Ilmu pengetahuan berawal dari kualitas data: Presiden Mauritius mendesak pelaporan aksi-aksi di bentang alam Afrika
Masalah kekurangan informasi dan data tentang keanekaragaman hayati merupakan salah satu hambatan memecahkan masalah kesejahteraan manusia dan konservasi di Afrika, seorang pemimpin regional memberi peringatan.
Ameenah Gurib-Fakim, Presiden Republik Mauritius dan profesor kimia organik, mengatakan bahawa membangun suatu jembatan antara riset ilmiah dan lingkungan hidup guna mendukung kesehatan dan kesejahteraan manusia sangat krusial untuk memecahkan tantangan iklim dan pembangunan di benua Afrika.
Sebagai negara kepulauan yang terletak di sebalah timur benua Afrika dan dihuni oleh 1,3 juta penduduk, Mauritius merupakan satu dari lima titik strategis keanekaragaman hayati global, rumah bagi spesies besar dan kecil yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Saat ini spesies-spesies unik di benua Afrika punah lebih cepat di tingkat rata-rata global, termasuk karena ancaman perubahan iklim, kata Gurib-Fakim
Hilangnya spesies dan perubahan iklim secara pasti memberi dampak bagi kesejahteraan manusia sehingga memerlukan pendekatan skala bentang alam untuk menemukan solusi, tambahnya.
“Pemisahan antara kaya dan miskin – akan didefinisikan di investasi riset ilmiah dan inovasi di bidang ini,” ujar Gurib-Fakim dalam pidato utama Forum Bentang Alam Global, ruang diskusi sains terbesar di dunia tentang penggunaan lahan yang berkelanjutan.
“Masalah-masalah besar kelaparan, kemiskinan dan perubahan iklim yang saling terkait satu sama lain, perlu ditangani bersama-sama,” katanya.
“Ilmu pengetahuan dimulai dari kualitas data,” tambahnya. “Kita memerlukan pemahaman bersama guna menemukan solusi, untuk bersama-sama menikmati kesehatan dan kemakmuran di seluruh dunia.”