Artikel ini adalah bagian pertama dari dua seri peliputan Forum Bentang Alam Global 2016 – Kasus Investasi. Tujuan dari simposium satu hari yang dihadiri oleh pakar adalah untuk mengakselarasi pendanaan bagi bentang alam.
__________________________________________________________________
LONDON, Inggris – Seringkali investasi sektor swasta terhadap bentang alam terlewatkan tak sengaja – sesuatu hal yang harus diperjuangkan untuk tetap ada. Demikian konsensus dari 300 peserta Forum Bentang Alam Global: Kasus Investasi, bertempat di Royal Society London, 6 Juni 2016 lalu.
“Kami semua melihat pergeseran paradigma yang sangat penting tentang bagaimana sektor swasta telah memberikan kontribusi bagi solusi-solusi konkrit nyata menghadapi tantangan perubahan iklim di seluruh bagian dunia,” menurut Ayman Cherkaoui, Penasihat UNFCCC COP 22 Kementerian Lingkungan Hidup Maroko.
“Masa depan identik dengan bentang alam,” kata Mark Burrows, Managing Director dan Wakil Ketua Global Investment Banking Credit Suisse. “Hal ini akan menjadi ruang investasi lima sampai tujuh triliun dolar dalam 10-15 tahun ke depan. Sekarang setiap bank dan setiap investor institusional mengalihkan perhatian mereka terhadap ruang ini.”
“Saat ini masalah terbesar bukan terletak pada jumlah besarnya pendanaan. Modal kapital sudah tersedia. Masalah utama yang tengah kami hadapi sekarang adalah: ‘Bagaimana kami dapat menghasilkan sebagian besar dana tersebut dan dapat membagikannya ke bawah bagi mereka yang membutuhkannya – sebagian besar adalah petani kecil?’
Masalah utama saat ini yaitu bagaimana dana dapat dibagikan kepada yang membutuhkan - dan sebagian besar adalah petani kecil.
Simposium satu hari ini mengundang para ahli, bankir dan manajer keuangan untuk bahu membahu bersama dengan instansi pemerintah dan LSM, termasuk para peneliti pertanian dan kehutanan yang terkait dalam upaya mencari solusi-solusi untuk memecahkan tantangan ini. Meski awalnya terlihat kaku sebagai sesama teman, setiap peserta memegang peran krusial dalam bagian teka teki investasi hijau.
Memang, ‘pendekatan bentang alam’ sebagian besar adalah tentang bagaimana dapat bekerja lintas batas kelembagaan tradisional, yang diperlukan untuk mengatasi hambatan integrasi demi pencapaian kemajuan. Salah satu batasan terbesar saat ini adalah antara sektor keuangan swasta dengan sektor berbasis lahan.
[Sevent id=”GLF-london-2016″]
“Forum ini kami selenggarakan karena kami menemukan salah satu kesenjangan terbesar di dalam keseluruhan wacana pembangunan yaitu menemukan pendanaan yang perlu diinvestasikan secara adil dan merata,” menurut Peter Holmgren, Direktur Jenderal Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), salah satu mitra koordinator Forum.
Kita perlu keluar dari zona nyaman. Ini adalah filosofi Forum Bentang Alam Global – menjembatani berbagai disiplin akademisi, pakar komunikasi dan sektor ekonomi untuk menciptakan suatu forum dimana semua orang dapat berbicara satu sama lain.
Kita perlu keluar dari zona nyaman. Ini adalah filosofi Forum Bentang Alam Global – menjembatani berbagai disiplin akademisi, pakar komunikasi dan sektor ekonomi untuk menciptakan suatu forum dimana semua orang dapat berbicara satu sama lain, melintasi batas-batas tradisional dan berbagai inovasi, “kata Holmgren pada pesan kunci yang disampaikannya pada Pembukaan Pleno.
