Hasil Pertemuan Para Pihak yang ke 12 dalam Konvensi Perubahan Iklim yang berada dalam kerangka kerja PBB (The 12th session of the Conference of the Parties), dan Pertemuan Para Pihak ke 2 untuk Kyoto Protocol, telah diselesaikan dalam bulan Nopember dengan isu-isu kehutanan yang menonjol. Hasil penting dari beberapa pertemuan di Nairobi adalah meningkatnya adaptasi perubahan iklim bagi kawasan yang berhak pada agenda iklim global – sebuah tantangan bahwa hutan akan memegang peranan penting dalam menyelesaikan masalah ini. Namun apa yang mungkin akan membuat hutan tetap menjadi isu penting dalam agenda itu adalah perdebatan mengenai deforestasi yang dapat dihindarkan (avoided deforestation), sebagai suatu strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sebuah alasan yang dapat dikemukakan adalah analisa ekonomi perubahan iklim yang disajikan dalam majalah Stern Review pada bulan Oktober, yang dipublikasikan oleh pemerintah Inggris. Kajian tersebut menekankan pencegahan deforestasi lebih lanjut sebagai salah satu dari empat komponen penting dari kerangka kerja masa depan iklim global. Kerangka kerja tersebut mencatat bahwa hampir seperlima jumlah total emisi gas rumah kaca disebabkan karena deforestasi. Ini berarti bahwa jumlah tersebut bahkan lebih besar dibandingkan dengan sektor transportasi global yang selama ini dianggap sebagai produsen emisi gas rumah kaca terbesar.
Hasil kajian tersebut lebih lanjut menyimpulkan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca dengan menurunkan laju deforestasi relatif lebih murah. Menurut sebuah studi yang disponsori oleh majalah ini, dari delapan negara yang bertanggung jawab terhadap 70 persen emisi yang terjadi akibat perubahan tataguma lahan, pendapatan yang hilang dari alternatif penggunaan lahan adalah antara USD 5 – 10 milyard setiap tahunnya, apabila semua kegiatan deforestasi dapat dihentikan. Apabila ini dihitung semurah-murahnya USD 1,00 sampai USD 2,00 rata-rata per ton untuk mencegah emisi CO2, maka bandingkanlah dengan biaya pengurangan emisi bahan bakar minyak bumi yang berasal dari fosil yang harganya 30 kali lipat lebih besar.
Alasan lain yang menjadi argumen bahwa penurunan laju deforestasi merupakan strategi yang atraktif untuk mengurangi emisi adalah karena tidak diperlukannya teknologi baru. Namun harus diakui bahwa terlebih dahulu diperlukan penyelesaian terhadap masalah-masalah mendasar yang berkaitan dengan kelembagaan dan kebijakan untuk memperoleh manfaat iklim yang lebih baik bila deforestasi dapat dihindarkan. Masalah-masalah tersebut termasuk penjelasan mengenai hak-hak kepemilikan lahan hutan, penegakan hukum, dan penanganan sistim kepentingan pribadi yang sudah berurat berakar. . Keberhasilan lebih lanjut memerlukan pengembangan sistim insentif yang menonjolkan kepentingan masyarakat lokal, dan meminimalkan biaya-biaya transaksi.
Sementara isu-isu kehutanan muncul dalam berbagai diskusi mengenai iklim yang cukup alot, kita semua yang berada dalam komunitas kebijakan kehutanan mengetahui bahwa teknologi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah kelembagaan, dan kebijakan begitu kompleks, penuh perdebatan, dan sudah tentu memerlukan biaya.
Tanggung jawab sekarang berada pada kita semua untuk menyediakan informasi terbaik dan melakukan analisa mengenai bagaimana menangani akar masalah deforestasi yang sebenarnya – juga bagaimana menggunakan sumberdaya hutan untuk menghasilkan energi yang terbaharukan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim – melalui cara-cara yang efisien, efektif dan berkeadilan.
Artikel-artikel The Stern Review dapat diperoleh dengan melakukan download dari:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org