Analisis

Dialog: Membangun kepercayaan guna menyelamatkan hutan rakyat & mendukung pembangunan

Pada praktiknya seringkali proyek besar hanya berkonsultasi dengan masyarakat lokal ketika mereka tahu masyarakat akan setuju implementasinya
Bagikan
0
Pengakuan peran historis masyarakat lokal dalam menjaga ekosistem penting untuk mencapai kelestarian hutan dan mendukung pembangunan. Aulia Erlangga/CIFOR

Bacaan terkait

LIMA, Peru— Jika terdapat satu hal yang disetujui semua orang dalam hal tata kelola hutan, itu adalah perlunya membangun kepercayaan di dalam dan di antara kelompok, seperti disuarakan para pakar dan pimpinan adat pada diskusi panel di Forum Bentang Alam Global, bersamaan dengan pertemuan perubahan iklim PBB di Lima.

Diskusi diselenggarakan Satuan Tugas Pengelola Iklim dan Hutan (GCF), Aliansi Tropis Berkelanjutan dan Konsorsium Penghidupan Berbasis Hutan.

Banyak telah disuarakan tentang membangun wahana dialog multi-pemangku kepentingan, ketika pemerintah, masyarakat sipil, kelompok adat dan sektor swasta bisa berkumpul bersama. Dan pemerintah lokal berada dalam posisi sangat bagus untuk membentuk dialog ini, kata moderator Rosa Maria Vida, Direktur Eksekutif Dana GCF. Dialog sangat penting, katanya, tetapi tidak akan cukup mengurangi deforestasi.

  • Untuk berita, riset dan analisia terkait Forum Bentang Alam Global, kunjungi cifor.org/lima.

Satuan Tugas Pengelola Iklim dan Hutan (GCF) adalah kolaborasi unik sub-nasional beranggotakan 26 negara bagian dan provinsi antara lain dari Brasil, Indonesia, Meksiko, Nigeria, Peru, Spanyol dan AS yang mencoba mengedepankan program yurisdiksional bagi pembangunan desa rendah emisi (LED-R) serta reduksi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+) melalui sistem insentif berbasis kinerja dan proses multi pemangku kepentingan. Diskusi panel diselenggarakan oleh GCF dan mitranya dengan mengumpulkan beragam aktor, termasuk pemerintah, masyarakat asli dan tradisi, dan sektor privat untuk menelaah kemajuan—dan hambatan berulang— dalam jalan menuju LED-R.

Untuk memulainya, terdapat beragam tingkat dialog. Pada praktiknya seringkali “megaproyek hanya berkonsultasi dengan masyarakat lokal ketika mereka tahu bahwa masyarakat akan setuju terhadap implementasinya,” kata Edwin Vasquez, Koordinator COICA, badan koordinasi organisasi adat daerah aliran sungai Amazon.

“Ada dialog di awal, tetapi kemudian tidak ada visi yang dibagi,” tambah Levi Sucre Romero, pemimpin adat dari Kosta Rika. Masyarakat lokal memandang ini sebagai kurangnya kemauan politik dan koherensi ketika megaproyek yang tidak mereka setujui mendapat lampu hijau dari pemerintah.

Dalam kasus negara bagian Jalisco, Meksiko, “ada sejarah kurangnya penegakkan hukum regulasi lingkungan,” kata Sekretaris Lingkungan dan Pembangunan Regional, Maria Magdalena Ruiz Mejia. Tetapi hal ini sekarang berubah ketika Sekretariat berperan aktif dalam resolusi konflik lingkungan ketika diminta oleh masyarakat lokal, secara bertahap tetapi perlahan membangun kepercayaan.

Pertama dan yang terpenting, berikan hak lahan dan keamanan tenurial pada masyarakat asli hingga mereka dapat memerangi ancaman besar terkait megaproyek

Bagaimanapun, jika masyarakat lokal di lapangan masih dikriminalisasi dan ditangkap karena melindungi hutan mereka, akan menjadi hambatan besar membangun kepercayaan, kata Mina Setra, Wakil Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Jadi apa yang dapat kita lakukan dengan lebih baik untuk membangun kepercayaan antara masyarakat, pemerintah dan aktor lain?

“Pertama dan terpenting, berikan hak lahan dan keamanan tenurial pada masyarakat adat hingga mereka bisa memerangi ancaman besar terkait megaproyek,” tegas Vasquez.

Pemahaman mendasar dan pengertian nilai-nilai adalah langkah awal lain, kata Romero. Pengakuan peran historis masyarakat lokal dalam menjaga ekosistem penting untuk mencapai tujuan ini.

Dande Tavares, dari Teman untuk Pengembangan Jasa Lingkungan (Companhia de Desenvolvimento de Serviços Ambientais) di Acre, Brazil, menekankan bahwa mereka mempertimbangkan kontribusi historis masyarakat adat untuk “membangun” dan memberikan jasa lingkungan dalam disain mekanisme berbagi manfaat.

“Kita perlu bahasa yang sama, dan LED-R dapat menyediakan ini melalui pemahaman seperti lebih banyak hutan berarti lebih banyak pangan,” kata Peter Holmgren, Direktur Jenderal CIFOR. “Kita tidak bisa hanya menggunakan deforestasi sebagai bahasa bersama,” tambahnya.

Dan jika kepercayaan terbangun, kita tidak perlu khawatir mengenai perbedaan prioritas pada tingkat dan skala berbeda, Peter menambahkan: “Keragaman dalam menyusun prioritas adalah hal baik yang perlu kita hadapi.”

Hal ini akan menjadi perjalanan bergejolak dan panjang, atau di beberapa kasus mendapatkan kepercayaan masyarakat di Amerika Selatan setelah pembunuhan tragis pemimpin adat di Peru dan Ekuador. Tetapi, hal ini membuat perjalanan menjadi lebih mendesak dan sangat diperlukan.

Kebijakan Hak Cipta:
Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews@cifor-icraf.org
Topik :   Bentang alam

Lebih lanjut Bentang alam

Lihat semua