Mengingat beragamnya latar belakang lembaga, keahlian dan terminologi, maka perlu bagi sektor publik dan swasta untuk bersama-sama datang dan menemukan kesamaan bahasa bagi pengembangan solusi inovatif. Kerangka kerja iklim dan pembangunan saat ini memberikan alasan kuat yang memungkinkan momentum ini terjadi.
Pasca Kesepakatan Paris, keterlibatan sektor swasta menjadi krusial
Tahun 2015, tiga kebijakan utama memperkuat adanya kebutuhan bagi sektor swasta untuk masuk ke dalam agenda: Konferensi Internasional Ketiga PBB tentang Pembiayaan Pembangunan di Addis Ababa, Ethiopia, penandatanganan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dan adopsi Kesepakatan Paris.
“Perjanjian Paris membuat ruang bermain baru bagi kita semua. Hal Ini menetapkan tingkat ambisi untuk memobilisasi (dana) $AS 100 miliar pada tahun 2020, “kata Andrea Ledward, Kepala Departemen Iklim dan Lingkungan DFID dan Anggota Dewan Dana Iklim Hijau (GCF) dari negara Inggris.
“Hal tersebut menjadikan peran amat penting sektor swasta dan bank-bank pembangunan multilateral (MDB) semakin kuat untuk dapat bekerja sama. MDB – selaku penyokong dana – terbesar penting untuk mengkatalisasi sejumlah besar dana yang dibutuhkan untuk mendapatkan kita ke $ 100 miliar. Sebagai pemerintah donor, penting bahwa kita mulai berpikir tentang bagaimana kita menggunakan pembiayaan publik untuk memobilisasi ini arus yang jauh lebih besar yang datang melalui sektor swasta dan MDB. ”
Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund – GCS) – didirikan tahun 2010 – tengah mempersiapkan diri sebagai kendaraan utama untuk mencapai tujuan perubahan iklim seperti yang telah didefinisikan di COP 21. Dana ini berinvestasi pada emisi rendah dan pembangunan tahan iklim. Hal ini merupakan satu-satunya entitas pembiayaan multilateral yang berdiri sendiri dengan tujuan untuk memberikan sejumlah dana yang baik untuk mitigasi maupun adaptasi. Hal ini sangat penting mengingat keseimbangan kehadiran di antara keduanya.
Kesepakatan Paris menciptakan suatu ambisi untuk memobilisasi $AS 100 juta pada tahun 2020 dengan sektor swasta menjadi pemain penting didalamnya. Sebagai seorang penyandang dana dari kalangan pemerintahan, menjadi penting untuk mulai berpikir bagaimana kita dapat menggunakan pendanaan publik untuk memobilisasi aliran-aliran dana yang lebih besar ini berasal dari sektor swasta.
Dalam persiapan menuju COP 21 tahun lalu, lembaga think-tank Climate Policy Initiative (CPI) menganalisa aliran keuangan dan menemukan bahwa aliran dana iklim di tahun 2014 adalah kurang lebih $AS 64 juta. Dari jumlah tersebut, 64 persen dana telah dipergunakan untuk adaptasi perubahan iklim. Hal ini menunjukkan bahwa proyek-proyek mitigasi pada dasarnya lebih besar dan lebih mudah untuk dibiayai. Proyek-proyek ini juga cenderung terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah. Di sisi lain, proyek adaptasi dipandang lebih rumit dan cenderung terjadi di negara-negara termiskin dan paling rentan.
Menjadi prioritas utama pada pelaksanaan COP 22 Maroko yaitu perhatian terhadap sektor swasta untuk turut serta dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
“Ketika perhatian ditujukan kepada investasi swasta di sisi mitigasi, akan menjadikan perhatian yang lebih kuat dan semakin kuat seiring dengan berjalannya hari. Kami tengah melihat rekor tingkat investasi di seluruh dunia, “kata Cherkaoui. “Tapi pada saat yang sama, kasus investasi untuk sisi adaptasi juga perlu diperkuat. Kami sekarang mencari semua jenis masukan tentang bagaimana cara untuk melakukan itu. ”
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org