Wawancara

Ilmuwan Bruno Locatelli menyuarakan pentingnya dana adaptasi iklim hutan

Akan menjadi sulit, jika tidak dibilang tidak mungkin, untuk menjalankan projek REDD+ secara berhasil tanpa menyertakan adaptasi
Bagikan
0
Hutan menyediakan beragam jasa ekosistem termasuk jasa sekuenstrasi karbon, banyak diantara jasa ini sangat terkait dengan adaptasi, namun karena fungsi hutan dan mitigasi lebih banyak mendapatkan perhatian maka fungsi hutan dan adaptasi seringkali terlupakan, ujar Bruno Locatelli, ilmuwan dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR). Neil Palmer/IMWI

Bacaan terkait

Wawancara asli telah dipublikasikan oleh Acclimatise

Bruno Locatelli, ilmuwan lingkungan CIRAD dan CIFOR, berbicara akan meningkatnya pemahaman tentang pentingnya adaptasi perubahan iklim bagi ekosistem hutan. Locatelli menjelaskan hubungan antara adaptasi iklim dan hutan sebagai hal yang tidak biasa sehingga upaya diperlukan baik adaptasi ekosistem hutan terhadap perubahan iklim sementara pada saat yang sama juga perlu pengakuan  bahwa hutan menyediakan manfaat resiliensi iklim pada masyarakat yang bergantung padanya. Di sini ia meminta lebih banyak dana untuk proyek adaptasi iklim, dan mengingatkan bahwa tanpa perencanaan hati-hati, proyek hutan yang ditujukan untuk memotong emisi karbon bisa berbalik membuat masyarakat kurang resilien terhadap dampak iklim.

Sudah ada kaitan mapan antara peran hutan dan mitigasi perubahan iklim, namun tetapi apa peran yang harus dimainkan hutan dalam adaptasi perubahan iklim?

Benar, hutan telah lama diakui perannya dalam mitigasi perubahan iklim global, melalui kemampuan mereka menangkap dan mensekuestrasi karbon dari atmosfer. Deforestasi telah diidentifikasi sebagai sumber utama gas rumah kaca di atmosfer dan usulan tindakan mitigasi memasukkan upaya menghindari deforestasi. Bagaimanapun, hutan menyediakan banyak jasa ekosistem lebih dari sekuestrasi karbon dan banyak di antara mereka relevan terhadap adaptasi, tetapi kaitan antara hutan dan adaptasi kurang menerima perhatian dibanding kaitan antara hutan dan mitigasi.

Salah satu alasannya mungkin karena adaptasi lebih kompleks untuk dipahami daripada mitigasi karena mencakup beragam dimensi dan lebih sulit untuk didefinisikan dan diukur daripada mitigasi (yang bisa dikuantifikasi dalam CO2 ekuivalen).

Kaitan antara hutan dan adaptasi berlipat ganda. Pertama, karena perubahan iklim akan mempengaruhi hutan, tindakan adaptasi diperlukan hutan untuk mengurangi dampak negatif dan menjaga fungsi ekosistem (“adaptasi untuk hutan”, lihat contoh di sini).

Kedua, ekosistem hutan berkontribusi terhadap adaptasi dengan menyediakan jasa ekosistem yang mengurangi kerentanan masyarakat lokal serta masyarakat lebih luas terhadap perubahan iklim (“hutan untuk adaptasi manusia”).

Saya bisa menunjuk lima kasus besar ketika hutan dan pohon dapat memainkan peran dalam adaptasi manusia:

  1. Ketika menghadapi ancaman iklim, masyarakat lokal dapat memanfaatkan produk hutan dan pohon sebagai jaring pengaman (dimakan atau dijual ketika, contohnya, produksi pertanian terpengaruh) atau untuk diversifikasi penghidupan mereka;
  2. Pohon dalam ladang pertanian (contohnya alam agroforestri atau sistem silvopastoril) berkontribusi pada air, tanah, dan regulasi iklim mikro, yang meningkatkan resiliensi tanaman dan produksi ternak terhadap variasi iklim;
  3. Hutan mengatur air dan melindungi tanah dari limpasan air, yang dapat mengurangi dampak variasi iklilm terhadap penduduk di bawah (contoh,  kekeringan, kebanjiran dan longsor);
  4. Hutan pantai seperti bakau melindungi aktivitas manusia di wilayah pantai dari ancaman perubahan iklim, contohnya badai dan gelombang yang tampaknya lebih merusak dengan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
  5. (Hutan kota dan pohon mengatur suhu dan air, yang membantu kota menghadapi variasi iklim seperti pada hujan lebat atau gelombang panas.

 

“Jasa adaptasi” ini disediakan hutan dan pohon mulai diakui oleh pengambil keputusan. Contohnya, sejumlah program aksi adaptasi nasional (NAPAs) mempertimbangkan hal itu.

