Konferensi Para Pihak ke-21 (COP21) di Prancis tahun lalu meminta Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyampaikan Laporan Khusus tahun 2018, mengenai dampak pemanasan global 1.5°C di atas tingkat pra-industrial dan terkait dengan proyeksi emisi gas rumah kaca dunia.
April tahun ini, IPCC menerima tantangan UNFCCC tersebut. Komite pelaksana kemudian dibentuk. Dipimpin oleh Wakil Ketua IPCC Dr. Thelma Krug dari Brasil, yang juga anggota baru Dewan Pengawas CIFOR.
Dalam menyusun cakupan dan garis besar Laporan Khusus 1,5°C, pertemuan pembahasan cakupan telah dilaksanakan di Jenewa, Swiss tanggal 15 hingga 17 Agustus yang lalu. Pertemuan ini rencananya akan menghasilkan ‘Laporan Pembahasan Cakupan’ yang memaparkan tujuan, proses dan kerangka waktu.
Agenda pertemuan ini cukup luas, dan mencakup topik seperti iklim global dan model karbon, mitigasi pertanian, sistem pangan, kehutanan dan pemanfaatan lahan, selain kerentanan dan adaptasi sistem alam dan manusia.
Kurang lebih 83 ilmuwan terpilih khusus dari seluruh dunia berpartisipasi dalam pertemuan ini. Perlu kita ketahui tentang apa makna pertemuan ini bagi hutan dan perubahan pemanfaatan lahan?
Pertama, mari kita perinci asal geografis peserta. Keseimbangan antara negara maju dan berkembang adalah pertanda baik, hampir 50/50. Amerika Serikat menjadi peserta terbanyak dengan 11 ilmuwan, diikuti Jerman dengan enam ilmuwan. Di sisi lain, China yang memiliki penduduk terbanyak di dunia dan pengemisi karbon terbesar dunia, hanya diwakili tiga ilmuwan.
Sejumlah pakar pemanfaatan lahan, khususnya yang terkait dengan pertanian dan keamanan pangan hadir. Pakar kehutanan kurang terwakili, hanya sedikit dari yang hadir memiliki latar belakang kehutanan dan perubahan iklim. Agar adil, fokus perlu lebih banyak pada kehutanan dan pemanfaatan lahan muncul dari IPCC dalam laporan khusus berikutnya. Dengan tingkat ketergantungan tinggi pada ‘serapan karbon’ sebagai elemen inti tujuan jangka panjang Perjanjian Paris (tertulis dalam Pasal 4.1), dan penyempurnaan investasi dan kebijakan dalam UNFCCC untuk REDD+, kehadiran sedikit ahli kehutanan merupakan hal yang mengejutkan.
Tidak ada keraguan, bahwa target temperatur 1,5°C di Paris menjadi kejutan bagi dunia ilmu pengetahuan. Tidak terkecuali, ilmuwan yang terlibat dalam upaya terkait perubahan lahan dan hutan, karena sangat sedikitnya literatur mengenai peran hutan dan lahan dalam proyeksi mencapai 1.5°C. Kini, banyak organisasi dan pemerintahan melakukan kajian internal untuk memutuskan cara terbaik mengatasi masalah ini.
Keputusan 1,5 ° C ditanggapi dengan skeptis terkait bioenergi, termasuk penangkapan dan penyimpanan karbon (BECCS). Lebih banyak pertanyaan daripada jawaban untuk isu ini.
Perhatian Pada Pangan
Hasil 1.5°C dipandang skeptis oleh sebagian kalangan. Sementara sebagian lain mencari solusi, yang banyak terkait pada bioenergi serta tangkapan dan simpanan karbon (BECCS). Pada titik inilah terdapat lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Ada kebutuhan mendesak investasi dalam memperkuat basis bukti ilmiah, setidaknya untuk menentukan dampak sosial dan lingkungan ketergantungan pada bioenergi skala besar.
Kajian singkat dari beberapa literatur yang dihasilkan dalam topik ini sejak tahun 2015 mengidentifikasi beberapa prioritas penelitian kunci terkait peran lahan dalam mencapai 1.5°C.
