Tiga tahun lalu ketika J. Boone Kaufman, pakar ekologi dari Oregon State University dan mitra Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), menyampaikan laporan kalkukasi dampak besar dari pertambakan udang mangrove terhadap lingkungan, ia memutuskan untuk melihat sudut pandang hasil risetnya dalam cara berbeda.
Ia meletakkan udang di meja makan.
Boone memperkirakan 100 gram sajian udang – katakanlah koktil udang – memiliki jejak karbon lingkungan 198 kilogram CO2 jika diproduksi pada tambak ikan mangrove biasa.
Penggugah selera ini memiliki tanda peringatan jelas mengenai hilangnya habitat dan deforestasi.
“Jejak karbon udang sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan dengan jejak karbon penggunaan lahan hutan hujan tropis untuk peternakan sapi,” katanya pada para ilmuwan CIFOR baru-baru ini.
Udang dipandang sebagai makanan berkelas bagi kalangan kaya internasional – semacam makanan favorit James Bond.
Saat ini, udang mudah dibeli dimana-mana – tetapi melimpahnya ketersediaan udang tidak serta merta menjadikan pertambakan udang lebih efisien: sistem pertambakan luas dengan input rendah menghasilkan hanya satu kilogram udang untuk setiap 13,4 meter persegi mangrove.
Dan panennya hanya sependek itu; pesisir tempat tambak udang biasanya ditinggalkan kurang dari sepuluh tahun – terkuras dan terkontaminasi, dan “tidak bisa dipakai untuk 40 tahun lagi,” kata Kaufmann.
FAKTA SEBENARNYA
Kauffman sengaja menekankan pada “kenyataan” dalam penelitiannya untuk memberi data ilmiah dalam dialog TED.
“Jika Anda makan malam dengan 3 teman, dan setiap orang memesan koktil udang sebagai menu pembuka, jumlah jejak karbonnya sebesar1.138 kilogram,” katanya. “Dilanjutkan setiap orang menyantap steak besar. Maka jejak karbon makan malam bertambah 1.367. Keseluruhannya 2.498 kilogram jejak karbon.
“Ini setara dengan menghabiskan 281 gallon (1.064 liter) bensin.
“Bagi kami yang tinggal di Pantai Barat Amerika – katakanlah di Oregon tempat saya tinggal … dan kita mengemudi melintasi AS ke pantai timur dan kota New York – kemudian mengemudi ke Amerika Utara akan membuat jejak karbon lebih rendah dari makan malam itu.
“Bahkan jika kita berada dalam truk besar, emisi karbon dioksidanya lebih besar daripada berat truk besar Amerika”.
Temuan terbesar yang kita buat adalah besaran hilangnya karbon tanah yang tersekuestrasi dan tersimpan dalam mangrove selama ribuan tahun dan hanya dalam rentang beberapa dekade karbon ini bisa lepas ke atmosfer.
Dengan menerjemahkan data ilmiah keras menjadi lebih cair disertai warna warni bukti kehancuran lingkungan akibat makan malam menyenangkan bersama teman– dan meski tak bersalah – Kauffman menemukan bahwa bahkan temuan pendekatan ilmiahnya lebih memiliki kepentingan personal.
Boone Kauffman saat ini berada di CIFOR Bogor melanjutkan penelitian mangrove.
Di bawah ini wawancara singkat dengannya.
Penelitian yang dipublikasikan 2012 ini mendapat respon fantastis bagi sebuah penelitian ilmiah. Ke arah mana penelitian dibawa sejak itu?
Sampai 2012, kita fokus hanya memahami stok karbon tegakan karbon. Sejak 2012 kita lebih fokus pada dua aspek. Pertama, bagaimana stok karbon di wilayah mangrove yang menjalani penggunaan lahan? Bisa berupa konversi ladang gembala ternak di Meksiko dan tambak udang di Indonesia ini selain juga di Amerika Latin.
Ini memberi kita data kuantitatif mengenai jumlah emisi – emisi gas rumah kaca dari konversi mangrove menjadi pemanfaatan lahan lain. Dan ini sangat mengejutkan – jumlah emisi dari konversi ini.
Dan temuan terbesar yang kita buat adalah hilangnya besaran karbon tanah yang tersekuestrasi dan tersimpan dalam mangroves selama ribuan tahun dan hanya dalam rentang beberapa dekade karbon ini lepas ke atmosfer.
Anda mengkuantifikasi dengan menunjukkan bahwa selama ribuan tahun mangrove dalama kondisi sehat … kemudian kita masuk dan membuat kehancuran semua dalam beberapa dekade saja. Adakah satu hal yang bisa Anda rekomendasikan untuk kita lakukan, saat kita tahu hal ini?
Saya pikir kita perlu menyadari konsekuensi pemanfaatan lahan kita. Ketika Anda mengkonsumsi … ada produk tertentu yang kita nikmati di masyarakat modern yang datang dengan harga karbon dioksida/emisi gas rumah kaca yang sangat-sangat tinggi.
Masyarakat punya hak untuk menyadari konsekuensi makanan yang dimakan dan itu peran yang bisa dimainkan ekologis – memberitahu masyarakat
Dan tambak penghasil udang serta sapi yang diternakkan dari konversi hutan hujan dibayar sangat tinggi dengan hilangnya keragaman hayati, kualitas air … dan kini kita temukan juga, dalam bentuk emisi gas rumah kaca.
Anda pasti terbiasa melihat orang menjadi takut ketika data ditampilkan. Bahkan sebagai pakar ekologi, Anda pasti berharap perubahan perilaku. Tetapi benarkah ini terjadi?
Masyarakat punya hak untuk menyadari konsekuensi makanan yang dimakan dan ini peran yang bisa dimainkan ekologis – memberi tahu publik.
Dan apa yang saya lakukan di sini adalah menjelaskan dengan lengkap – membuat mereka tahu bahwa ketika makan steak dari hutan tropis atau udang dari mangrove, semua ini tersedia dengan biaya lingkungan cukup mahal. Harga dan hilangnya keragaman hayati, keadilan sosial, emisi gas rumah kaca.
Anda makan daging sapi atau udang?
Tidak!
Apakah Anda berharap yang lain merasa wajib bertindak?
Setiap kita bisa berharap itu. Saya rasa, secara filosofis kita perlu meninggalkan planet ini dalam kondisi lebih baik untuk anak-anak dan kita tidak melakukan itu. Kita melihat kecepatan tak terduga deforestasi mangrove dan hutan lainnya.
Jika memang kita ingin memperlambat perubahan iklim, ada banyak kontribusi yang bisa dilakukan, seperti mengurangi bahan bakar fosil, selain juga mengurangi pemanfaatan lahan yang benar-benar, menyebabkan kehilangan besar keragaman hayati selain emisi gas rumah kaca, itulah di mana banyak hasil penelitian bisa membantu publik membuat keputusan terinformasi mengenai pembelian harian atau kebiasaan belanja.
Untuk informasi mengenai penelitian Boone Kauffman, silahkan hubungi b.kauffman@cgiar.org
- Lihat presentasi Boone Kauffman di tautan:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org