Video

Potensi film, poster memunculkan dialog berkelanjutan akan masa depan hutan lokal

Poster, kartu dan film membuat masyarakat, pejabat pemerintah, investor atau pihak berkepentingan melihat nilai-nilai bentang alam.
Bagikan
0

Bacaan terkait


BOGOR, Indonesia (8 Mei, 2013) – Sebuah studi yang bertujuan melindungi kepentingan penghuni hutan dengan mengukur nilai keanekaragaman hayati dan peningkatkan komunikasi dengan para pembuat kebijakan memiliki dampak mendalam karena merupakan suatu bentuk kampanye kesadaran publik yang inovatif, terang para ilmuwan.

Tinjauan Lanskap Multidisipliner (MLA) yang diterbitkan  tahun 2000 oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) di Malinau,suatu wilayah di provinsi Kalimantan Timur dan sejak saat itu digunakan di daerah lainnya baik di Indonesia maupun di Bolivia, Filipina, Vietnam dan di beberapa negara di Afrika.

“Kami ingin membantu para pemangku kepentingan memahami lebih lanjut tentang bagaimana interaksi masyarakat lokal dengan bentang alam mereka serta pentingnya nilai-nilai dan hasil hutan tertentu—tentang apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat lokal jika hutan, hasil serta nilai-nilai hutan hilang serta bagaimana masyarakat akan beradaptasi,” kata Imam Basuki, ilmuwan CIFOR.

“Perangkat yang kami kembangkan untuk penelitian terdiri dari metode peninjauan lanskap yang berbeda-beda baik secara fisik, sosial serta budaya.”

Sekelompok ilmuwan, yang terdiri dari Douglas Sheil, Michael Padmanaba dan Miriam van Heist, mengumpulkan berbagai informasi tentang kebutuhan, preferensi, budaya dan aspirasi masyarakat setempat. Mereka juga melakukan survei terhadap tanah dan vegetasi di 200 titik sampel, mencatat area makam, pemukiman manusia, lahan pertanian dan area budaya lainnya.

Setelah itu, mereka membuat poster warna-warni dan kartu bermain, yang menampilkan informasi visual dari peninjauan—termasuk fakta tentang keanekaragaman hayati dan pemanfaatan lahan—untuk membantu penyebaran pengetahuan dan menginspirasi dialog.

Alat bantu visual tersebut telah membantu para pembuat kebijakan dan masyarakat yang bermukim di sekitar hutan untuk lebih memahami bahaya dari kegiatan seperti industri penebangan kayu atau perkebunan kelapa sawit, yang mengancam beberapa aspek penghidupan.

Sebuah video dokumenter berdurasi setengah jam, yang diproduksi oleh Jungle Run Productions, menunjukan kerusakan yang kerap terjadi akibat dari pengelolaan konsesi kayu yang buruk di masyarakat tradisional dan bagaimana kerja MLA telah berdampak positif bagi masyarakat setempat agar memiliki suara yang kuat tentang bagaimana hutan dan lahan hutan digunakan .

Para ilmuwan berharap bahwa pesan dalam film, berjudul “Our Forests, Our Prosperity: Exploring Local Views on the Future of Tropical Rain Forests” juga dapat membantu pembuat kebijakan untuk merencanakan secara hati-hati sebelum menyetujui kegiatan atau kepentingan bisnis yang dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat hutan.

“Poster, kartu dan film merangkum temuan kami secara visual, sehingga masyarakat setempat, pejabat pemerintah, investor keuangan atau pihak lain yang berkepentingan dapat melihat nilai-nilai yang ada disekitar lanskap,” kata Basuki.

“Biasanya, pengetahuan tentang nilai-nilai hutan serta fitur yang berbeda dari bentang alam mereka hanya dimiliki oleh orang tua atau laki-laki dan perempuan yang berpengetahuan dalam masyarakat hutan, sehingga alat bantu visual membantu menyebarkan informasi, serta menjelaskan apa pilihan pembangunan yang layak.”

Poster menunjukkan bagaimana tanah yang tidak subur, memiliki lereng yang sangat curam serta mengelompokan kondisi-kondisi perkebunan kelapa sawit yang tidak cocok untuk suatu daerah, tambahnya.

Hampir semua orang yang disurvei untuk penelitian ini mengungkapkan bahwa hutan yang masih asli merupakan tutupan lahan yang paling penting.

Pengelolaan ekstraksi kayu yang buruk diakui sebagai alasan utama banyaknya tanaman yang berguna serta hewan menghilang.

Penebangan kayu berskala besar yang dilakukan pada saat yang bersamaan juga menyebabkan kekurangan bahan bangunan secara lokal—suatu praktek dimana perusahaan kayu memangkas semak-semak untuk membersihkan “gulma” telah menyebabkan hilangnya banyak tanaman yang berharga, temuan penelitian.

Daerah ini juga menyediakan habitat yang disukai oleh sagu, yang merupakan sumber kanji yang penting ketika gagal panen dan krisis pangan terjadi, terutama untuk suku Punan.

Pada tahun 2003, hibah dari Bank Dunia mendorong para peneliti untuk membuat sebuah situs tentang kerja mereka, sayangnya situs tersebut tidak dapat diakses maupun dipahami oleh orang yang tinggal di desa-desa terpencil.

“Berbicara langsung dengan masyarakat dapat membuka wawasan, tapi tidaklah selalu mudah, dan jarang pembuat kebijakan yang mampu berkomitmen untuk berkonsultasi dengan masyarakat yang tidak dapat diakses,” kata Basuki.

“Meskipun proyeknya dilakukan beberapa tahun yang lalu, keberlangsungannya telah terbukti karena telah diterapkan di wilayah lainnya—yang mana penting karena tidak saja mengarah pada perbaikan bagi mata pencaharian dan pengelolaan hutan, tetapi pendekatan ini juga memiliki relevansi luas untuk UN-REDD (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) serta inisiatif hutan lainnya dan dapat digunakan untuk skala yang lebih besar. ”

Karya ini didukung oleh International Tropical Timber Organization,  World Bank dan European Commission.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Topik :   Restorasi Bentang alam

Lebih lanjut Restorasi or Bentang alam

Lihat semua