Terlalu sering terjadi debat kusir sehingga perlu rasanya untuk mengecilkan pilihan tentang masa depan hutan di dalam lingkaran kebijakan menjadi dua saja: deforestasi atau perlindungan total, demikian menurut Francis E. Putz.
Francis E. Putz dan Claudia Romero, para peneliti dari Universitas Florida, memilih mengambil pendekatan berbeda.
“Kami melihat dari besarnya kawasan hutan yang berada di luar dua pilihan ini,” kata Francis. “Kami berusaha membuka peluang keputusan-keputusan tentang hutan yang tidak berada di lokasi kawasan lindung.”
Penelitian terbaru yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), Francis E. Putz dan Claudio Romero melakukan pengujian terhadap perbedaan pilihan-pilihan tata kelola hutan dan konservasi hutan tropis dunia yang ada saat ini.
Subyek pilihan-pilihan ini berpeluang untuk diperdebatkan.
“Sulit untuk kami ceritakan karena riset kami bukan untuk mempromosikan logging,” kata Francis. “Kami mengatakan, ada metode pengelolaan hutan yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dan jika Anda memutuskan memilih opsi terakhir, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.”
Pemikiran Praktis
Banyak peneliti, terang Francis, mendokumentasikan dampak hutan tropis dan menyimpulkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi pelestarian hutan selain mengubahnya menjadi kawasan konservasi.
“Bila saya ingin merubah penggunaan lahan hutan yang tersisa di daerah tropis menjadi satu kawasan lindung untuk generasi mendatang untuk dapat mereka nikmati, sayangnya hal itu tidak akan terjadi,” kata Francis.
“Itu sebabnya kami mencoba untuk menemukan solusi bagi lokasi lahan yang berada di antara posisi perlindungan komplit dan konversi. Lokasi ini masih akan menjadi hutan, namun lokasi tersebut akan hutan yang dikelola, bukan hutan primer.”
Francis berpendapat bahwa proteksi bukanlah pilihan yang layak di banyak daerah, terutama bagi lokasi yang dekat dengan jalan dan pemukiman menetap.
“Semua lahan tidak setara dalam kapasitas produktif atau di dalam kepentingan ekologi, sehingga kita perlu merencanakannya pada skala bentang alam,” kata Francis.
Dampak tentu saja akan muncul ketika hutan dikelola, tetapi variasi macam dan luasan dampak apakah daerah dikelola secara bertanggung jawab atau tidak.
“Tapi di mana lahan alternatif seperti perkebunan kelapa sawit sangat menguntungkan, kita perlu melakukan segala sesuatu untuk membuat pengelolaan hutan alam sama menariknya secara finansial dan berkelanjutan dalam hal hasil dan keanekaragaman hayati. Jika tidak, peluang biaya mempertahankan hutan akan terlalu tinggi. ”
Jadi apa yang dapat menjadikan pengelolaan hutan baik?
Tata kelola hutan yang baik adalah mungkin di semua skala, dari konsesi industri besar hutan yang dimiliki masyarakat kecil
“Kebanyakan orang akan setuju bahwa harusnya ada kejelasan praktik tata kelola hutan untuk meminimalkan kerusakan di hilir, menghindari kerugian keanekaragaman hayati, dan menjaga keamanan para pekerja. Tapi setelah melembagakan perbaikan-perbaikan mendasar, kondisi apa yang merupakan pengelolaan hutan bertanggung jawab bervariasi dengan faktor yang berkisar dari skala pohon individu untuk seluruh bentang alam, “kata Francis.
“Ada beberapa prinsip-prinsip kehutanan yang baik yang menjangkau keseluruhan dari perkebunan intensitas tinggi dengan panen selektif ringan, tapi setelah itu, perinciannya akan berbeda.”
Kontestasi
Adanya pelibatan kelompok pemangku kepentingan yang berbeda menambah kompleksitas masalah yang berkaitan dengan kehutanan tropis.
“Kita perlu memahami bahwa hutan tropis yang terletak di wilayah yang diperebutkan di mana klaim oleh masyarakat adat tumpang tindih dengan perusahaan pertambangan dan industri lainnya,” kata Claudio. “Pemerintah perlu memperbaiki semua klaim yang bersaing ini mengenai hutan tropis.”
“Kami menemukan ada banyak peluang pengelolaan hutan kayu dan produk lain-lain yang perlu dipertimbangkan agar membantu mengelola kebutuhan dapat bersaing dengan pemangku kepentingan yang berbeda.”
“Pengelola hutan membuat keputusan berdasarkan kriteria atas dasar tekanan pasar dan permintaan global. Para pembuat kebijakan perlu lebih sensitif terhadap sinyal tersebut untuk menyesuaikan kebijakan yang tepat bagi pengelolaan hutan bertanggung jawab, “tambah Claudio.
“Pengelolaan hutan yang baik dapat terjadi di berbagai skala, dari konsesi industri besar sampai hutan milik masyarakat kecil. Tapi salah satu kunci keberhasilan adalah kesadaran dan kapasitas, “kata Francis. “Program sertifikasi dari Forest Stewardship Council (FSC), misalnya, telah secara substansial meningkatkan kesadaran tentang pengelolaan hutan yang bertanggung jawab.
“Apa yang kita belum tahu adalah seberapa banyak perbedaan pembuatan sertifikasi, yang merupakan proyek berikutnya,” kata Francis. “Kami sudah berusaha selama bertahun-tahun mendapatkan data berisi dampak sertifikasi.”
Claudio mengatakan esensi dari pekerjaan mereka saat ini adalah untuk meningkatkan visibilitas pengelolaan hutan yang baik di daerah tropis.
“Inti dari manajemen sumber daya adalah manajemen adaptif dan prinsip inti dari manajemen adaptif adalah eksperimen,” tambahnya. “Kita tidak akan tahu apakah hal-hal tertentu dapat bekerja sampai mencoba dan memiliki sarana yang kuat untuk belajar mengenai dampaknya.”
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org