Satu topik penting perlu dibahas sewaktu konferensi iklim Konvensi Kerangka Kerja PBB di Warsawa adalah pendanaan adaptasi. Apa peran mekanisme pembiayaan terkait hutan harus berperan dalam bidang ini?

Sejauh ini, pendanaan perubahan iklim, seperti juga negosiasi dan kebijakan perubahan iklim memisahkan adaptasi dan mitigasi. Tetapi perkembangan menarik terlihat, contohnya dengan Dana Iklim Hijau, yang mempertimbangkan baik adaptasi dan mitigasi secara seimbang: “Dana Iklim Hijau akan berjuang untuk memaksimalkan dampak pendanaan untuk adaptasi dan mitigasi, dan mencari keseimbangan di antara keduanya”.

Sebagai tambahan, Dana Iklim Hijau mengusulkan untuk bergerak dari memisahkan ke menyatukan adaptasi dan mitigasi: “Secara dini, Dana akan membuka jendela bagi adaptasi dan mitigasi. Pendekatan terintegrasi untuk mendanai mitigasi dan adaptasi akan digunakan untuk memungkinkan projek dan program lintas sektor.” Hutan dan pertanian adalah dua sektor di mana sinergi nyata antara adaptasi dan mitigasi dapat ditemukan tetapi juga dipertukarkan, yang seharusnya diidentifikasi dan dihindari. Dalam kondisi ketidakseimbangan pendanaan yang lebih menguntungkan mitigasi, terdapat peluang besar untuk mencoba menggunakan pendanaan mitigasi terkait-hutan (seperti REDD+) untuk mencapai baik mitigasi dan adaptasi. Tetapi hal ini akan membutuhkan lebih banyak pengetahuan mengenai mengapa dan bagaimana untuk menerapkan pendekatan terintegrasi ini.

Projek kehutanan seringkali didukung oleh pendanaan tematik-mitigasi perubahan iklim, seperti skema REDD+ dan Mekanisme Pembangunan Bersih. Pada saat yang sama, hutan memiliki manfaat penting tambahan adaptasi dalam membangun resiliensi iklim ekosistem dan masyarakat rentan. Apakah Anda berpikir bahwa pendapat yang mendalam mengenai penurunan-karbon dapat melemahkan tujuan lain seperti pembangunan internasional dan adaptasi perubahan iklim? Apa yang dikorbankan?

Jelas ada yang dikorbankan. Contohnya, melindungi hutan untuk mitigasi dapat memberi konsekuensi negatif bagi masyarakat lokal jika mereka kehilangan akses terhadap lahan dan hutan untuk penghidupan,  hal ini dapat melemahkan kapasitas mereka beradaptasi terhadap variasi iklim. Beberapa hutan tanaman bisa memberi dampak negatif terhadap keragaman hayati dan ketahanan ekosistem atau bisa mengurangi ketersediaan air bagi penduduk di bawah, yang bisa meningkatkan kerentanan mereka terhadap kekeringan. Tetapi, untungnya, terdapat juga contoh bagus sinergi: projek REDD+ dapat berkontribusi untuk meningkatkan ketahanan sosial dan lingkungan. Fokus hanya pada karbon memang berisiko dan sinergi serta pertukaran harus dianalisa dan diatasi dari cara pandang berbeda: penghidupan, tata kelola, dan jasa ekosistem.

Dalam terminologi jasa lingkungan, kami menunjukkan, dalam sebuah kajian di Kosta Rika, bahwa walaupun karbon, keragaman hayati dan jasa hidrologis secara positif saling terkait dalam ruang, titik keragaman hayati tinggi memiliki saling-manfaat tertinggi bagi jasa lainnya, sementara titik karbon tertinggi terendah. Temuan ini mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam kaitan terhadap ekspektasi bahwa inisiatif mitigasi berbasis hutan seperti REDD+ dapat secara otomatis memaksimalkan saling-manfaat bagi jasa terkait adaptasi seperti keragaman hayati dan jasa ekosistem lokal.

CIFOR melakukan sejumlah acara sampingan dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Warsama, salah satunya disebut “Mengkaitkan Adaptasi dan Mitigasi untuk Mengatasi Beragam Risiko”. Dapatkah Anda menjelaskan mengenai hal ini?

Acara sampingan ini akan mengambil tempat pada COP19 di Warwasa. CIFOR dan mitra akan menampilkan temuan baru riset dan contoh-contoh dari lapangan mengenai bagaimana sinergi dan pertukaran antara adaptasi dan mitigasi diatas dalam projek terkait lahan, kebijakan dan pendanaan. Topik ini juga akan ditampilkan selama Forum Bentang Alam Global mengenai Membentuk agenda iklim dan pembangunan untuk hutan dan pertanian: Visi setelah 2015” di Warsawa, 16-17 November 2013 yang lalu.

Kehutanan adalah salah satu wilayah dimana inter-relasi antara mitigasi perubahan iklim dan adaptasi perubahan iklim paling tampak. Dengan cara apa kita dapat menjamin bahwa pendekatan holistik diambil?

