Berita

Mengukur yang Penting: Sistem Metrik Agripangan untuk Bumi

Meta-frameworks terbaru mencoba membantu ‘meratakan lapangan’ bagi pendekatan holistik
Bagikan
0
Potret masyarakat di Malawi, Afrika, yang turut berpartisipasi dalam program ketahanan pangan agroforestri. Foto oleh Charlie Pye-Smith/CIFOR-ICRAF

Bacaan terkait

Sistem pangan merupakan inti eksistensi manusia – sekaligus penyebab utama perubahan lingkungan. Oleh karena itu, bukan sebuah kejutan bahwa masyarakat seluruh dunia berupaya mengukur, memonitor, dan menilai berbagai komponen sistem agripangan untuk melihat bagaimana mereka bekerja dan apa yang bisa ditingkatkan.

Akan tetapi sistem agripangan juga sangat kompleks dan sulit diukur – dan sampai saat ini, metrik umumnya terbatas pada aspek ekonomi. “Masyarakat Babilonia menyimpan data harga komoditas pertanian sejak 500 tahun SM, dan metrik seperti itu masih menjadi bagian terbesar basis data seperti pada FAOStat,” tulis ko-penulis kertas kerja terbaru, Developing holistic assessments of food and agricultural systems: A meta-framework for metrics users, yang disokong sejumlah lembaga, dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) dan Statistics for Sustainable Development (Stats4SD).

Upaya ini menjadi bagian dari Program Transisi Agroekologi dalam Membangun Pertanian dan Sistem Pangan Resilien dan Inklusif (TRANSITIONS), yang bertujuan mendorong transisi agroekologi terinformasi-iklim oleh petani pada skala yang signifikan di negara berpendapatan rendah dan tinggi (LMIC). Salah satu dari tiga kunci TRANSITIONS adalah domain Metrik, dengan temuan awal dilaporkan dalam kertas kerja. Tujuan besarnya adalah mendukung masyarakat mengembangkan kerangka dan metrik asesmen pengukuran holistik performa dan sistem pangan yang menempatkan agroekologi pada lapangan permainan setara dengan pendekatan pembangunan pertanian lain.

Fokus ini penting, sebagaimana ungkapan, kita mengukur hal penting. “Sifat sistem yang diukur seiring waktu akan meningkat melalui keputusan manajemen, sementara sifat yang tidak diukur akan berubah secara positif atau negatif bergantung pada penyebab dan korelasi dengan sifat terukur,” seperti tertulis di publikasi. “Oleh karena itu, peneliti dan aktivis berargumen bahwa kita perlu mengukur lebih dari aspek produksi dan ekonomi atau dimensi sistem agripangan semata.”

Hal ini menjadi sangat penting saat menginventarisir manfaat relatif dari pendekatan holistik seperti agroekologi, dibanding intensifikasi pertanian konvensional. “Sistem agroekologi dikembangkan dengan tujuan memberi manfaat lingkungan dan sosial, bukan hanya manfaat ekonomi, dan menjadi berkelanjutan secara jangka panjang,” kata para penulis. “Menilai semata hanya pada produksi atau ekonomi jangka pendek menghilangkan nilai keutuhan pendekatan. Serupa dengan menilai sistem intensifikasi konvensional tanpa melibatkan efek sosial dan lingkungan dalam jangka lebih panjang mengarah pada degradasi aspek-aspek tersebut.”

Kebutuhan penilaian lebih holistik semakin nyata, sudah terbentuk semacam “proliferasi” kerangka yang ada, dengan sifat beragam dan dirancang untuk menjangkau spektrum luas beragam tujuan. Meskipun pengembangan ini patut diapresiasi, namun akan menjadi sulit bagi calon pengukur memilih sistem yang akan digunakan. “Tujuan mengembangkan kerangka penilaian holistik serta proliferasi perangkat dan metrik yang ada sering kali membuat calon pengukur merasa harus mengukur semua hal, semua lokasi secara sekaligus, namun menghadapi keterbatasan waktu dan sumber daya,” kata ko-penulis.

Oleh karena itu, ‘meta-frameworks’ diangkat dalam membantu mencari data mengenai sistem agripangan untuk secara efektif merancang asesmen yang sesuai dengan kebutuhan. Kerangka ini menerapkan empat konsep pengorganisasian:

  1. Destinasi: Tujuan menyediakan asesmen holistik sistem agripangan,
  2. Kompas: Prinsip merancang asesmen,
  3. Bentang alam: Fitur dan elemen sistem asesmen,
  4. Jalur: Langkah-langkah mengembangkan asesmen.

Akhirnya, pendekatan ini akan medukung pengguna metrik menemukan jalan menembus kompleksitas pendekatan yang ada dan memilih sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan, serta pada saat yang sama, meratakan lapangan permainan bagi sistem agripangan berkelanjutan.

Penulis publikasi ini terdiri dari Christine Lamanna, Richard Coe, Mary Crossland, Lisa E. Fuchs, Carlos Barahona, Brian Chiputwa, Levi Orero, Beatrice Adoyo, dan Matthias Geck.

Unggah publikasi pdfnya di sini.

Ucapan terima kasih

Program TRANSITIONS diterapkan oleh The Alliance of Bioversity and CIAT, CIFOR-ICRAF, IRRI, IWMI, The Transformative Partnership Platform on Agroecology, dan Universitas Vermont. Program ini didanai oleh Uni Eropa dan dikelola oleh IFAD

(Visited 1 times, 1 visits today)
Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org