Kaitan antara air dan bentang alam ditulis eksplisit dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sehingga tidak aneh persoalan air tampil menonjol pada Forum Bentang Alam Global 2015 yang digelar di Pari, Desember 2015 lalu.
Dengan banyaknya sektor yang bergantung pada ketersediaan dan kualitas air – antara lain pertanian, kesehatan, kota, energi dan manufaktur – para pakar terus berupaya mencari solusi mengelola timbal balik antar berbagai pengguna dalam bentang alam.
“Tuntutan dan perebutan terhadap sumber daya air makin tinggi, kita perlu lebih efisien mengalokasikannya,” kata Torgny Holmgren, Direktur Eksekutif Institut Air Internasional Swedia (SIWI) pada sebuah diskusi panel mengenai air dan pendekatan bentang alam.
Cara mencapai efisiensi dan mitigasi kelangkaan air, menurut Elisabeth Backterman, Sekretaris Jenderal Kementerian Urusan Pedesaan Swedia, bisa dilakukan melalui restorasi dan perlindungan bentang alam global dan lokal.
“Solusi bisa ditemukan di banyak tempat: Di dalam PBB, organisasi terkait air, regional, negara, penelitian dan inisiatif sektor swasta, selain juga dalam kehidupan keseharian di bentang alam seluruh dunia,” kata Backterman.
KANTUNG SUMBER DAYA
Kompleksitas tata kelola air dalam bentang alam tampak jelas melalui contoh dari Kenya yang disodorkan Evan Girvetz dari Pusat Penelitian Pertanian Tropis Internasional (CIAT): Di Kenya, daerah aliran sungai tunggal menyuplai 90 persen kebutuhan air Nairobi dan 70 persen pembangkit listrik tenaga air, sementara para petani kecil juga memanfaatkan sungai dan jasa lingkungannya.
“Hubungan antara pemanfaatan air oleh pertanian dan juga dampaknya pada bentang alam menunjukkan bahwa pendekatan bentang alam sangat penting untuk melihat bagaimana berbagai pemanfaatan air berinteraksi,” kata Girvetz.
“Memang, dalam merancang intervensi bentang alam perlu fleksibilitas agar setiap orang terlibat, namun juga harus spesifik untuk menggaet investor,” kata Christian Dannecher, Direktur Keberlanjutan Rantai Suplai dan Pemanfaatan Lahan pada Kelompok South Pole.
Semua pihak harus tetap membawa “jati diri” masing-masing, katanya, agar terjaga keunikan kapabilitas dan tujuan. Contohnya, satu mitra mampu membiayai peluncuran proyek, sementara yang lain akan berkontribusi dalam jangka panjang.
ALIRAN LOKAL
Dan yang terpenting, menurut Maria Teresa Vargas, Direktur Eksekutif Yayasan Alam Bolivia, mitra lokal harus diutamakan,
“Kita tidak akan bisa melakukan apapun tanpa dukungan lokal,” katanya, seraya mengungkap bahwa 70 persen aktivitas yayasan di 125 kota dibiayai sumber lokal, termasuk melalui rekening air.
“Donor tidak akan memberi uang selama 10 tahun, sementara pelaku lokal perlu melindungi ekosistem tempat mereka hidup,” katanya menambahkan bahwa lembaga mitra lokal harus dapat dipercaya dan diandalkan.
Memang dalam mendisain intervensi bentang alam perlu fleksibilitas agar semua orang terlibat, namun juga cukup spesifik untuk menggaet investor.
Torgny Holmgren juga menyuarakan perlunya pendanaan domestik, untuk menjangkau akses ke pasar modal global hijau yang terus berkembang.
“Dana tersedia, dan peluang pasar besar,” kata Holmgren, memprediksi pasar obligasi hijau sendiri bisa mencapai 100 miliar dolar AS pada 2020.
Pengambilan keputusan juga mengutamakan solusi lokal, kata Peter Holmgren, Direktur Jenderal CIFOR. Tui Shortland, Direktur Pelaksana Konsultan Repo, sepakat: “Kita harus berhati-hati pada solusi yang kita diktekan dari atas.”
Bagian dari solusi ini, kata Shortland, berada dalam hubungan keseharian spiritual dan informal antara masyarakat adat, air dan bentang alam.
“Kita telah membangun sistem pemantauan berbasis masyarakat berdasar nilai dan pengetahuan budaya kita,” katanya. Ia juga menyerukan untuk menggabungkan pelaporan nasional dan global aset-aset tersebut dengan menghargai keragaman bahasa dan pandangan adat.
HILIR DAN HULU
Semua saran bahwa setiap pendekatan untuk melindungi ketersediaan dan kualitas air akan melibatkan beragam alat, seperti dicatat Anders Malmer, Direktur Program Global SLU di Universitas Ilmu Pertanian Swedia.
“Tidak ada solusi umum bentang alam,” katanya. “Hanya ada trik-trik baik yang bisa diterapkan pada situasi berbeda.”
“Trik” tersebut antara lain memberdayakan lembaga petani dengan memberi mereka informasi untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian.
Dan untuk itu, pendekatan bentang alam bisa diterapkan, tanpa harus diberi label seperti itu, kata Vargas.
“Ketika kita berbicara pada masyarakat, kita tidak bilang soal ‘bentang alam’, ‘adaptasi’ dan ‘mitigasi’ karena itu sangat berjarak dari mereka,” katanya.
“Tetapi ketika kita berbicara ‘air’: semua orang dari hilir maupun hulu akan bersama dalam satu meja.
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org