
KABAR HUTAN
Berita / 22 Feb 2017
Demi masa depan Borneo yang lebih baik: Peta baru ungkap perubahan lahan
Sebuah peta baru menampilkan jejak kehadiran manusia di hutan selama 40 tahun – mulai dari kebakaran, penebangan, hingga perkebunan dan jejak lainnya.
Industrie à Gunung Lumut, Kalimantan oriental, Indonésie, sur l’île de Bornéo. Photo: CIFOR
Saat pohon tumbang di Borneo, terdengarkah suaranya?
Sebuah peta interaktif yang dikembangkan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) memastikan suara itu terdengar.
Dengan menggabungkan peta Borneo (pulau ketiga terbesar di dunia) selama 40 tahun, wahana ini mengungkap hutan yang tersisa dan apa yang terbentuk akibat degradasi dan industri ekstraksi. Dilengkapi kemampuan mencari konsesi sawit atau kayu untuk bubur kertas, melihat lokasi lahan gambut, dan menentukan kecepatan konversi hutan menjadi perkebunan, untuk pertama kalinya, peta ini menawarkan peluang membedakan perusahaan yang menghindari derofestasi.
Ilmuwan CIFOR, David Gaveau, yang mengembangkan peta ini menyatakan, “Wahana ini terbuka bagi peneliti, kelompok advokasi, jurnalis dan semua orang yang tertarik pada deforestasi, habitat alam liar dan aksi korporasi.”
Data yang tersedia dalam peta ini dapat diunduh secara bebas, dan menyediakan informasi apakah konsesi sawit sudah tersertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) – organisasi yang mengimplementasikan standar global keberlanjutan dalam industri sawit.