BOGOR, Indonesia (24 Oktober 2013) — Forum Bentang lahan Global digelar bertepatan dengan pembicaraan perubahan iklim internasional di Warsawa akan fokus pada pengambilan pendekatan holistik manajemen penggunaan lahan.
Dalam wawancara berikut ini, Terry Sunderland, ilmuwan utama Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) mendefinisikan “pendekatan bentang lahan” – mengapa ini dibutuhkan, dan mengapa ilmuwan, organisasi non-pemerintah dan pengambil keputusan perlu mulai menerapkannya.
T: Apa pendekatan bentang lahan itu?
J: Pendekatan bentang lahan intinya adalah mengelola bentang lahan yang kompleks secara terpadu, holistik, menggabungkan semua bentuk penggunaan lahan berbeda dalam proses manajemen tunggal.
T: Mengapa kita memerlukannya?
J: Alasan kita memerlukan pendekatan bentang lahan adalah karena sejarah pemisahan fungsi-fungsi di dalam suatu bentang lahan. Apakah itu berupa konsesi konservasi – Taman Nasional, konsesi masyarakat, masyarakat kehutanan sesungguhnya, atau penebangan – dan bahkan ketika mereka benar-benar terkait secara sosial dan biofisik, mereka dikelola secara terisolasi. Dan apa yang benar-benar kita perlukan yaitu pendekatan yang lebih holistik guna memahami interkoneksi di antara semua pengguna lahan berbeda ini, selain juga untuk menangkap kompleksitas penggunaan lahan, serta menyakinkan integrasi manajemen dan lebih disederhanakan dari sebelumnya.
T: Mengapa hal ini tidak dilakukan sebelumnya?
J: Walaupun dilihat dari berbagai sudut ini merupakan proses sangat sederhana – di lapangan pendekatan ini menjadi rumit untuk dilakukan. Untuk mendudukkan para pemangku kepentingan di dalam suatu ruangan – yang memiliki pandangan berbeda mengenai apa yang harus terjadi dalam bentang lahan – untuk menyepakati visi bersama, untuk berbagai pandangan mengenai apa yang harus dilakukan pada bentang lahan, ternyata menjadi tantangan… Dan begitu pula dengan konsensus yang diharapkan – dan inilah makna sebenarnya pendekatan bentang lahan, mencapai konsensus dalam bentang lahan, mencapai konsensus di semua pemangku kepentingan.
T: Bisakah kita mencapai solusi menang-menang?
J: Faktanya, solusi menang-menang dalam sebagian besar bentang lahan tropis terbukti sulit– dan prinsip sebenarnya –mengintegrasikan manajemen bentang lahan dan pendekatan bentang lahan diakui justru karena timbal balik serta negosiasi timbal balik yang membuat semua pemangku kepentingan sepakat selalu ada yang menang dan yang kalah – tetapi Anda bisa menang banyak dan rugi sedikit. Hal ini adalah fundamental di balik pendekatan bentang lahan.
T: Mengapa adaptibilitas penting ketika mengelola bentang lahan?
J: Semua hal berubah setiap hari, berubah setiap minggu, berubah setiap bulan, tetapi kita perlu beradaptasi dengan perubahan ini – Seringkali projek terkendala oleh dokumen projek mereka, ini yang ingin kita lakukan dalam bentang lahan, dan itu seringkali diikuti tanpa dipahami, tetapi kita tidak bisa mengelola bentang lahan kompleks seperti itu. Kita perlu secara adaptif dan fleksibel akan perubahan sepanjang proses manajemen itu.
T: Apa peran ilmuwan dalam pendekatan bentang lahan?
J: Peran ilmuwan? Kami memberi informasi. Dan kami datang dengan rangkaian lengkap prinsip serta panduan, yang memungkinkan pendekatan bentang lahan diterapkan. Ini memang hanya kerangka. Kami tidak bisa membawanya maju. Kami menyediakan riset yang memungkinkan kerangka kerja diletakkan pada tempatnya, tetapi sekarang tergantung institusi dan lembaga lain menggunakan panduan dan prinsip tersebut, untuk menerapkan pendekatan bentang lahan bagi mereka sendiri.
T: Apa yang saat ini bisa mulai dilakukan LSM dan badan pemerintah untuk bergerak menuju pendekatan bentang lahan?
J: Tempat-tempat dimana sesuatu berjalan di lapangan, sesuatu yang lebih efektif, hasil lebih baik tercapai, adalah tempat di mana orang berbicara satu sama lain. Organisasi konservasi tidak bisa bekerja di wilayah terlindung sendirian tanpa kesadaran apa yang terjadi di sekeliling mereka. Begitu pula dengan konsesi penebangan, sektor swasta – setiap orang perlu berbicara satu sama lain karena semuanya berinteraksi dalam skala bentang lahan. Dan pesan yang perlu dibawa seharusnya adalah – hanya melalui kemitraan pendekatan bentang lahan bekerja.
Untuk informasi lebih mengenai topik diskusi dalam artikel ini, silahkan hubungi Terry Sunderland di t.sunderland@cgiar.org
Riset ini merupakan bagian dari Program Riset CGIAR mengenai Hutan, Pohon dan Agroforestri dan didukung oleh USAID.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Bacaan lebih lanjut
Could the sustainable development goals include landscapes?
What is a landscapes approach?
Board game puts new spin on competitive land-use dynamics
Drawing role-playing and 3D maps improve land-use planning
Landscape-scale Approaches for Integrated Natural Resource Management in Tropical Forest Landscapes
CIFOR’s Multidisciplinary Landscape Assessment
UN recognises new guidelines to better manage competing demands for land
Landscape approaches can end the debate that pits agriculture against forests, say experts