Analisis

Meninjau kembali hubungan antara hutan dan banjir

Penurunan 10% tutupan hutan alam dapat meningkatkan frekuensi banjir sebanyak 4 hingga 28%.
Bagikan
0

Bacaan terkait

Pada tahun 2005, FAO dan CIFOR menerbitkan sebuah laporan dengan judul Forests and floods: Drowning in fiction or thriving on facts? Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa bukti-bukti ilmiah tidak mendukung apa yang selama ini dipercaya masyarakat banyak tentang adanya hubungan antara deforestasi dan banjir yang terjadi dalam skala luas. Masih jauh dari kesimpulan, laporan tersebut kembali mengulas kontroversi yang selama ini bergejolak.

Sebuah kajian yang baru-baru ini dimuat dalam Global Change Biology, dan ditambah dengan tulisan dalam Nature, menunjukkan bukti adanya hubungan antara resiko banjir dengan hilangnya tutupan hutan alam. Corey Bradshaw dan rekan-rekannya mengumpulkan data dari 56 negara berkembang menyangkut tutupan lahan dan peristiwa banjir yang terjadi sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2000. Model yang mereka buat – sebuah model yang dapat mengontrol berbagai faktor penyebab banjir – telah berhasil menjelaskan bahwa 65% dari variasi model yang dibangun dapat menjawab penyebab terjadinya banjir di negara-negara berkembang, sedangkan 14% dari variasi model dijelaskan dari variable yang berhubungan dengan hutan. Dari hasil analisa tersebut, mereka menduga bahwa penurunan tutupan hutan alam sebanyak 10% dapat meningkatkan frekuensi banjir sebanyak 4 hingga 28% dan hilangnya perekonomian negara serta timbulnya bencana bagi manusia.

Apakah ada yang salah dengan laporan FAO dan CIFOR?

Laporan asli yang dibuat oleh FAO & CIFOR menyebutkan bahwa “berlawanan dengan anggapan umum, hutan hanya sedikit berpengaruh terhadap banjir yang terjadi di hulu, terutama peristiwa banjir berskala luas”. Sebuah pesan kebijakan penting dari laporan tersebut adalah seyogyanya pemerintah tidak menggunakan upaya pencegahan bencana banjir untuk membuat pembenaran dalam hal pembatasan kegiatan yang dilakukan oleh petani dataran tinggi yang hidupnya bergantung pada hutan. Sebaliknya, Bradshaw dan penulis kedua di dalam analisa mereka tidak memperhitungkan peristiwa banjir ekstrem yang disebabkan oleh badai hebat seperti topan dan angin puyuh. Oleh sebab itu, ada kemungkinan terjadi perbedaan diantara kedua kajian tersebut yang lebih disebabkan oleh perbedaan faktor penekanan: ada keterkaitan/hubungan antara hutan dan banjir, namun lebih kecil dari apa yang dibayangkan oleh masyarakat dan hanya sedikit sekali disebabkan oleh peristiwa banjir yang ekstrim.

Tampaknya perdebatan belum berakhir: Bruijnzeel dan rekan-rekannya mempertanyakan kajian yang dilakukan Bradshaw dengan menyatakan bahwa model yang dibuat oleh Bradshaw salah karena tidak mempertimbangkan ukuran populasi atau kepadatan. Menurut interpretasi alternatif mereka (sudah ditayangkan pada situs website World Agroforestry Centre, namun belum muncul dalam peer-reviewed jurnal), bahwa semua yang terjadi pada tata guna lahan akibat hilangnya tutupan hutan dapat menyebabkan perubahan datangnya banjir. Sementara itu, keberadaan manusia di wilayah banjir akan memudahkan dan mempercepat dilaporkannya peristiwa banjir.

Para pengambil kebijakan ingin mengetahui: apakah deforestasi menyebabkan banjir? Jawaban singkat “ya” atau “tidak” kedua-duanya dapat disalahartikan. Melimpahkan kesalahan pada petani dataran tinggi akibat bencana hebat banjir di daerah hilir bisa menimbulkan penderitaan yang sebetulnya tidak perlu terjadi dengan dibuatnya kebijakan yang represif dan kurang tepat. Di saat yang sama, kegagalan dalam menjaga dan melindungi tutupan hutan berkaitan erat dengan besarnya biaya bagi kesejahteraan manusia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kecenderungan terjadinya insiden banjir dan kerusakan. Dapatkah kita membawa pesan yang masih belum begitu jelas ini diantara kebijakan dan keilmuan yang saling berseberangan, meskipun debat ilmiah masih terus berlangsung?

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org

Bacaan lebih lanjut

FAO dan laporan CIFOR , Forests and Floods dapat di down load dari http://www.cifor.cgiar.org/Publications/Detail?pid=1738

Studi oleh Bradshaw et al in Global Change Biology dapat diakses di http://www.blackwell-synergy.com/doi/abs/10.1111/j.1365-2486.2007.01446.x?

Untuk membaca essay oleh William F. Laurence in Nature silahkan mengakses http://www.nature.com/nature/journal/v449/n7161/full/449409a.html

Artikel Bruijnzeel et al dapat di down load dari www.worldagroforestry.org/water/downloads/bca_bruijnzeel.pdf