Hutan, pepohonan dan vegetasi bukan hanya bergantung pada curah hujan namun juga berperan penting dalam menciptakannya di tempat di mana itu berada maupun di lokasi lain, yang berperan sebagai kekuatan pendorong untuk peraturan iklim.
Ini adalah kesimpulan dalam forum diskusi yang belum lama ini berlangsung dalam Forum Bentang Alam Global (GLF) di Bonn, Jerman, dimana sebuah panel dari beragam pembicara berkumpul untuk mendiskusikan konsep dari ‘daur ulang curah hujan’.
Sebuah kajian artikel dipublikasikan di awal tahun lalu, berjudul Pepohonan, hutan dan air: Sudut pandang dingin untuk sebuah dunia yang panas, menunjukkan bahwa hutan, air dan interaksi energi menyediakan landasan untuk penyimpanan karbon, pendinginan permukaan daratan dan distribusi sumber daya air. Oleh karena itu, hutan dan pepohonan harus diakui sebagai regulator penting dalam siklus air, energi dan karbon.
Menyusul keluarnya kajian penelitian, ditambah adanya dua hari simposium virtual subsekuen terkait topik tersebut, diskusi GLF tentang ‘Siklus Curah Hujan sebagai sebuah Fungsi Bentang Alam: Menghubungkan SDGs6, 13, dan 15’ menyerukan pergeseran paradigma – bergerak dari diskursus saat ini tentang hujan dan perubahan iklim yang berfokus pada sekuestrasi dan penyimpanan karbon.
Sesi berlangsung bukan hanya mengemukakan peran hutan dan pepohonan dalam siklus air, namun juga menunjukkan cara baru bagi hutan dan pengelolaan tanah untuk memengaruhi iklim lewat kontrol siklus air atmosfer, dan menghubungkannya dengan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) – khususnya, pada sanitasi dan air bersih, aksi iklim dan kehidupan di daratan.