Berbagai pertanyaan yang dipaparkan di bawah ini, bisa memberi titik awal yang bagus sebagai masukan pada Laporan Khusus IPCC dan agar agenda ilmiah iklim bergerak maju.
- Bagaimana potensi suplai berkelanjutan untuk bioenergi primer, dan sampai tingkat mana potensi ini dapat ditingkatkan melalui bioenergi generasi kedua dan ketiga?
- Apakah penerapan BECCS diperlukan untuk mencapai kelayakan 1.5°C, dan pada skala waktu apa?
- Ketika BECCS diterapkan, dampak apa yang terjadi pada ketahanan pangan, mempertimbangkan tingkat kemiskinan, pertumbuhan penduduk dan apa yang disebut kaitan antar iklim-pangan-energi?
- Bagaimana prakondisi tata kelola teknologi, sosial dan lingkungan yang perlu dipenuhi untuk menghindari dampak merugikan pada lingkungan, keragaman hayati dan penghidupan dari penerapan BECCS.
- Bagaimana keterbatasan ketersediaan nutrisi, air dan lahan untuk dapat meningkatkan aforestasi dan reforestasi?
- Bagaimana peran restorasi ekosistem alami, dan pada tingkat mana hal ini menurunkan ketergantungan pada aforestasi, reforestasi dan teknologi seperti BECCS?
- Sampai tingkat mana variasi non-permanen antara ekosistem alam, hutan tanaman, dan tanah pertanian, serta bagaimana dampaknya pada proyeksi 1,5°C?
- Bagaimana ancaman meningkatnya penguasaan lahan dan perambahan pada hak tenurial lahan masyarakat adat dan masyarakat lokal akibat dari perkebunan bioenergi dan kayu?
- Apakah ada peran mekanisme offsett dalam rentang neraca karbon 1.5°C, dan apa hubungan antara offsett dengan pencapaian emisi negatif?
- Bagaimana implikasi penghitungan karbon untuk emisi negatif, dan bagaimana sistem penghitungan menjamin emisi bioenergi turut dihitung?
- Sampai tahap mana kelangsungan komersial BECCS bergantung pada pemulihan minyak, dan bagaimana hal ini terkait dengan penghitungan karbon serta justifikasi pendaan iklim dalam pengembangan teknologi BECCS
- Berbekal pada pengalaman REDD+ hingga saat ini, apa peran yang dapat dimainkan pendekatan ini dalam mencapai tujuan 1,5°C? Dapatkan target 1,5°C dicapai tanpa mengakhiri deforestasi tropis.
Agenda penelitian terkait peran pemanfaatan lahan dan hutan dalam mencapai target 1,5°C memerlukan impementasi segera. Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sebagian dari banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban ketika kita bergerak maju, baik dalam kaitan implemntasi Perjanjian Paris dalam putaran perundingan UNFCCC berikutnya, maupun proses IPCC menyusun Laporan Asesmen Ke-Enam.
Cakupan pertanyaan tersebut menggarisbawahi perlunya masukan interdisiplin, dan pelibatan luas pemangku kepentingan, ketika mempertimbangkan peran lahan dan hutan dalam dunia 1,5°C.
Langkah berikut bagi IPCC setelah pertemuan pembahasan berikutnya di bulan Oktober 2016. Pada saat itu, IPCC akan mengkaji rumusan sementara Laporan Pembahasan Cakupan dan akan memutuskan upaya berikutnya terkait Laporan Khusus ini.
Kami berharap bahwa proses itu bergerak maju, lebih banyak kepakaran dan masukan terkait peran lahan dan hutan, agar berbagai pertanyaan kunci dapat dijawab. Selain itu, agar masyarakat ilmiah dapat membangun fondasi bukti yang diperlukan untuk memahami target dan proyeksi mitigasi dalam melaksanakan Perjanjian Paris.
*Analisa ini ditulis bersama dengan Kate Dooley and Markku Kanninen.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org