Video

Ekspansi perkebunan kelapa sawit dan perubahan pola asupan pangan lokal

Video baru menyoroti studi banding tentang gizi dan pola asupan nutrisi lokal
Bagikan
0

Bacaan terkait

Ketika Rosalina Heni selesai bekerja di sawahnya di desa Ribang Kadeng, provinsi Kalimantan Barat, ia mengumpulkan sayuran dari hutan sekitar untuk menu makan keluarga.

Di desa lain, Maria Ludiana, penduduk desa Sekadu tidak dapat lagi mengumpulkan paku-pakuan, rebung dan sayur lain-lain untuk pangan keluarga karena sebuah perkebunan kelapa sawit telah mengganti hutan alam.

“Sekarang kami lebih banyak membeli (pangan),” kata Ludiana dalam video terbaru Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR). “Sekarang berbeda. Dulu semuanya alami – makanan alami, rempah-rempah alami – jenis daging yang kita makan juga mulai berubah.”

Mata pencaharian 150 juta penduduk di daerah pedesaan di Indonesia beresiko terhadap ekspansi kelapa sawit, demikian temuan dari tim peneliti yang mempelajari dampak status gizi dan pola makan. Riset ini dikerjakan oleh Drivers of Food Choice (DFC) Program Hibah Kompetitif, dengan sumber dana riset berasal dari Departemen Pembangunan Internasional Inggris dan Bill & Melinda Gates Foundation, dan dikelola oleh University of South Carolina, Arnold School of Public Health dari Amerika Serikat.

Dalam beberapa kondisi, para ilmuwan mengamati pola asupan nutrisi tradisional tradisional yang kini telah ditinggalkan.

“Sejauh ini, kami telah melihat bahwa masyarakat yang tinggal di hutan bergantung pada alam – sebagai sumber utama ketersediaan pangan,” kata Yusuf Habibie, dosen di Departemen Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.“ “Bila kemudian lahan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, masyarakat dapat kehilangan akses ketersediaan pangan dari hutan. Sehingga masyarakat mulai membeli lebih banyak bahan pangan, termasuk makanan kemasan.”

Sistem hutan dan agroforestri yang menggabungkan pohon dan tanaman berperan penting dalam ketahanan pangan dan gizi, ujar Amy Ickowitz, peneliti CIFOR. Ia melakukan riset pengamatan terhadap pola asupan pangan masyarakat di Kalimantan Barat. Menurutnya,  masyarakat yang mendapatkan bahan pangan dari hutan, termasuk buah, sayuran, ikan dan daging, mereka mendapatkan semua komponen gizi yang ditemukan pada pola asupan nutrisi sehat.

“Hutan memainkan peran penting dalam sistem pangan global berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan, sementara memberikan kontribusi penting untuk pola asupan nutrisi yang sehat,” kata Ickowitz, dia menambahkan bahwa meningkatkan keamanan pangan dan gizi tidak sesederhana meningkatkan pendapatan di masyarakat pedesaan; perusahaan kelapa sawit, pemerintah, dan peneliti perlu bekerja sama untuk menemukan cara untuk memastikan bahwa perubahan bentang alam tidak membahayakan kesehatan dan gizi sambil meningkatkan pendapatan.

Jika tidak ada tanaman (hutan), kemana lagi kalau tidak mati, ujar Bandi, seorang sesepuh terhormat yang tinggal di desa Sungai Utik.

“Alam adalah supermarket kami,” katanya. “Jika tidak ada hutan, dimana kita bisa mendapatkan berbagai makanan ini? Kami terpaksa membeli. ”

Informasi lebih lanjut tentang topik ini hubungi Amy Ickowitz di a.ickowitz@cgiar.org.
Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Topik :   Pangan Kelapa sawit

Lebih lanjut Pangan or Kelapa sawit

Lihat semua