
KABAR HUTAN
Karangan Khas / 28 Jun 2019
Nanas dan Lahan Gambut
Restorasi, penanaman kembali dan pulihnya harapan
Masyarakat merestorasi bentang alam dengan memproduksi beragam tanaman kopi liberika, karet, kelapa, ikan, serta nanas. Aris Sanjaya/CIFOR
Menanam 10.000 nanas bukan suatu pekerjaan yang menyenangkan bagi setiap orang.
Namun, bagi Meri Andayani dan teman-temannya, peluang untuk menanam, memetik dan menjual hasil panen sendiri adalah mimpi yang menjadi nyata. Mimpi mensejahterakan keluarga dan masyarakat, seiring upaya mereka merestorasi dan menghidupkan kembali sebidang lahan gambut yang menjadi rumah, penghidupan dan budaya mereka.
Selain itu, lahan gambut juga sangat penting dalam pertarungan global menghadapi perubahan iklim.
“Kami menanam 1.000 nanas dalam lima hari. Kami menanami bersama teman, dan kami gembira,” kata Andayani. Wajahnya diteduhi topi jerami lebar, serupa yang dipakai perempuan lain dalam kelompok petani lokalnya. “Di masa depan, kami dapat terus menanam nanas…kami akan tetap melakukannya.”
Rekannya, Norwati menambahkan, “harapan kami, tanaman nanas ini berhasil dan panen berlimpah…Saya pikir, nanti bisa mendapat banyak keuntungan.”
Pekerjaan para perempuan ini, pada satu dari tujuh “arena aksi” besar, merupakan bagian dari proyek yang dipimpin oleh Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), berjudul Pencegahan Kebakaran dan Restorasi Lahan Gambut Berbasis Masyarakat. Melakukan persis seperti panduan, upaya ini diimplementasikan di sekitar desa Dompas di Provinsi Riau di pesisir timur Sumatra.
Proyek yang sudah dicanangkan sejak kebakaran besar hutan Indonesia 2015, Kebakaran yang merusak hutan hujan tropis luas, dan dipercaya menyebabkan 100.000 kematian dini. Memicu arena aksi – luas tiap arena mencakup tiga hingga empat hektare – untuk masyarakat merestorasi bentang alam dengan memproduksi beragam tanaman, kopi liberika, karet, kelapa, ikan, serta nanas.
Kami ini para ibu berpenghasilan rendah, inginnya penghasilan kami bisa meningkat
Penanaman kembali, termasuk tanaman langka gaharu, berlangsung lancar.
Meski budi daya tanaman dan penghidupan penting, inti dari keseluruhan proyek ini adalah meningkatkan kesadaran mengenai nilai penting – bagi masyarakat dan lingkungan global –upaya restorasi lahan gambut bebas kebakaran.
Aktivitas kunci arena aksi ini mencakup pelatihan petani lokal untuk mempersiapkan lahan tanpa membakar, membangun pagar, memberi pupuk dan belajar bagaimana memantau kelembapan dan tinggi air di lahan gambut dan tanaman untuk lebih memahami kondisi wanatani untuk menghindari kebakaran. Pelatihan dimaksudkan menjaga agar aktivitas tersebut bisa berlanjut setelah para ahli pulang, kata pimpinan proyek riset dan ilmuwan CIFOR, Herry Purnomo.