Kita dapat memikirkan aksi pada beragam tingkat untuk menjami bahwa pendekatan holistik diambil. Pada tingkat lokal, beberapa pengembang projek menyadari manfaat mengintegrasikan adaptasi dan mitigasi serta mendorong integrasi ini dalam disain proyek mereka. Contohnya mereka memandang bahwa projek REDD dapat lebih lestari dan memiliki legitimasi terhadap masyarakat lokal jika disertakan tindakan adaptasi. Bagaimanapun, kita perlu lebih banyak bukti mengenai manfaat dan kendala integrasi ini. Kita perlu juga mengkomunikasikan sinergi dan pertukaran serta memberi panduan untuk menghadapi hal tersebut.

Pada tingkat nasional dan internasional, pengaman REDD+, peraturan nasional untuk mengesahkan proyek dan standar sertifikasi proyek (seperti Climate, Community and Biodiversity Standards,) dapat memberi kerangka kerja bagi pendekatan holistik. Pendaan perubahan iklim internaisonal juga krusial: kajian terbaru yang dilakukan Acclimatise dan CIFOR (akan terbit) menunjukkan bahwa pengelola dana memiliki minat dalam mendorong integrasi adaptasi dan mitigasi hutan dan pertanian, walaupun aliran dana adaptasi dan mitigasi sejauh ini terpisah. Di antara para pengelola kami yang kami wawancarai, 91% berpikir bahwa integrasi adaptasi an mitigasi akan menjadi penting dan salah seorang di antaranya berkata “akan menjadi sulit, jika tidak dibilang tidak mungkin, untuk menjalankan projek REDD+ secara berhasil tanpa menyertakan adaptasi”.

CIFOR telah menyoroti bahwa sekitar tiga perempat deforestasi adalah untuk mendapat lebih banyak lahan pertanian. Bersama dengan tekanan gabungan menurunnya hasil pertanian akibat dampak iklim terhadap pertanian dan meningkatnya kebutuhan makanan bagi masyarakat yang membengkak, apa implikasi penggunaan lahan di sekitar ekosistem hutan?

Dalam konteks perubahan iklim, pendekatan bentang alam untuk pembangunan dan manajemen sumber daya alam menjadi krusial. Pertukaran antara konservasi dan pembangunan memicu banyak riset dan diskusi kebijakan, misalnya debat mengenai penghematan lahan (yaitu memaksimalkan produksi pertanian di sebagian wilayah dan menjaga ekosistem alam di tempat lain) menghadapi pembagian lahan (yaitu mengintegrasi konservasi dan produksi dalam bentang alam heterogen). Mendisain pendekatan mana yang cocok bergantung pada konteks sosial dan biofisik tetapi yang pasti kita perlu pendekatan lebih terintegrasi dalam manajemen bentang alam karena ada interaksi kuat antara elemen bentang alam: hutan berkontribusi terhadap produksi pertanian dan keamanan pangan, misalnya regulasi air atau jasa penyerbukan, dimana resiliensi pertanian diperlukan untuk menjamin konservasi hutan. Bentang alam cerdas-iklim dapat berkontribusi terhadap adaptasi, mitigasi dan keamanan pangan, tetapi tiga sukses ini tidak mudah ditemukan. Setidaknya pertukaran perlu dikenali dan dikurangi.

Untuk informasi lebih mengenai ragam acara  selama COP19 termasuk rincian kegiatan CIFOR silahkan klik di sini.

Bruno Locatelli adalah ilmuwan lingkungan CIRAD dan CIFOR. Ia memiliki minat mendalam mengenai hutan dan perubahan iklim melakukan penelitian kuantifikasi karbon dan instrumen kebijakan untuk hutan dan mitigasi. Setelah bekerja di Kosta Rika dengan CIRAD dan CATIE meneliti projek di bahwa skema pendanaan seperti Mekanisme Pembangunan Bersih dan Pembayaran Jasa Ekosistem, penelitiannya bergerak dari mitigasi ke adaptasi. Pada 2005, ia memimpin kelompok penelitian mengenai hutan dan adaptasi perubahan iklim di kantor pusat CIFOR di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2013. Kini Bruno Locatelli berkantor di Peru.

Tindakan mitigasi dan adaptasi telah menjadi agenda pembicaraan iklim PBB di Warsawa. Manfaat potensial menggabungkan strategi adaptasi dan mitigasi akan didiskusikan pula di Forum Bentang Alam Global, 16 dan 17 November yang lalu, bertepatan dengan KTT Iklim PBB.

Untuk informasi lebih mengenai topik diskusi dalam artikel ini silahkan hubungi b.locatelli@cgiar.org

Bruno Locatelli telah berbicara tentang topic ini yaitu “Mengaitkan Adaptasi dan Mitigasi untuk Mengatasi Beragam Risiko – Temuan Riset dan Contoh Lapangan Baru”, pada acara diskusi pada pembicaraan iklim PBB di Warsawa, 14 November 2013 yang lalu.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org