunia; dan Alain Billand dari CIRAD, menjajaki tantangan bekerja dengan petani kecil menggunakan pendekatan bentang alam dan menerapkan perubahan dalam menanggulangi perubahan iklim.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai topik yang dibahas dalam artikel ini, silakan menghubungi Christine Padoch di c.padoch@cigar.org.
Karya ini merupakan bagian dari Program Penelitian CGIAR mengenai Hutan, Pohon, dan Agroforestri.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org