BOGOR, Indonesia (30 April 2013) – Dana pensiun milik pemerintah Norwegia—salah satu yang terbesar di dunia—telah menarik investasi sebesar 314 juta dolar AS dari sejumlah perusahaan yang dinilai memproduksi minyak sawit secara “tidak berkelanjutan”—sebuah langkah advokasi lingkungan yang akan disambut baik karena mengkaitkan industri dan deforestasi.
Minyak sawit ditemukan mencapai 50 persen dari seluruh produk kemasan di supermarket, sementara minat menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku biofuel terus meningkat.
Walaupun minyak sawit, dalam kondisi optimal, mampu menghasilkan kandungan lima kali lipat dibanding minyak tanaman perkebunan lain serta dipandang oleh banyak orang sebagai pendorong pembangunan ekonomi di wilayah pedesaan, riset menunjukkan bahwa produksinya telah mendorong deforestasi di Asia Tenggara, menghasilkan kehilangan puluhan ribu hektar hutan tropis.
Dalam bulan Maret, Laporan Tahunan 2012 Norwegian Government Pension Fund Global mengumumkan pelepasan saham di 23 perusahaan minyak sawit terbesar dunia, mengurangi investasinya di industri minyak sawit Indonesia dan Malaysia hingga lebih dari 40 persen.
“Beberapa produser minyak sawit dikeluarkan dari portofolio karena model bisnis jangka panjang mereka dianggap tidak berkelanjutan,” tulis laporan itu.
Keputusan ini datang pada tahun yang sama ketika institusi pembiayaan ini menjadi anggota Carbon Disclosure Project, sebuah organisasi nirlaba internasional yang “bekerja dengan kekuatan pasar untuk mendorong perusahaan mengungkap dampaknya terhadap lingkungan.” Organisasi, yang didukung oleh lebih dari 722 lembaga investasi yang menguasai asset lebih dari 87 triliun dolar AS ini, memberi para investor informasi, termasuk emisi gas rumah kaca perusahaan-perusahaan serta strategi mengelola perubahan iklim, deforestasi dan air.
Sementara Norwegia telah menjanjikan miliaran dolar untuk memerangi deforestasi melalui mekanisme PBB yang dikenal dengan REDD+ (Reducing Emission from Deforestastion and Forest Degradation), dana pensiun pemerintah sempat disorot karena berinvestasi di industri minyak sawit.
Keputusan dana pensiun ini tampaknya didorong, oleh beberapa faktor antara lain perubahan kebijakan pembelian dan kampanye advokasi, untuk lebih menekan produser minyak sawit agar lebih mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan hidup secara hati-hati.
Keputusan divestasi dibuat oleh Norges Bank Investment Management (NBIM), manajer pembiayaan, berdasarkan investigasi Komite Etik independen terhadap perusahaan minyak sawit. Keputusan sebelumnya juga menghasilkan divestasi dari perusahaan tembakau, kayu dan penambangan emas.
Kebangkitan investasi berkelanjutan dan etis
Peran para investor dalam mendorong praktik lingkungan terbaik semakin mendapat perhatian dalam dekade terakhir, khususnya berkaitan dengan standar keberlanjutan yang dikembangkan oleh International Finance Corporation (IFC) dan World Bank.
Kerangka Keberlanjutan IFC—yang berisi arahan kebijakan terhadap keberlanjutan lingkungan hidup dan sosial, standar performa dan akses informasi—adalah salah satu standar investasi lingkungan dan sosial pertama yang muncul. Standar ini telah diakui secara global sebagai patokan manajemen risiko lingkungan dan sosial di sektor swasta
World Bank juga telah mengembangkan panduan Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan yang harus dipatuhi proyek-proyeknya. Namun, penilaian independen oleh IFC yang mengkritisi World Bank atas rendahnya kepatuhan terhadap standar-standar ini, menggambarkan betapa sulitnya standar-standar ini dipantau.
Mekanisme perlindungan yang sama adalah Prinsip Equator, yang digunakan untuk menentukan dan mengelola risiko sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan pinjaman dan investasi dalam pembiayaan projek pembangunan skala besar. Sejumlah inisiatif lain dari multi-stakeholder didesain untuk mendukung dan mengarahkan praktik investasi berkelanjutan juga telah dibentuk, termasuk UN backed Principles for Responsible Investment (UNPRI), the Natural Capital Declaration, the OECD-DAC and Basel III.
Beberapa bank internasional dan komersial juga telah menandatangani inisiatif ini, dan kini mereka bekerja untuk meyakinkan bahwa proyek yang mereka bantu biayai sesuai dengan standar lingkungan dan sosial yang lebih ketat.
Apa artinya bagi industri minyak sawit?
Produser minyak sawit sering mencari pendanaan dari bank komersial nasional untuk mengembangkan atau mencetak kebun baru. Namun, setelah beberapa bank internasional besar semakin sadar lingkungan dan sosial, pertimbangan keberlanjutan makin memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan.
Sepuluh bank dan lembaga investasi kini telah menjadi anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), lembaga sertifikasi dominan untuk minyak sawit. Walaupun pengaruh total 10 pendana ini terbatas dalam lingkup sektor minyak sawit karena pendanaan bisa dicari dari sumber lain, perusahaan minyak sawit yang memilih mencari pendanaan dari bank anggota RSPO kini harus menjadi anggota RSPO dan berkomitmen pada sertifikasi perkebunan.
Akankah investor lain mengikuti?
Keputusan lembaga pensiun milik pemerintah Norwegia ini tentu saja akan berkontribusi meningkatkan tekanan terhadap produsen minyak sawit, tetapi tanpa dukungan luas terhadap isu berkelanjutan dari tiga besar konsumen minyak sawit dunia, India, Indonesia, dan Cina, serta bank dan investor yang beroperasi di negara ini, standar yang ada hanya memberi dampak terbatas.
Bukti menunjukkan bahwa permintaan minyak sawit akan terus mendorong investasi baru dan tambahan penggunaan lahan di Indonesia dan Malaysia, seperti juga di area pertumbuhan baru seperti timur laut Brasil, Kolumbia dan Kamerun.
Pemangku kepentingan dalam sektor minyak sawit kini akan menunggu dan melihat apakah investor lain mengikuti—apakah inisiatif investor seperti itu juga akan mulai mendorong akuntabilitas penjual dan pengolah atas sumber minyak sawit mereka, dan dampak seperti apa yang dihasilkan inisiatif ini terhadap praktik lingkungan hidup dan sosial industri minyak sawit.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org